Dimgin hadir di sela malam yang melarut. Dania gundah memilih tujuan. Terpaksa dirinya kembali tidur di jalanan seperti dulu. Gadis itu masih belum berhenti berjalan. Mencari jalan raya yang tidak terlalu sepi.
Akhirnya Dania melewati jalan yang sedikit ramai. Ada beberapa toko yang buka 24 jam di daerah itu. Sebuah ruko yang sudah tutup tampak berdiri tak jauh darinya. Dengan cepat gadis itu langsung mendekat. Memutuskan untuk tidur di depannya.
Hati Dania masih sangat terguncang. Rasa trauma terus kembali. Hidup kelam seperti ini tak pernah menjadi mimpi satu orang-pun. Justru malah menjadi sebuah mimpi buruk yang datang tak diundang.
Gadis itu berusaha sekuat mungkin untuk tak menyalahkan Tuhan. Rasanya ini adalah sebuah tanggung jawab bagi dirinya. Pula dalam keseluruhan, semua ini diakibatkan kelalaian dirinya sendiri.
Dania membentangkan kain sarung di muka lantai. Kemudian berbaring dan bergegas pergi tidur. Tak peduli dengan rasa dingin yang menusuk tubuhnya.
"Tuhan tolong kuatkan aku. Aku adalah manusia. Sosok makhluk lemah yang tak pernah sempurna. Lindungi aku dari segala kejahatan-kejahatan dalam kehidupan. Pertemukanlah aku secepat mungkin dengan keberuntunganku itu. Aku telah berpasrah kepadamu Tuhan. Tolong berikan yang terbaik." Dania menyempatkan diri untuk berdoa.
Tak lama kemudian gadis cantik itu tertidur. Ia terlelap dalam keadaan hati yang berantakan.
• • •
Pukul 04.50 dini hari.
Dania tak sengaja terbangun. Suara sayup kumandang adzan mendengung di telinganya. Berasal dari sebuah masjid yang cukup jauh dari ruko tempatnya tidur.Gadis itu perlahan beranjak. Mengambil koper dan tas ranselnya, mendatangi suara adzan yang terdengar.
Akhirnya Dania menemukan masjid yang mengumandangkan adzan. Dengan cepat ia langsung mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat.
Usai solat subuh, Dania terdiam cukup lama. Berzikir, berdoa, sembari merenungkan keseluruhan hal-hal yang telah ia lakukan selama ini.
~
Pukul 06.15
Dania sudah merasa lega dan puas setelah menyurahkan rasa sakitnya kepada Tuhan. Ia langsung beranjak keluar. Sempat melamun beberapa saat, sampai akhirnya memberanikan diri untuk melakukan suatu hal.Gadis itu mengeluarkan ponsel. Dengan tangan yang sedikit bergetar, jari mengusapkan layar memesan sebuah taksi online. Ya, keputusan pagi itu adalah kembali. Kembali ke rumah Althar. Semua ini akan menjadi pelajaran bagi Dania. Dan semoga tak akan terulang lagi.
Taksi yang Dania pesan akhirnya sampai. Berhenti di depan gerbang masjid. Dengan cepat Dania langsung menuju taksi itu. Memasukkan seluruh barang bawaannya ke bagasi dan duduk di kursi tengah.
Perjalanan yang akan ditempuh dari masjid menuju rumah Althar cukup lama. Sekitar 1 jam lebih. Belum lagi jika ditambah dengan kemacetan yang terjadi.
Mata Dania terasa mengantuk. Tak lama kemudian mulai tertutup dan tertidur.
• • •
Pukul 08.00
1 setengah jam telah berlalu. Kini taksi berisi Dania telah sampai tepat di depan gerbang rumah Althar. Gadis itu masih tertidur. Dengan perlahan supir mencoba membangunkannya.Dania akhirnya terbangun. Dengan wajah yang tampak terkejut, langsung terburu-buru membayarkan ongkos dan mengeluarkan barang.
Gadis itu perlahan berjalan memasuki halaman. Perasaan saat itu sangat campur aduk. Takut, malu, merasa bersalah, tegang, waswas, gelisah, seluruhnya berputar-putar di kepala.
Halaman rumah Althar terlihat sedikit berbeda. Biasanya halaman rumah itu penuh diisi dengan 2 mobil. Sementara pagi itu, hanya terlihat 1 mobil saja.
Dania berjalan gemetar. Menaiki tangga ke atas teras. Berdiri mematung di hadapan pintu. Perlahan gadis itu mengetukkan pintu. Tanpa diikuti dengan panggilan atau kata-kata sedikit-pun.
Tak lama, tiba-tiba terdengar suara putaran kunci dari dalam. Pintu terbuka. Sosok pria mengenakan kaos putih dan celana training abu-abu berdiri di baliknya. Ya, laki-laki yang membukakan pintu itu adalah Althar.
"DANIA?!" Althar menatap cengang. Tak menyangka dengan tamu yang hadir.
Dania menunduk, amat merasa bersalah. Setetes air mata mulai terlepas. Menatap wajah Althar membuat mata Dania memendung. Gadis itu tersungkur ke lantai.
"Astaghfirullah, Dan!" Althar sungguh terkejut.
Dania menangis sangat histeris. Tak terkondisikan jika memiliki nasib sepertinya. Semua selalu terasa salah. Andai seluruh manusia dapat bertukar nasib dengannya, mungkin orang-orang akan lebih memilih untuk mengakhiri hidup mereka dibanding harus menderita dan sengsara.
"Kamu kenapa, Dan? Jangan nangis, yuk kita masuk dulu. Cerita aja sama aku." Althar membujuk lembut. Menjongkok di depan pintu.
Dania perlahan berdiri. Mengatur napasnya, sambil mengusapkan air mata. Gadis itu mengambil koper di belakang. Kemudian berjalan masuk bersama Althar.
Althar membawanya ke ruang tamu. Menyuruh untuk duduk dan menenangkan diri. Gadis temannya itu masih terisak-isak. Dan lama kelamaan mulai menenang dan stabil.
"Kamu sebenernya kenapa, Dania? Kamu ke mana aja selama ini!?" Althar memandang sendu. Bertanya lembut membuat suasana hati tentram.
Dania menelan ludah. Rasanya tak sanggup menceritakan hidup kelam sebelum ini. Bertemu Rina, perusahaan media, kasus kecelakaan, kehadiran Zafran, sungguh pengalaman yang amat buruk. Mengapa kebaikan tak pernah meliputi keseluruhan hidupnya? Mengapa juga persentase ujian dan cobaan selalu menjadi yang tertinggi? Entahlah!
"Hmm... kamu udah tau belom? Bunda sama Sarah udah pindah ke Surabaya," Althar mengalihkan topiknya.
Dania menggelengkan kepala. Sungguh kabar yang baru ia ketahui.
"J-jadi kamu tinggal di sini sama siapa?" Dania menatap penasaran. Dengan 2 mata yang sembab habis menangis. Menengok-nengok ke arah sekitar rumah.
"Aku tinggal sama Mbak Sri doang." Althar menjawab lembur.
Pria itu memang tak mengetahui dengan apa yang semua terjadi pada Dania selama pergi. Yang pastinya, wajah, ekspresi, beserta kelakuan yang tampak memancar dari dirinya pagi itu menunjukkan bahwa Dania sedang tak baik-baik saja.
"Kamu mau aku panggilin Sri?" Althar tiba-tiba menawarkan.
Dania mengangguk kecil. Pria di sebelahnya langsung beranjak cepat. Berjalan ke lantai 2 untuk memanggilkan Sri.
Tak lama kemudian, Althar kembali bersama sosok wanita mengenakan daster di belakangnya, Sri.
"Dania!!" Sri terkejut melihat keberadaan gadis itu. Althar memang tak memberi tahu saat memanggilnya.
Sri mempercepat langkahnya menuruni tangga turun. Berlari menghampiri Dania dan langsung memeluk tubuh gadis itu.
"MasyaAllah, Dan, aku kangen banget sama kamu!" Sri memeluk erat sambil menggoyang-goyangkan tubuh Dania.
"Dania kayanya cape deh, Mbak. Bawa ke kamar aja. Istirahat dulu." Althar tiba-tiba memotong.
Sri melepas pelukannya. Mengangguk kepada Althar, kemudian menopang Dania untuk naik ke lantai atas. Sungguh hati Dania saat itu terasa jauh lebih membaik. Dekat dengan Althar benar-benar menciptakan aura yang sangat positif. Selalu tenang, tak ada beban, dan tentram.
• • •
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)
Storie d'amore"𝘼𝙥𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙠𝙚𝙟𝙖𝙢 𝙙𝙖𝙧𝙞𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙙𝙖𝙢𝙣𝙮𝙖 𝙖𝙞𝙧 𝙡𝙖𝙪𝙩?" Diselimuti dengan pedihnya sudut semesta yang hanya diberikan kepada insan-insan yang malang. Hari itu tanggal 28 September 2018, keberuntungan sudah tak in...