Dua Puluh Satu

617 64 8
                                    

Galen mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata rata, rahangnya kembali mengeras mengingat Zoe. Bagaimana wajah cantiknya yang babak belur, robekan dibibirnya semakin membuat Galen ingin menghabisi pelaku pembullyan tersebut. Irsyad dan Rafly berada dalam satu mobil dibelakang Galen. Mau tidak mau mereka harus mengikutinya jika tidak ingin Galen lepas kendali. Beberapa menit kemudian ketiganya sampai pada sebuah rumah sederhana berlantai 2 ditengah hutan. Menuju ruang bawah tanah tanpa mengindahkan tatapan para manusia didalamnya. Mereka semua sedikit kaget melihat Galen datang dengan wajah memerah padam, raut wajah datar nan dinginnya semakin menguar pertanda jika Galen harus menuntaskan apa yang dia inginkan. Irsyad maupun Rafly tak dapat mencegahnya, daripada mereka yang akan menjadi ganti sasaran amukan Galen. Walaupun sebenarnya kedua sahabat Galen itu bingung, mengapa sebegitu pentingnya Zoe.

" Syad, apa Lo mikir yang gue pikir? Atau cuma gue yang mikir demikian?" Tanya Rafly dengan wajah serius nya. Wajah humornya menjadi serius kali ini tanpa ada candaan yang biasanya dia lontarkan.

Irsyad menjawab dengan anggukan kepala serta tatapan matanya yang seolah memberi tahu jika dia memikirkan hal yang sama.

" Tunggu aja sampai dia cerita " ungkap Irsyad pada Rafly sebelum menyusul Galen diikuti Rafly dibelakangnya.

Ruangan gelap tanpa penerangan, Ruangan yang biasa Galen sebut favorite place, setelah kamarnya.

Melangkahkan kakinya perlahan, Ruangan yang sepi hening membuat lelaki yang sedang tak sadarkan diri dengan posisi tangan terikat rantai besi menghadap ke atas, kemudian kakinya yang bergelantung tak napak tanah perlahan mengusik pendengaran. Matanya mengerjab begitu melihat sosok dengan tubuh tegap. Postur tubuh tingginya, tertutup balutan Hoodie hitam, kedua tangannya ia masukkan kedalam saku, tak lupa tudung Hoodie yang membuatnya semakin terlihat misterius. Lelaki itu membelalakkan matanya kaget ketika lampu dihidupkan,

" G-galen " ucapnya terbata, Galen tersenyum tipis namun senyum itu mematikan. Seketika ruangan yang minim cahaya tersebut berubah, dingin dan mencekam. Badan lelaki yang terikat  sudah bergetar hebat, setiap pergerakan yang dilakukan Galen seolah ingin menyatakan bahwa kematian berada didepan mata. Tidak, dia tidak sanggup berhadapan langsung dengan pemilik mata tajam itu.

" Ck, kukira kau tidak akan berulah ternyata aku salah " ujar Galen menatap remeh laki laki didepannya.

" Sepertinya kau meremehkan peringatanku tempo lalu eh!? " Lanjutnya menaikkan satu alisnya

" G-gue gak takut sama Lo " ujar lelaki tersebut gugup.

" Lo kerjasama sama orang yang bahkan diri Lo sendiri gak tau siapa" ujar Galen datar dan dingin, seakan perkataan nya dapat menembus kepala mangsanya

" M-maksud Lo?" Tanya laki laki itu terbata, sedikit tak mengerti apa yang Galen ucapkan. Namun apa Galen akan menjelaskan begitu? Hell big no! Galen tak akan mau membuang waktu berharga hanya untuk lelaki tak berguna seperti dia. Nyatanya mereka telah salah jika ingin bermain main dengan dirinya.

" Bodoh " desisnya dengan tatapan setajam elang, tangannya mengepal kala mengingat kembali keaadan gadisnya. Tanpa aba aba Galen menerjang tubuh lelaki itu tanpa ampun.

Bughh

Bughh

Bughh

Bughh

Bughh

Plakk

Krekkk

Bughh

Dukk

Bughh

Bughh

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang