Happy Reading!
Jangan lupa vote dan komen!
****
Sinar matahari pagi menerobos masuk kedalam kamar seorang gadis yang masih bergelut dengan selimutnya.
Mata cantik itu mengerjap menyesuaikan cahaya pagi yang menyinari wajahnya,perlahan mata itu terbuka,hingga akhirnya terbuka dengan sempurna,mengambil posisi duduk,setelah itu ia berlalu ke kamar mandi.
Sedangkan di lantai dasar seorang laki-laki sedang duduk di meja makan dengan laptop yang setia di depan nya,seraya menunggu sang adik untuk sarapan bersama.
Setelah selesai mandi dan siap untuk ke sekolah,Kayla berjalan menuruni tangga dengan tas berwarna ping pastel yang berada di pundak kirinya.
Cup!
Sebuah kecupan Kayla daratkan dipipi sang abang yang masih saja bergelut dengan laptopnya,sampai-sampai tak menyadari jika dirinya sudah berdiri di samping abangnya itu.
"Ihh abang sibuk banget sampe ga liat kayla disini." Kayla mengerucutkan bibirnya lucu.
Liam yang mendengar suara kesal adik nya pun menoleh seraya meyunggingkan sebuah senyuman. "Iya maaf,cepet sarapan nanti telat ke sekolahnya," ujarnya lembut dan dengan pantuh Kayla mengangguk.
Sekarang ini mereka berada di dalam mobil menuju sekolah Kayla,Liam memang selalu mengantar jemput Kayla,laki-laki itu hanya tak ingin adiknya kenapa-napa,baginya Kayla lebih penting dari apapun.Sesibuk apapun Liam jika sudah meyangkut Kayla,pasti dia tinggalkan kesibukannya itu.
Mobil Liam berhenti tepat di gerbang masuk SMA Pelita Jaya.
Sebelum turun Kayla menyalimi tangan Liam lalu mengecup kedua pipi abangnya itu,yang di balas oleh liam kecupan di dahi nya.
Baru saja akan membuka pintu mobil,tapi Kayla ingat sesuatu,dengan cengiranya ia menoleh pada Liam,lalu perlahan menyodorkan tangan nya. "Abang minta uangg dongg,kayla pengen beli novel tapi uang jajan kayla udah abis," cicitnya takut-takut liam marah.Yaiyalah!minggu lalu dirinya sudah di berikan uang jajan untuk sebulan,tapi baru seminggu sudah habis di belikan novel dan makanan.
Melihat adiknya,Liam terkekeh,kenapa adiknya seperti ketakutan?toh ia juga tak akan marah,mana bisa sih seorang Liam marah pada adiknya itu.
Perlahan Liam merogoh dompet miliknya yang terletak di celana bagian belakang nya,ia lalu mengeluarkan 15 lembar uang berwarna merah dan menyodorkan nya pada Kayla.
Melihat sodoran uang dihadapanya,Kayla lantas mendongak menatap sang abang. "Abang ga marah?" Tanyanya pelan,lalu kembali menunduk tak berani menatap abangnya.
Tangan Liam yang satunya terangkat mengelus sayang kepala Kayla. "Ngga abang ga marah,ini uangnya ambil katanya mau beli novel."
Dengan sedikit takut Kayla menatap Liam lalu bertanya. "Gapapa?"
Liam tersenyum manis seraya mengangguk. "Iya ini ambil," ujarnya kembali menyodorkan uang tersebut.
Mata Kayla langsung berbinar,dan dengan cepat perempuan itu merebut uang tersebut lalu memasukan ke kantong rok nya.Setelah itu ia memeluk erat leher sang abang,dan dengan senang hati Liam membalas pelukan tersebut tak kalah erat.
Kayla mengurai pelukan nya. "Nanti abang gausah jemput kayla gapapa kok,aku beli novel nya sendiri aja."
Mendengar itu sontak saja Liam menggeleng. "Ga! Ga ada pergi-pergi sendiri,pulang sekolah abang jemput,kamu tunggu jangan kemana-mana!" tegasnya tak terbantahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYLA
Teen Fiction[On-going] **** Ini tentang pernikahanku,cerita pernikahan yang penuh dengan lika-liku. - Kayla Syaqeena Balqis ****