Bab 5

226 10 1
                                    


Bab 5

Husin , Harini , & Yohan (Hari Perayaan "Setan Lapar" / Gui Jie / , awal bulan Agustus tahun 1956 , Jam 18:00 – 00:00. Kamar Yohan . Ruang tamu. Bagian depan dan bagian dalam Kamar tidur Harini)

Hari itu adalah hari perayaan "鬼节 / Gui Jie / Setan Lapar" , atau dikenal juga sebagai hari "Sembahyang Rebutan" di kalangan masyarakat perantuan Tionghoa di Indonesia.

Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa kuno , hari itu merupakan hari dimana para setan diperbolehkan keluar dari neraka dan bergentayangan selama 1 malam penuh oleh dewa neraka.

Semua anak-anak di kalangan masyarakat Tionghoa perantauan di Surabaya (Dan Indonesia) , dilarang untuk bermain di luar rumah setelah hari sudah mulai gelap dan diwajibkan untuk berada di dalam kamar tidur dan mengunci pintu selama 1 malam penuh.

Tidak diperbolehkan melakukan aktifitas yang menimbulkan suara gaduh atau menarik perhatian para setan yang lapar.

Para orang tua biasanya menyediakan sesaji berupa makanan dan buah-buahan di atas nampan yang diletakkan di sudut-sudut rumah , di bagian depan pintu ruangan kamar , dan di bagian-bagian rumah yang gelap ; supaya para setan lapar tidak akan mengganggu penghuni rumah pada malam itu.

Mereka juga membakar "hio" di altar-altar persembahan kepada dewa-dewa pelindung keluarga mereka , sebagai penghormatan dan permintaan perlindungan dari para dewa.

Orang tua Yohan (Husin & Harini) juga melakukan "adat" yang sama pada hari itu.

Jam 18:00 , semua nampan sesaji sudah berada di bagian – bagian rumah yang gelap dan di seluruh bagian depan pintu kamar tidur.

Bau wangi asap "hio" semerbak tercium di seluruh sudut Rumah 9 Hujan ini , bercampur dengan bau aroma makanan persembahan di atas altar penyembahan para dewa pelindung rumah.

Husin & Harini beserta Yohan sudah selesai menyalakan "hio" dan menyembahyangi altar para dewa pelindung keluarga , sekitar jam 19:00 .

Malam itu adalah malam yang sangat sunyi.

Sangat berbeda dengan malam-malam di hari biasanya, dimana selalu ada suara – suara dan bunyi tawa yang keras dari para tamu yang berkunjung ke Rumah 9 Hujan ini untuk sekedar "kongkow" (Bercengkerama) dan bercanda dengan Husin.

Tidak ada suara tawa yang terdengar malam itu.

Yohan diwajibkan oleh orang tua nya untuk segera masuk ke dalam kamar tidurnya , menguncinya , dan tidur.

Para pembantu rumah juga diwajibkan untuk berdiam di dalam kamar tidur mereka tanpa membuat suara apapun malam itu.

Pukul 20:00 , hari semakin malam dan bau asap "hio" di altar penyembahan para dewa pelindung rumah semakin pekat tercium di dalam seluruh bagian rumah.

Semua lampu penerangan di dalam rumah ini telah dipadamkan , termasuk lampu di dalam kamar tidur Yohan.

Hanya ada cahaya bulan yang berwarna putih pucat menerangi kamar tidur Yohan melalui lubang jendela.

Yohan mulai mendengar ada suara-suara seperti langkah kaki dan benda yang terjatuh di dekat kamar tidurnya, namun hanya sayup-sayup saja.

Suara langkah kaki itu seperti orang yang sedang mengendap-ngendap menuju ke arah kamar tidurnya

Seiring malam berlalu, Ia mulai mendengar suara-suara tangisan perempuan dan anak-anak , langkah kaki yang terburu-buru , dan suara laki-laki tertawa yang semakin lama semakin sering terdengar di bagian luar kamar tidurnya.

Rumah 9 HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang