Bab 25

84 7 0
                                    


Bab 25

Indri (Sekitar akhir bulan Oktober tahun 1993 . Jam 23:30 sampai jam 01:00 . Area rumah yang dekat dengan kamar mandi penghuni rumah, dan kamar tidur Indri)

Beberapa bulan sejak Harini meninggal ; Abyasa , Adiguna , dan Arjuna memutuskan untuk menempati bekas kamar tidur neneknya tersebut.

Indri dan Istari tetap menempati ruangan kamar tidur yang sebelumnya merupakan kamar tidur saudara-saudara laki-lakinya itu.

Indri adalah seorang remaja yang memiliki sifat pendiam , tertutup , dan penyendiri.

Ia suka menghabiskan waktu luangnya dengan membaca buku , majalah , dan menonton acara-acara TV yang Ia sukai.

Jarang sekali Ia pergi meninggalkan rumah dan menghabiskan waktu bersama teman-teman sekolahnya.

Indri baru saja selesai mengerjakan PR yang diberikan oleh seorang guru di sekolahnya.

Ia melihat jam dinding di kamar tidurnya.

Sudah jam 23:30

Suasana rumah sudah sangat sepi.

Orang tua dan semua saudara-saudaranya sudah tertidur sejak 1 jam lalu.

Istari yang biasanya tidur di kamar tidur yang sama dengannya , malam ini sedang mengikuti Retreat agama Katolik di luar kota Surabaya , yang diselenggarakan oleh sekolahnya dan wajib untuk diikuti oleh para siswa yang bersekolah disana.

Indri mulai mengantuk dan memutuskan untuk pergi tidur.

Malam itu , Ia tidur sendirian di dalam kamar tidurnya.

Kamar tidur itu terasa sepi sekali dan gelap.

Baru saja Indri memejamkan mata , Ia teringat bahwa Ia lupa menyikat giginya.

Ia langsung beranjak dari ranjangnya dan segera keluar dari kamar tidurnya , menuju ke wastafel di area dekat kamar mandi penghuni rumah.

Indri sejujurnya sangat takut untuk meninggalkan kamar tidurnya dan berjalan di lorong rumah larut malam seperti ini.

Namun , saat itu Ia memakai kawat gigi yang dipasang secara semi-permanent di bagian depan gigi-giginya.

Ia harus membersihkan giginya, kalau tidak maka kawat giginya akan rusak terkena sisa-sisa makanan yang mengendap di sela-sela giginya.

Indri masih teringat apa yang Ia lihat dan dengar bersama dengan kedua saudaranya di bagian belakang bekas kamar tidur neneknya dan di ruang makan (Lihat Bab sebelumnya).

Ia merinding ketakutan.

Ia segera berlari menuju ke arah wastafel di dekat kamar mandi penghuni rumah.

Air dari keran wastafel mengalir dengan sedikit dan pelan sekali.

Indri harus menunggu agak lama untuk air yang keluar dari keran wastafel itu untuk bisa memenuhi gelas sikat giginya.

Air yang mengalir dari keran terlihat agak kotor.

Sayup-sayup Ia mendengar ada suara perempuan yang menyanyi dengan suara kecil di dekat pintu kamar mandi penghuni rumah.

Ia merasa ada yang memperhatikannya.

Cahaya di area rumah itu terlalu remang-remang untuk Indri bisa melihat dengan jelas ada siapa di dekat pintu kamar mandi penghuni rumah.

Namun, Ia berusaha memberanikan hatinya dan cepat-cepat menyikat giginya segera setelah air di gelas itu sudah penuh.

Indri sekilas melihat ada sosok perempuan berdiri di belakangnya , dari kaca diatas wastafel.

Ia menjerit kaget dan menoleh ke arah belakang.

Terlihat sekelebat rambut hitam panjang yang terbang hilang ke arah bagian atas pintu kamar mandi penghuni rumah.

Indri segera membuang air di dalam gelas dan melempar sikat giginya ke arah wastafel dengan cepat.

Sikat gigi itu jatuh ke bagian dalam wastafel.

Ia langsung berlari masuk menuju lorong dalam rumah dan segera memasuki kamar tidurnya.

Indri masih merinding ketakutan di atas ranjangnya.

Ia membiarkan lampu kamar tidurnya menyala.

Karena sudah terlalu lelah dan mengantuk , Ia akhirnya tertidur juga.

Sekitar 1 jam kemudian , Indri terbangun oleh suara-suara ketukan dari luar kaca jendela kamar tidurnya yang menghadap ke arah kebun rumah.

Ketukan-ketukan itu awalnya hanya pelan saja.

Seperti suara batu kerikil kecil yang dilemparkan ke kaca jendela berkali-kali.

Namun, lama-lama menjadi lebih keras dan berirama lebih cepat.

Indri menengok ke arah jendela kamar tidurnya itu dan melihat ada sosok yang tinggi dan gelap sedang mengetuk-ngetuk kaca jendela kamar tidurnya itu.

Ia langsung membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam selimut.

Bunyi ketukan-ketukan itu mendadak berhenti terdengar.

Suasana kamar tidurnya kembali sunyi.

Indri menyibakkan selimut dari wajahnya dan mencoba melihat ke arah jendela kamar tidurnya.

Sosok yang tinggi dan gelap itu sudah menghilang.

Ia merasa lega dan Ia mencoba untuk kembali tidur.

Baru saja Ia memejamkan matanya , Ia mendengar ada suara laki-laki yang sedang tertawa terbahak-bahak di sudut kamar tidurnya ini.

Indri langsung menjerit ketakutan dan memanggil-manggil orang tuanya yang sedang tidur di kamar tidur sebelah.

Suara tertawa itu menjadi lebih keras dan dekat.

Indri menangis dan menjerit ketakutan.

Ia bersembunyi di dalam selimut.

Indri merasa ada sesuatu yang mendekat ke arah ranjangnya.

Tercium bau nafas yang sangat busuk di luar selimutnya.

Indri menjerit dan menangis ketakutan.

Terdengar ada suara langkah-langkah kaki yang berjalan menuju ke kamar tidurnya

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan terdengar suara Yohan yang bertanya kepadanya ,

"Opo'o kok lu jerat jerit, nik?" (Kenapa kok kamu menjerit-jerit, nik?)

Indri langsung menyibakkan selimutnya dan menceritakan apa yang barusan Ia lihat dan Ia dengar kepada Yohan.

Yohan mencoba menenangkan hati anak perempuannya itu.

Setelah didoakan oleh Yohan , Indri yang masih ketakutan meminta Ayudisa untuk menemaninya tidur malam itu.

Ayudisa menemani anak perempuannya itu tidur dan mematikan lampu kamar tidur itu.

Ketika Indri berbaring di atas ranjangnya dan menarik selimutnya sampai ke lehernya , Ia menyadari ada sesuatu di dalam selimutnya.

Ada sikat giginya di dalam selimutnya dan terdengar suara laki-laki tertawa kecil dari bagian kolong bawah ranjangnya.

Rumah 9 HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang