Bab 8

149 9 0
                                    


Bab 8

Siti & Rini (Sekitar bulan April tahun 1978 . Sekitar jam 23:00 – 23:30. Kamar Pembantu Rumah)

Para pembantu di Rumah 9 Hujan ini sering datang dan pergi.

Setiap tahun selalu berganti terus menerus.

Ada yang berhenti bekerja karena harus menikah di desa.

Ada yang karena orang tuanya sakit.

Ada yang karena anaknya di desa tidak ada yang merawat.

Ada yang karena merasa tidak nyaman bekerja di rumah ini karena jumlah gaji mereka dan lain-lain.

Ada juga yang berhenti bekerja karena ketakutan melihat "sesuatu" di dalam rumah ini.

Siti & Rini adalah kakak-beradik yang berumur sekitar 30 tahunan , yang berbadan bongsor , dan baru saja bekerja di Rumah 9 Hujan ini sejak awal tahun 1978 sebagai pembantu rumah.

Mereka memiliki sifat yang kurang baik.

Mereka tidak jujur, malas , suka memerintah pembantu rumah lainnya , dan suka mencuri barang majikannya.

Mereka sering mengambil barang-barang dan makanan pembantu lainnya dengan paksa.

Tetapi, mereka selalu berusaha berpura-pura baik dan rajin di hadapan majikan mereka.

Sebenarnya, pembantu rumah lainnya sudah melaporkan mengenai perilaku 2 orang kakak beradik ini ke Ayudisa.

Namun, kedua orang ini sangat pintar mengambil hati Ayudisa, sehingga Ia menjadi sangat percaya kepada kedua kakak beradik ini.

Mertua dari Ayudisa, Harini , juga sudah beberapa kali mengingatkannya mengenai 2 orang pembantu rumah ini yang Ia curigai telah mencuri beberapa perhiasannya dari dalam kamar tidurnya.

Namun Ayudisa tetap memilih untuk percaya dengan kedua pembantu rumah kakak beradik ini, karena Ia berpikir mungkin mertuanya ini sudah lanjut usia, sehingga sering lupa meletakkan perhiasannya dimana, dan mengganggap bahwa perhiasannya telah dicuri oleh mereka.

Siang itu, ketika Siti dan Rini membersihkan bagian ruang tamu rumah, mereka menemukan bahwa kamar tidur Ayudisa, majikannya ini, sedang dalam keadaan yang tidak terkunci.

Mereka pun segera berjalan masuk ke dalam kamar tidur Ayudisa dan melihat ada cincin dan kalung yang tergeletak di atas meja rias.

Setelah berdiskusi sebentar, mereka memutuskan untuk mencuri perhiasan-perhiasan itu.

Tiba-tiba, terdengar suara pintu depan rumah yang terbuka dan ada suara Ayudisa yang berbicara dengan sopirnya.

Mereka serentak berlari keluar dari kamar tidur Ayudisa dan menyembunyikan perhiasan-perhiasan itu di balik altar penyembahan dewa-dewa di ruang tamu.

Ayudisa pun bertanya kepada mereka kenapa kok berlarian seperti itu dan terlihat bingung.

Mereka terdiam sejenak dan melihat wajah satu sama lain dengan gugup.

Akhirnya , Siti menjawab bahwa tadi mereka melihat ada seekor tikus yang berlari keluar dari dalam kamar tidur Ayudisa, sehingga mereka berusaha menghalaunya dan menangkapnya, namun tikus itu berlari ke bagian rumah yang lainnya.

Ayudisa walaupun merasa agak ragu dengan jawaban Siti , memilih tetap mempercayai omongannya.

Ketika hari sudah sore, Ayudisa baru menyadari bahwa cincin dan kalungnya telah hilang dari atas meja riasnya.

Rumah 9 HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang