Bab 26

79 8 0
                                    


Bab 26

Indri (Sekitar akhir bulan Januari 1994 . Jam 20:00 . Bekas ruang kamar tidur Harini . Area dekat gudang belakang rumah)

Malam itu turun hujan yang sangat deras sekali.

Bunyi petir terdengar terus menerus.

Para pembantu rumah ini sibuk meletakkan timba-timba air yang kosong di beberapa sudut rumah yang atapnya bocor.

Rumah ini sudah sangat tua.

Atap - atap yang berlubang , ada di setiap bagian ruangan di rumah ini.

Yohan , Ayudisa , dan anak-anak mereka sedang bersantai dan melihat film serian yang diputar di TV.

Kecuali Indri.

Indri sedang mengerjakan PR nya sendirian di bekas ruang kamar tidur neneknya sambil mendengar lagu di radio nya , ketika listrik rumah ini mendadak padam.

Tidak ada lilin dan senter di dalam kamar tidur ini.

Indri mengumpat di dalam hatinya.

PR nya masih banyak yang belum selesai.

Indri tiba-tiba merasa ada sesuatu yang tidur di atas ranjang di dekatnya dan sedang mengamatinya di dalam kegelapan kamar tidur ini.

Tercium bau seperti "hio" yang sedang dibakar di dalam kamar tidur ini.

Ia mendengar ada bunyi seperti pinggiran ranjang yang digoyang-goyang dengan cepat oleh "sesuatu".

Dan setelah itu , terdengar bunyi bisikan-bisikan dengan nada yang tidak beraturan.

Indri berteriak-teriak memanggil nama salah satu pembantu rumah ini.

Suara bisikan-bisikan itu semakin lama semakin keras dan cepat.

Indri kembali menjerit memanggil nama pembantu rumah tersebut.

Tidak beberapa lama kemudian , pembantu rumah ini masuk ke bekas ruang kamar tidur Harini dengan membawa lilin yang sudah menyala.

Ia menggandeng Indri keluar dari kamar tidur ini perlahan-lahan.

Indri bisa melihat dengan jelas ada sosok laki-laki yang mirip sekali perawakan dan wajahnya dengan Pak Darjo (Lihat Bab 22) , bekas pegawai ayahnya yang sudah pensiun sejak beberapa tahun yang lalu karena sakit TBC yang dideritanya ; sedang duduk di kursi meja kerja yang dulunya Pak Darjo tempati di dekat gudang belakang rumah ini.

Indri tahu sosok laki-laki itu bukanlah Pak Darjo.

Tiba-tiba muncul sosok-sosok lainnya di belakang sosok laki-laki itu.

"Mereka" berdiri di belakang sosok laki-laki yang sedang duduk di kursi meja kerja itu , sambil memperhatikan Indri dengan ekspresi wajah yang tidak terlihat dengan jelas.

Sosok laki-laki yang duduk di kursi meja kerja itu melihat Indri dengan wajah yang datar dan pandangan mata yang tidak berkedip sama sekali.

Dingin sekali tatapan mata sosok itu.

Indri langsung menggandeng tangan pembantu rumahnya itu dan menariknya berlari dengan cepat ke arah ruang tamu.

Pembantu rumah ini merasa kaget tangannya ditarik dengan cepat dan langsung bertanya ,

"Onok opo iki , nik?" (Ada apa ini , nik?)

Indri tidak menjawab apa-apa.

Ketika mereka sudah sampai di ruang tamu , listrik rumah ini tiba-tiba kembali menyala.

Dengan nafas yang masih terengah-engah , Indri langsung menoleh ke arah meja kerja itu.

Sosok-sosok yang aneh itu sudah menghilang.

Dan Ia melihat pintu gudang belakang rumah di dekat meja kerja itu terbuka sebentar , lalu menutup kembali dengan perlahan-lahan.

Seperti ada "orang" yang masuk ke dalam gudang itu dan menutup pintunya kembali.

Rumah 9 HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang