Bab 24

85 7 0
                                    


Bab 24

Abyasa , Indri , & Istari (16 Februari 1993 . Sekitar jam 19:00 – 20:00 . Kamar Harini , ruang tamu , ruang makan , dan kamar tidur Abyasa)

Harini meninggal dunia di usianya yang ke-84 tahun , pada Tanggal 10 Februari 1993.

Ia mengidap penyakit jantung koroner sejak beberapa puluh tahun yang lalu.

Menurut pengakuan dari pembantu rumah yang bertugas menjaganya , Harini sempat memberitahunya beberapa jam sebelum Ia meninggal bahwa ada sosok berjubah putih dan bersinar terang yang datang ingin "menjemputnya" pulang.

Selama beberapa hari sejak Harini meninggal dunia , para penghuni rumah ini sangat disibukkan oleh segala hal dan urusan yang menyangkut pengaturan ruang persemayaman di Rumah Duka dan pemakamannya di Tempat Pemakaman Kristen di Surabaya.

Jenasah Harini dimakamkan pada Tanggal 16 Februari 1993 , di pagi hari ; dan dihadiri oleh seluruh anggota keluarga Yohan yang bertempat tinggal di Surabaya dan kota-kota yang lainnya.

Janoko , Jatmiko , dan Jumanta (Kakak beradik yang merupakan saudara sepupu dari Yohan) memutuskan untuk menginap di rumah ini selama beberapa hari untuk membantu dan memberikan penghiburan bagi para penghuni rumah ini , terutama kepada Yohan dan Ayudisa.

Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa , anggota keluarga yang meninggal dunia akan mengunjungi sanak saudara mereka selama 40 hari sejak jenasah mereka dimakamkan.

Sore itu , Yohan dan Ayudisa sedang pergi mengantarkan para saudara sepupunya menemui salah satu anggota keluarga mereka yang sudah lanjut usia untuk bercengkerama dan membicarakan mengenai hal-hal yang perlu dilakukan oleh mereka semua sepeninggal Harini.

Anak keempat dan kelima Yohan dan Ayudisa (Adiguna dan Arjuna) , sedang menginap di rumah kakek dan nenek mereka (Orang tua dari Ayudisa).

Sedangkan anak pertama , kedua , dan ketiga (Abyasa , Indri , dan Istari) memutuskan untuk tidak ikut menginap dan tetap tinggal di dalam rumah ini.

Jadi , hanya ada mereka bertiga dan satu orang pembantu rumah yang sedang sakit , yang berada di dalam rumah ini sore itu.

Abyasa , yang ketika itu sudah berumur 16 tahun , merasa sangat terpukul dan sedih dengan meninggalnya Harini.

Diantara semua anak-anak Yohan dan Ayudisa , hanya Abyasa yang benar-benar memiliki hubungan yang dekat dengan Harini.

Badannya terlihat lebih kurus dan matanya bengkak karena terlalu sering menangisi kepergian neneknya itu.

Indri dan Istari yang ketika itu sudah berumur 14 tahun dan 12 tahun , juga terlihat sangat sedih dengan kepergian nenek mereka.

Mereka berdua memiliki tinggi badan yang hampir sama dan berperawakan sangat kurus.

Seperti remaja perempuan yang jarang makan dan kekurangan gizi.

Abyasa merasa hatinya sangat tertekan dan berat.

Seolah-olah ada sesuatu yang menekan dirinya.

Ia memilih untuk mengurung diri di dalam kamar tidurnya.

Sekitar jam 19:00 , Indri dan Istari yang sedang mengerjakan PR mereka di ruang tamu mendengar ada suara – suara aneh yang berasal dari dalam kamar tidur Harini.

Suara-suara seperti sesuatu yang terjatuh ke lantai , sendok yang berdentingan , kursi yang digeser-geser , laci lemari yang dibuka tutup beberapa kali , pegas bantalan kursi berdenting seperti sedang diduduki oleh "sesuatu" yang berat , dan suara Harini yang sedang memanggil-manggil nama salah satu pembantu rumah yang biasanya bertugas menjaga Harini semasa hidupnya.

Rumah 9 HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang