Bab 1

514 16 0
                                    


Bab 1

Mengenai Rumah 9 Hujan dan Para Pemiliknya

(Awal tahun 1890 – Akhir tahun 1994)

Rumah tua yang terletak di pusat perdagangan kota lama Surabaya ini kemungkinan dibangun pada tahun 1890 , dan berdiri di atas tanah seluas sekitar 1000m2, di kawasan bisnis di daerah Surabaya Utara yang sangat padat penduduknya pada waktu itu (Dan sampai sekarang).

Rumah ini berarsitektur sebagaimana rumah-rumah orang Tionghoa Peranakan pada masa itu ; yaitu dengan memiliki banyak ornament – ornament bergaya Tiongkok klasik pada bagian atap rumah dan menggunakan jendela – jendela berukuran besar yang terbuat dari kayu jati , berplafon sangat tinggi , memiliki ruangan tamu dan lorong rumah yang berukuran sangat besar & panjang , memakai cat dinding berwarna putih dan kuning pucat , bercahaya minim , berlantai ubin bercorak khas Tiongkok , dan terkesan misterius.

Rumah ini terdiri dari 3 bagian bangunan , yaitu : Bangunan toko (UD.XXX) di bagian rumah paling luar atau paling depan , menyambung ke bangunan rumah utama / tempat tinggal pada bagian tengah sampai ke bagian belakang rumah , dan bangunan tempat tinggal kecil 2 lantai di samping bangunan tempat tinggal utama , yang agak terpisah letaknya.

Bangunan rumah utama ini memiliki 4 kamar tidur penghuni rumah , 2 kamar mandi penghuni rumah (1 kamar mandi yang berisi WC / Kloset dan 1 kamar mandi yang berisi bak air untuk membersihkan diri) , 1 kamar mandi pembantu rumah ; yang semuanya terletak di lantai 1 . Terdapat juga 1 kamar tidur pembantu (Sekaligus sebagai gudang kecil) di lantai 2 , yang berada di area kebun belakang rumah.

Di area kebun belakang rumah, terdapat pohon belimbing yang sangat besar ukurannya dan sangat tua umurnya.

Di bagian pinggir kebun belakang rumah , terdapat kolam ikan berukuran kecil dengan patung "dewi" di bagian atas batu penutup kolam.

Terdapat 1 buah sumur tua yang berada di bagian depan rumah , yang dekat letaknya dengan bagian dapur dan bangunan toko.

Di area ruang tamu , terdapat altar penyembahan yang terbuat dari kayu jati yang berwarna coklat tua kehitam-hitaman.

Di atas altar penyembahan itu , berdiri 3 patung dewa pelindung keluarga , yang khusus dibawa ke Indonesia dari desa Fujian , di negara China , oleh keluarga Nagajaya.

Patung – patung dewa tersebut menyerupai 3 dewa penjaga neraka , yaitu dewa yang berbadan manusia namun berkepala sapi , dewa yang berbadan manusia namun berkepala kuda , dan dewa yang berbadan manusia , berwajah manusia namun berlidah sangat panjang.

Patung-patung dewa pelindung keluarga ini konon benar-benar berisi "Para dewa penunggu" di dalamnya.

Kondisi terakhir rumah ini (Tahun 2021) , adalah hanya dipakai sebagai gudang penyimpanan barang oleh pihak perusahaan penyewa rumah ini, dan telah menjadi jauh lebih tidak terawat kondisi nya daripada ketika masih dijadikan tempat tinggal oleh keluarga Yohan.

Pemilik pertama :

Tidak diketahui namanya. Kemungkinan besar, beliau adalah seorang pria Tionghoa perantauan yang kaya raya. Anggap saja namanya adalah Tuan Y.

Pemilik kedua :

Seorang perwira Jepang , yang tidak diketahui namanya. Namun Ia hanya menempati rumah ini selama beberapa bulan saja.

Pemilik ketiga :

Nagajaya , seorang saudagar kaya raya perantauan dari desa Fujian, di Negara China , yang tiba di Indonesia pada awal tahun 1900an.

Nagajaya menempati rumah ini sejak tahun 1940an bersama dengan anak-anak nya dan beberapa cucu nya.

Nagajaya wafat pada usia yang sangat tua dan meninggalkan perusahaan – perusahaan nya kepada ketiga anak laki-laki nya .

Perusahaan – perusahaan tersebut dikelola oleh para "pegawai utama" (Seperti "Manajer" atau "Direktur" pada jaman sekarang) , dikarenakan anak-anak dari Nagajaya lebih memilih untuk berjudi , minum-minum , dan bergaya hidup hedonisme setiap hari.

Pada akhirnya , perusahaan – perusahaan tersebut jatuh ke tangan para "pegawai utama" tersebut dan semua anak-anak dari Nagajaya jatuh miskin.

Pemilik keempat :

Hak milik Rumah 9 Hujan ini akhirnya jatuh ke tangan salah satu anak dari Nagajaya yang bernama Husin.

Beliau menempati rumah tersebut bersama dengan istrinya (Harini) dan anak bungsunya yang bernama Yohan.

Beliau wafat ketika berumur 52 tahun, dikarenakan oleh penyakit kanker kelenjar getah bening .

Pada waktu itu, Yohan masih berumur 17 tahun dan ibunya juga sudah mulai terganggu kesehatannya, sehingga kepimilikan rumah tersebut diwakilkan oleh adik dari Husin, yang bernama Haris.

Pemilik kelima :

Adalah Yohan , yang menempati bangunan rumah tempat tinggal utama bersama dengan ibunya (Harini) , istrinya (Ayudisa) , dan kelima anaknya (Abyasa , Indri , Istari , Adiguna , dan Arjuna).

Namun, bangunan toko di bagian depan rumah ini dimiliki oleh kakak sepupu dari Yohan yang bernama Arga (Yang juga merupakan salah satu cucu dari Nagajaya).

Pemilik keenam :

Arga ; dimana dikarenakan masalah perselisihan mengenai perjanjian kepemilikan rumah antara Yohan & Arga, dan karena timbulnya masalah keuangan dan ekonomi yang dihadapi oleh Yohan di Tahun 1994, akhirnya rumah tersebut "dijual" secara keseluruhan kepada beliau.

Arga mengalami penyakit stroke/lumpuh total di masa tuanya.

Ia meninggal dunia di usia yang sangat tua.

Pemilik ketujuh/pemilik yang sekarang :

Anak - anak dari Arga , yang juga mewarisi perusahaan/toko bernama UD. XXX (Yang berada di bagian depan Rumah 9 Hujan ini).

 XXX (Yang berada di bagian depan Rumah 9 Hujan ini)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumah 9 HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang