Bab 18

103 8 0
                                    


Bab 18

Yohan , Ayudisa , dan Indri (Sekitar akhir tahun 1986. Jam 07:00 dan 22:00 . Dekat gudang bagian belakang rumah . Kamar tidur Yohan & Ayudisa)

Diantara kelima anak dari Yohan dan Ayudisa , Indri adalah anak mereka yang paling peka terhadap keberadaan para "penghuni misterius" rumah ini.

Bertahun-tahun setelah meninggalkan rumah ini pun , Indri masih saja sering melihat dan mendengar "sesuatu" yang misterius dan menakutkan di tempat-tempat yang Ia kunjungi atau Ia tinggali.

Suasana hari Minggu pagi pada waktu itu sangatlah sepi.

Cuaca di luar rumah agak mendung.

Penerangan cahaya matahari yang masuk di rumah ini , hanya berasal dari sela-sela plafon rumah , yang cahayanya agak remang-remang.

Semua penghuni rumah masih tidur , kecuali Indri dan para pembantu rumah yang sudah terbangun dari tidur mereka.

Badan Indri sebenarnya masih lemas karena kemarin malam Ia mengalami demam yang tinggi.

Namun , Indri tetap bermain di dekat kamar neneknya , Harini ; dan di dekat gudang rumah bagian belakang.

Ayudisa baru saja membelikannya kotak musik berwarna merah jambu , yang bila dibuka terlihat ada cermin kecil dan patung ballerina di dalamnya , beberapa hari yang lalu.

Indri yang bertubuh kurus dan berwajah seperti anak hasil pernikahan campuran antara orang Eropa dengan orang keturunan Tionghoa itu , sedang bermain dengan kotak musik nya.

Ketika Ia membuka kotak musik berwarna merah jambu itu dan memutar musiknya , Ia melihat pada cermin kotak musik itu ada sosok laki-laki bertubuh kurus dan tinggi, berwajah pucat, berpakaian warna putih, bercelana panjang berwarna hitam ; sedang berdiri mengamati Indri dengan mata besar yang melotot dan bibir tipis yang tersenyum lebar.

Indri segera melihat ke arah belakang tubuhnya dan tidak menemukan ada siapa-siapa disana.

Ia merasa ketakutan.

Ia langsung menutup kotak musik itu.

Terdengar suara Yohan yang berjalan keluar dari kamar tidurnya, menghampiri Indri.

Yohan yang rambutnya masih awut-awutan itu bertanya kepadanya ,

"Lho, nik , kamu kok wes bangun? Kok mainan ndek sini? Tidur'o lagi, nik. Cek cepet sembuh" (Lho, nik , kamu kok sudah bangun tidur? Kok mainan di sini? Tidurlah lagi, nik. Supaya cepat sembuh).

Indri hanya menjawab ,

"Pa, tadi ada orang laki pakek katok panjang item ndek belakang'e nonik. Marigitu orang'e langsung ilang" (Pa, tadi ada orang laki-laki pakai celana panjang warna hitam di belakangnya nonik. Setelah itu orang nya langsung hilang).

Yohan tidak berkata apa-apa.

Ia langsung menyentuh bagian dahi Indri dan merasakan bahwa tubuh anak perempuan kesayangannya itu sangat panas.

Ia menyimpulkan bahwa Indri ini pasti karena suhu badannya yang panas , jadi melihat yang aneh-aneh.

Baru saja Yohan memegang tubuh Indri untuk menggendongnya , tiba-tiba kaleng cat berukuran kecil yang berada di atas meja dekat gudang rumah bagian belakang itu terjatuh ke lantai.

Yohan sambil menggendong Indri , memungut kaleng cat kecil itu dan meletakkannya di meja.

Yohan berbalik dan berjalan menjauhi meja itu.

Terdengar bunyi kaleng yang terjatuh ke lantai.

Kaleng cat kecil itu sudah ada di lantai lagi.

Yohan berjalan ke arah meja itu dan berencana memungut kaleng cat kecil itu lagi.

"Aneh sekali" , katanya di dalam hati.

Tiba-tiba , kaleng cat kecil itu terbang di udara secara perlahan dan kemudian jatuh di atas meja itu.

Yohan dan Indri terdiam , terpaku , dan tidak bisa bergerak melihat kejadian yang sangat aneh itu.

Kaleng cat kecil itu terbang lagi ke udara dan terlihat seperti menjatuhkan dirinya ke lantai dengan keras.

Cairan cat yang berwarna merah bertumpahan di atas permukaan lantai.

Yohan yang sedang menggendong Indri , perlahan-lahan membalikkan badannya dan berjalan cepat-cepat menuju masuk ke kamar tidurnya.

Malam itu , Indri tidur di kamar orang tuanya , karena penyakit demam nya yang tidak kunjung mereda juga.

Panas tubuhnya hampir 39°C.

Yohan dan Ayudisa berjaga semalaman menyeka dan mengompres badan Indri menggunakan air dingin.

Tiba-tiba , terdengar ada orang yang menggedor-gedor pintu kamar tidur yang terbuat dari kayu jati ini.

"Tenaga orang ini pasti sangat kuat sekali , bisa menggedor-gedor pintu kamar dari kayu jati ini sehingga menimbulkan suara sedemikian keras" ; pikir Yohan.

Ada suara seperti dengusan nafas yang berat di balik pintu kamar.

Yohan langsung menyadari bahwa yang menggedor-gedor pintu kamar ini pasti bukanlah manusia.

Ia langsung buru-buru mengunci pintu kamar tidur ini , sementara Ayudisa mencoba menenangkan Indri yang ketakutan.

Engsel-engsel pintu kamar ini serasa ada yang menggeser-gesernya.

Seperti ada "orang" yang ingin melepas engsel-engsel di pintu kamar ini.

Bunyi nya sangat menyakitkan telinga mereka.

Tajam dan lirih.

Suara-suara itu berlangsung selama beberapa menit.

Diakhiri dengan suara dengusan nafas yang sangat berat.

Rumah 9 HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang