Bab 12

121 7 5
                                    


Bab 12

Janoko (Sekitar awal tahun 1982 . Jam 21:00. Lorong luar rumah)

Terdengar suara-suara tertawa yang keras di seluruh penjuru rumah ini.

Janoko , Yohan , Jatmiko , dan teman-temannya sedang bersenda gurau di ruang tamu.

Jatmiko dan Janoko adalah kakak beradik , yang merupakan anak dari Haris (Adik dari Husin, ayah Yohan).

Jatmiko adalah pria berumur 40 tahunan yang bertubuh sangat besar , berbulu lebat , dan suka berbicara dengan suara yang sangat keras.

Janoko adalah adik dari Jatmiko yang berbadan sangat berbeda dengan kakaknya.

Badannya agak pendek dan kurus.

Suaranya juga agak melengking.

Diantara para saudara sepupunya, Yohan memiliki hubungan yang paling dekat dengan kakak beradik ini.

Mereka berdua memiliki selara humor yang tinggi , sehingga Yohan sangat suka meluangkan waktu senggangnya mengobrol dengan mereka berdua.

Janoko sedang menginap di rumah ini selama beberapa hari. Sedangkan Jatmiko hanya berkunjung saja malam ini.

Ayudisa memanggil Yohan dan memintanya untuk menyuruh teman-temannya pulang karena hari sudah malam dan suara tawa mereka mengganggu anak-anak yang sedang tidur.

Yohan menuruti istrinya dan meminta mereka untuk pulang sekarang dan melanjutkan percakapan mereka besok atau lusa saja.

Janoko menawarkan diri untuk mengantarkan mereka keluar sampai gerbang luar rumah.

Rumah ini memiliki 3 pintu keluar rumah : Pintu depan rumah yang melekat di rumah tempat tinggal utama, Pintu tengah diluar rumah yang merupakan pintu kayu reyot kecil dengan kawat-kawat yang menyilang-nyilang di bagian atasnya, dan Pintu/gerbang luar rumah yang berat dan berukuran besar , yang terbuat dari bahan baja.

Janoko mengantarkan para tamu berjalan ke arah gerbang luar rumah sambil tetap bersenda gurau bersama.

Tawa mereka masih terdengar dengan keras sampai ruangan di dalam rumah ini.

Setelah para tamu sudah berjalan keluar semua dari gerbang luar rumah, Janoko mengunci gerbang itu dan berjalan kembali ke arah pintu tengah luar rumah.

Ia mendengar ada suara tawa di balik dinding-dinding lorong luar rumah.

Tapi mana mungkin gema suara tawa mereka masih terdengar di balik dinding?

Mana bisa gema suara tertawa mereka masih melekat di dinding rumah?

Tidak mungkin, pikirnya.

Ia melanjutkan jalannya dengan lebih cepat.

Badannya mulai merasa merinding.

Ketika Ia sudah sampai di pintu tengah luar rumah, Ia mencoba membukanya.

Namun pintu itu terkunci.

Ia mencoba menggoyangkan-goyangkan pintu kayu tua reyot itu.

Masih belum bisa terbuka.

Ia pun berteriak memanggil-manggil Yohan , "Han, gua kekunci ndek kene. Tolong bukakno pintu tengah iki" (Han, saya terkunci disini. Tolong bukakan pintu tengah ini).

Yohan berteriak menjawab "Kok iso kekunci? Sek sek, gua taknyari kunci'e sek. Pintu iku gak tau gua takkunci" (Kok bisa terkunci? Sebentar, saya mencari kuncinya dulu. Pintu itu nggak pernah saya kunci).

Janoko menunggu Yohan mencari kunci pintu luar tengah itu.

Terdengar suara tertawa lagi dari dalam dinding lorong luar rumah.

Ia mulai merasa ketakutan dan berteriak, "Cepetan, Han!"

Tiba-tiba ada yang menyiram wajahnya dengan air dingin dari bagian depan pintu luar tengah.

Dia merasa kaget, marah , takut, dan langsung berteriak , "Jangkr*k!!! Sopo iku sing nyiram gua?" (Sialan! Siapa itu yang menyiram aku?)

Tidak ada suara yang menjawab.

Bau air itu sangat tidak enak.

Seperti bau kencing.

Perutnya terasa mual.

Ia melihat ada sosok yang tinggi besar berdiri di luar pintu tengah.

Sosok itu tertawa keras-keras.

Namun, Janoko tidak bisa melihat wajah sosok itu.

Hanya matanya yang berwarna putih kekuning-kunngan dan terlihat aneh.

Tubuhnya merinding ketakutan.

Tak lama setelah itu, Yohan datang membukakan pintu tengah luar rumah itu dan bertanya, "Jan, lu ngapain teriak-teriak?"

Janoko yang masih ketakutan menjawab dengan gemetaran , "Ada sing nyiram mukaku, Han. Mboh sopo. Gak ketok muka'e" (Ada yang menyiram wajahku, Han. Tidak tahu siapa. Tidak kelihatan wajahnya).

Yohan merasa heran, tetapi memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut.

Setelah kembali masuk ke dalam rumah, Janoko mengganti bajunya yang basah , mencuci wajahnya , dan setelah itu Ia menceritakan lebih lengkap mengenai apa yang barusan Ia alami kepada Yohan.

Malam itu, Janoko tidak bisa tidur nyenyak dan Ia tetap menyalakan lampu kamar tidur tamu rumah ini semalaman.

Ini adalah perjumpaan Janoko yang pertama dengan "penghuni misterius" di dalam Rumah 9 Hujan ini.

Rumah 9 HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang