Bab 17
Ayudisa & Yohan (Akhir bulan Agustus 1984. Jam 21:00 – 05:00. Kamar tidur Yohan&Ayudisa. Rumah Sakit RKZ)
Yohan mengalami sakit demam berdarah yang sangat parah sejak tengah bulan Agustus 1984.
Ia dirawat di rumah sakit St.Vincentius A Paulo (RKZ) Surabaya.
Kondisinya terus memburuk setiap hari.
Ada salah satu saudara jauh dari Yohan yang sudah tua umurnya dan berperawakan besar, bernama Surahman , datang menemui Harini dan Ayudisa di rumah ini.
Ia menduga bahwa Yohan jatuh sakit karena akhir-akhir ini Ia jarang sekali bersembahyang di depan altar penyembahan para dewa pelindung keluarga.
Jadi, ada kemungkinan para dewa murka kepadanya dan ingin mengambil nyawanya.
Ayudisa menceritakan peristiwa yang dialami Joko dan Yohan beberapa bulan yang lalu (Lihat bab sebelumnya).
Surahman menduga bahwa mungkin yang memperingatkan Yohan hanya salah satu dari dewa pelindung keluarga, sedangkan yang murka kepadanya adalah dewa pelindung keluarga yang lainnya.
Ayudisa juga baru teringat bahwa Ia dan Yohan akhir-akhir ini memang sering lupa bersembahyang di altar para dewa pelindung keluarga dan sering lupa menyediakan sesaji di sudut-sudut rumah, karena kesibukan pekerjaan mereka.
Surahman menyarankan Ayudisa untuk membawa pulang Yohan dari rumah sakit dan memaksanya untuk Pai Kwe (Bersujud menyembah) di depan altar dewa pelindung keluarga, meminta maaf dan pertolongan para dewa itu.
Namun, Ayudisa mengatakan bahwa para dokter tidak mungkin mengijinkan Yohan meninggalkan rumah sakit sekarang, karena itu akan sangat berbahaya bagi nyawa Yohan.
Surahman berhenti memberikan sarannya dan memilih untuk segera meninggalkan rumah ini.
Pada akhir bulan Agustus 1984, telinga , hidung, dan mulut Yohan sudah mulai mengeluarkan darah.
Bola matanya juga sudah menjadi berwarna sangat merah sekali.
Semua anggota keluarga (Ibu Yohan dan para sepupu Yohan) dan para dokter yang menangani Yohan , mengatakan kepada Ayudisa bahwa suaminya ini tidak akan selamat dari sakit yang di deritanya ini.
Bahkan, salah satu saudara sepupu dari Yohan menyarankan Ayudisa untuk segera membeli peti mati dan tanah kuburan untuk suaminya itu.
Sore itu, Ayudisa mengunjungi suaminya di rumah sakit dan para dokter memberitahunya bahwa Yohan tidak mungkin bisa sembuh kembali.
Waktu hidupnya hanya tinggal 1 atau 2 hari lagi.
Yohan meminta ke para dokter untuk membiarkannya pulang ke rumah saja keesokan paginya, supaya Ia bisa beristirahat dan meninggal dunia di rumahnya.
Ayudisa yang sedang mengandung anaknya di perutnya , hanya bisa menangis dan bingung harus melakukan apa lagi untuk menolong suaminya itu.
Kandungannya sudah berusia hampir 9 bulan dan Ia sering merasa mual-mual.
Masalah suaminya yang sakit parah ini benar-benar membuatnya merasa lelah , tertekan, dan Ia menjadi sering lupa untuk makan setiap hari.
Ibu mertuanya, Harini, menyarankannya untuk bersembahyang kepada dewa pelidung keluarga untuk menolong suaminya.
Harini juga memberitahu menantunya ini bahwa dewa-dewa pelindung rumah akan memberikan tanda kepadanya.
Sepulang dari menjenguk suaminya, Ia segera menyalakan hio dan bersembahyang di depan altar para dewa pelindung keluarga, meminta pertolongan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah 9 Hujan
HorrorKisah-kisah nyata yang menyeramkan , mengenai Rumah 9 Hujan , yang disusun berdasarkan kesaksian-kesaksian dan cerita-cerita dari para penghuni rumah yang mengerikan tersebut.