Bab 10

126 8 0
                                    


Bab 10

Yohan (Sekitar bulan Agustus tahun 1981. Jam 22:00. Kamar mandi penghuni rumah dan area dekat pompa air&sumur tua)

Yohan telah memindahkan lokasi usahanya ke suatu tempat di pinggiran kota Surabaya bagian barat yang berbatasan dengan kota Gresik , sejak akhir tahun yang lalu.

Ia sedang memiliki banyak pikiran dan kegelisahan karena pekerjaannya yang mendadak sepi sejak berpindah lokasi usahanya.

Istrinya, Ayudisa , juga sedang mengandung anak ketiganya.

Ia bingung bagaimana masa depan keluarganya jika pekerjaannya tetap sepi seperti ini.

Semakin hari, jumlah rokok yang Ia hisap dan habiskan, semakin banyak.

Malam itu, Ia tidak bisa tidur dengan lelap.

Ia selalu terbangun walaupun hanya gara-gara suara yang sangat kecil sekalipun.

Yohan memutuskan untuk bejalan keluar dari kamar tidurnya, ke arah kamar mandi penghuni rumah.

Tidak lupa Ia mengambil bungkusan rokok di laci meja kamar tidurnya.

Ia merokok di depan kamar mandi penghuni rumah sambil berpikir mengenai hal-hal yang Ia khawatirkan.

Terdengar suara seperti bisikan-bisikan dari arah sumur tua.

Yohan mencoba menghampiri arah suara tersebut.

Ia melihat ada seekor kucing hitam duduk di dekat sumur tua itu.

Kucing hitam itu bermata kuning kehijau-hijauan dan melihat ke arah Yohan dengan pandangan mata yang tajam.

Kucing hitam itu tidak bergerak sedikitpun dan badannya terlihat tegang.

Lama-kelamaan, Yohan mulai menyadari bahwa kucing hitam itu bukan sedang memperhatikannya.

Kucing hitam itu sedang menatap sesuatu di bagian belakang tubuh Yohan.

Ia langsung menoleh ke belakang , dan melihat ada sesuatu yang berwarna putih , sedang terbang dengan cepat dan menghilang seketika.

Hati Yohan mulai merasa aneh dan takut.

Namun, rokok di tangannya masih setengah habis dan masih ada 2 batang rokok lagi di bungkusannya.

Ia memutuskan untuk menghabiskan 2 batang rokok itu malam ini.

Sambil merokok , Ia memeriksa sekelilingnya.

Tetapi karena penerangan bagian rumah itu yang agak gelap, Ia tidak bisa melihat dengan jelas.

Kucing hitam itu berjalan mendekatinya dan mengeong.

Beberapa detik kemudian, kucing hitam itu segera pergi dan melompat ke arah genteng rumah , di atas kamar mandi penghuni rumah.

Yohan mendengar ada suara bisikan-bisikan lagi dari arah sumur tua.

Kali ini, suaranya lebih jelas.

Seperti suara perempuan yang berbisik-bisik.

Tetapi, Ia tidak mengerti bahasa yang terdengar dari arah sumur tua itu.

Dengan perasaan takut, Ia memberanikan diri untuk sekali lagi menghampiri sumur tua itu.

Dibawah cahaya yang remang-remang , Ia melihat ada sosok perempuan berbaju warna putih , berambut hitam panjang , berwajah pucat sekali , berbibir warna merah ; sedang duduk di bagian tepi sumur.

Yohan merasa badannya gemetaran.

Ia merinding ketakutan.

Yohan merasa udara di sekitarnya menjadi sangat dingin dan lembab.

Ia tiba-tiba teringat cerita salah satu pembantu rumahnya dulu.

Pembantu rumah itu pernah bercerita kepadanya bahwa setiap subuh ketika pembantu rumah itu menimba air dari sumur, Ia selalu melihat sosok perempuan berambut panjang yang sedang duduk di dekat sumur.

Awalnya, pembantu rumah itu takut.

Namun lama kelamaan , Ia menjadi terbiasa dengan keberadaan sosok wanita berambut panjang ini, karena sosok ini tidak pernah mengganggunya.

Sosok wanita itu hanya duduk disana, mengamati pembantu rumah itu yang menimba air dari dalam sumur.

Yohan masih terpaku melihat sosok wanita itu yang mulai menghampiri Yohan dan tersenyum kecil

Perlahan-lahan, sosok wanita itu menyibakkan rambutnya yang menutupi dahinya.

Terlihat ada lubang kecil di dahinya.

Senyuman kecil itu lama-lama menjadi lebih lebar.

Lebih lebar.

Lebih lebar lagi.

Senyumannya menjadi sangat lebar.

Pipinya robek keatas karena senyumannya yang terlalu lebar.

Sosok wanita itu tiba-tiba terbang ke arah belakang dengan perlahan dan hilang dari pandangan mata Yohan.

Yohan tidak bisa bergerak selama beberapa detik.

Kedua bola matanya dipenuhi dengan air mata ketakutan.

Ia baru sadar kembali, ketika abu panas dari rokok di tangannya membakar jarinya.

Yohan menghentakkan jarinya karena terkena abu panas di puntung rokoknya.

Dengan badan yang bergemetaran, Ia memungut puntung rokok yang terjatuh dan membuangnya di tempat sampah di dekat kamar mandi penghuni rumah.

Ia kembali mencoba menengok ke arah sumur tua itu.

Sosok wanita itu sedang berada di dalam sumur.

Hanya terlihat wajah dan kepalanya yang menyembul dari dalam mulut sumur tua itu, sambil memandangi Yohan.

Sosok perempuan itu sekali lagi tersenyum dengan sangat lebar.

Senyumnya selebar pipinya.

Yohan langsung memalingkan tubuhnya dan bergegas berjalan kembali ke dalam kamar tidurnya dengan tergesa-gesa.

Sejak itu, Ia tidak pernah merokok di dekat sumur tua itu malam-malam.

Rumah 9 HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang