✿Selamat Pergi✿

2.1K 385 207
                                    


Happy Reading manteman..💚
Anw, welcome buat kalian para pembaca baru huhuu makasi buat votmentnya :)


PART 35

“patah hati tidak akan terjadi sebelum waktunya tiba”

⚛ - ⚛ - ⚛

Hubungan Yeza dan Jihoon sudah berada di ambang kejelasan. Pada intinya, mereka benar-benar akan berpisah.

Nyaris empat hari berturut-turut Yeza terus datang pada Jihoon berharap agar semua bisa diperbaiki. Meskipun ia tidak kuat dengan rasa sakit yang diterima, nyatanya gadis itu sendiri lebih tidak sanggup jika harus menanggalkan kebahagiaan orang lain. Jihoon berhak atas hubungannya dengan Karina. Meskipun itu menyakiti salah satu pihak.

Campur tangan dari kedua orangtua pun sudah tak lagi berpengaruh, sebab mereka sendiri tanpa sadar juga telah melakukan sedikit kesalahan dengan dampak cukup fatal pada putera-puterinya.

Yeza berkali-kali mengusap pipinya yang basah. Membayangkan Jihoon dengan kebahagiaan barunya hanya akan menambah ruang sesak di dada. Dan lebih parahnya, teman yang selama ini ia percaya adalah seorang pemeran utama dibalik segala hal.

"Za, hapenya bunyi, tuh. Jangan ngelamun terus,"

Teguran dari si Ibu yang terdengar sedikit pelan, tak mampu membuyarkan lamunan Yeza yang masih terdiam tanpa gerak. Wanita berambut pendek itu lantas menepuk bahu anaknya dengan ketukan pelan. "Hapenya geter terus tuh, buruan diliat siapa tau penting."

Yeza menoleh berkedip. Perlahan-lahan kesadarannya terkumpul. Ia bergegas meraih ponselnya meskipun benda itu sekarang sudah tidak berbunyi nada telepon lagi.

"Udah mati ya telfonnya? Dari siapa, Za?" tanya Seiza.

Yeza balas menggeleng pelan. "Entah, ini dari nomor nggak dikenal."

Seiza hanya memgangguk. Segera berlalu dari ruang tengah untuk kembali masuk ke area dapur.

Sesaat setelah mengecek beberapa riwayat panggilan yang masuk, Yeza dibuat salah fokus dengan sebuah pesan baru dari nomor tidak dikenal. Chat dari tiga puluh detik yang lalu.

08231325xxxx
Apa kabar, Za?
Ini nomer baru guee
Jaemin :)

Mulut Yeza sedikit terbuka ketika membaca pesan baru tersebut. Matanya terpejam beberapa detik dibarengi gemuruh perasaan yang sulit dijelaskan. Entah kenapa sebagian hati kecilnya berharap jika Jaemin ada disini sekarang.

Tanpa pikir panjang, Yeza menelfon nomor baru itu dengan perasaan penuh harap. Takut jikalau panggilan luar negeri tidak dapat dijangkau.

"Iya, halo? Ciee Lo nelfon gue duluan nih," suara ledekan yang lebih dulu terdengar sontak membuat Yeza menahan senyum.

"Jae..."

"H-hah? Iya.. Kenapa?"

Yeza menghela nafas, lalu melipat bibirnya ke dalam. Rasanya ia belum sanggup bercerita apapun. "Lo disana apa kabar?"

Marriage is an Nothing √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang