Di part kmrn komenan kalian bikin saya ketawa sampe kejungkel wkwk/canda. Sumpah teori kalian imajinatif sekaleeAnw, happy reading ✨🌻
PART 41
“mempertahankan dua hal yang berbeda, bukanlah perkara mudah”
⚛️⚛️⚛️
"Gue masih nyelesaiin masalah diluar, kenapa lo nyuruh gue kesini? Gak berani ngejalanin sendirian?"
Jaemin kala itu langsung memberenggut kesal ketika menggeser pintu Apartemen Jeno yang dikunci menggunakan kode.
Sementara Jeno yang asyik bermain game diatas karpet pun akhirnya merubah posisi menjadi duduk. Tak lupa wajahnya juga sedikit ikut kesal.
"Lo kenapa jadi emosian banget sih anjir. Ditinggal Yeza mati, lo kebawa perasaan banget."
"Jangan libatin Yeza segala," raut Jaemin tegas dan menuntut.
"Yaya, sori."
Jaemin mendengus mengusap wajahnya. Apa yang diucapkan Jeno ada benarnya. Entah kenapa, ia merasa dirinya sendiri kehilangan pondasi dan arah. Yang ada di pikiran Jaemin saat ini hanyalah perasaan emosi, menyesal, serta dendam.
"Karina daritadi minta buat ketemu lo terus. Katanya, kalo emang lo mau bunuh gue, setidaknya sebelum mati, bawa Jaemin bentar di hadapan gue." ujar Jeno menjelaskan apa yang sedari tadi di teriakkan Karina padanya.
"Cuman gara-gara gitu, lo nunda tugas lo?" Jaemin mendecak. "Apaan banget, gak penting!"
"Aelah, gimanapun juga gue gak tega anjir. Dia kaya mohon-mohon gitu ke gue, makanya gue suruh lo kesini dulu. Coba deh lo samperin bentar, barangkali punya wasiat kali tuh Cewek."
"Gak usah ngaco."
Jeno mengangkat bahu. "Siapa tau kan,"
Dengan mendecak malas, Jaemin melangkahkan kaki membuka pintu kamar mandi tempat disembunyikannya Karina. Yang terlihat sekarang adalah, gadis itu diikat tali dengan mulut dililit lakban.
Ide bagus, Lee Jeno.
"Nyariin gue, Rin?"
Pemuda berambut kecoklatan itu berjongkok di hadapan Karina. Mensejajarkan wajah mereka satu sama lain. Dan menurut Jaemin, rupanya kecantikan Karina tetap utuh meskipun keadaan gadis itu terlihat tidak baik-baik saja.
"Lo diapain aja sama Jeno semalem?" Jaemin menaikkan alis. Ada sedikit tawa kecil yang terdengar.
"Dulu waktu kita pacaran aja lo mana pernah gue sentuh. Lo kan anak mama yang cengeng." kata Jaemin lagi. "Eh, tapi sekarang lo udah berani. Atau emang terpaksa takut Jeno ngumbar rekaman cctvnya?"
Namun karena lakban hitam yang masih melekat di mulut Karina, gadis itu pun hanya bergumam tak jelas sambil menggerakkan tubuhnya berusaha terlepas. Sebenarnya, ia sangat ingin meneriaki Jaemin sekeras-kerasnya.
Sedikit merasa gemas, akhirnya Jaemin mau tak mau menarik perekat hitam itu dari mulut Karina. Ia juga ingin mendengar keperluan apa yang ingin diucap gadis manis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage is an Nothing √
FanfictionBagi Jihoon, pernikahan yang sekarang ia jalani bukanlah apa-apa. Jihoon never appreciated any of the bonds between them. #1 parkjihoon (21052021) ©𝟐𝟎𝟐𝟏