Selamat membaca ya, semoga suka dan terimakasih banyak apresiasinya 🌸🌈
PART 38
“nyatanya, aku memilih melepaskan”
⚛️ - ⚛️ - ⚛️
"Jihoon, jangan diem aja. Buruan kita pergi!"
Masih dengan pikiran kosong dan tatapan tak percaya, Jihoon menoleh penuh ketakutan pada Karina yang sejak tadi terus memaksanya melangkahkan kaki untuk pergi.
Kakinya lemas tak bertenaga seolah saraf di sekujur tubuh terputus. Antara percaya atau tidak jika yang terlihat di depan matanya adalah mimpi atau kenyataan.
Suara dentuman yang cukup keras terdengar beberapa detik lalu membuat sekujur implus darahnya menegang. Hatinya mencelos begitu saja dibarengi dengan guratan rasa takut.
"R-rin, dia—"
"Dibawah pasti ada orang ngeliat dan dia pasti selamat. Buruan kita pergi dari sini, Ji! Apapun yang terjadi, kita nggak terlibat."
Jihoon masih menatap kosong ke arah bawah. Memandang dari jauh tubuh mantan istrinya tergeletak penuh darah.
"Tapi, Rin.. Gimanapun juga kita harus turun! Y-yeza butuh—"
"Jangan gila Jihoon! Ikut gue sekarang, lalu bersikap seolah kita gak tau apa-apa."
Hati Jihoon menegang. Separuh jiwanya memaksa agar ia segera menyelamatkan Yeza di bawah sana. Namun, pikiran bulus yang entah datang darimana mengatakan jika ini bukan salahnya. Yeza memang terjatuh sendiri.
"PERCAYA GUE, JIHOON! YEZA GAK BAKAL MATI"
Terkesiap dari pikiran lemahnya, Jihoon mendongak kaku menatap wajah marah Karina. "Rin, t-tapi dia.."
Karina memejamkan mata sekilas. "Siapa yang lo pilih antara gue atau Yeza?"
Jihoon menegang. Pertanyaan konyol itu ia dengar disaat situasi buruk terjadi diantara keduanya. Ini mungkin menjadi pertanyaan mudah jika andai saja dibawah sana nyawa Yeza tidak menjadi taruhan.
Jihoon pasti memilih Karina, tapi-
"Jihoon! Gue kasih lo kesempatan lagi, ikut gue sekarang atau semua selesai sampai disini?!" Karina menghujam Jihoon dengan tatapan memohon.
"Gue pilih lo, Rin." Jihoon menggeleng tegas, seakan tidak ingin ancaman Karina menjadi kenyataan.
Ia sangat mencintai Karina. Lebih dari yang orang lain tahu tentang kedekatan mereka sebagai teman.
"Oke, kita pergi sekarang." pada akhirnya Jihoon memang tak berdaya untuk sekedar menepis genggaman tangan yang saat ini tengah menariknya.
Dalam hati dirinya terus memohon dengan segala perasaan takut. Apapun nanti yang terjadi, Jihoon hanya berharap Yeza selamat.
Setidaknya, bukan perpisahan semacam ini yang harus menjadi penutup hubungan mereka. Bahkan Jihoon ingat, beberapa menit lalu rentetan kalimat sarkas yang terucap dari mulutnya pasti membuat gadis itu sakit hati.
Lebih parahnya, Jihoon bahkan tak berbuat apa-apa dikala Yeza sedang bertaruh dengan segala konsekuensi menggenaskan di bawah sana. Ia akui, ia memang bodoh dan egois. Ditambah lagi, ia tak berhati nurani.
Maaf, Za. Maaf banget..
Lo harus selamat!
Gue cuma minta lo pergi dari kehidupan gue, Za. Bukan pergi dari dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage is an Nothing √
FanfictionBagi Jihoon, pernikahan yang sekarang ia jalani bukanlah apa-apa. Jihoon never appreciated any of the bonds between them. #1 parkjihoon (21052021) ©𝟐𝟎𝟐𝟏