✿Jadi, Memang Benar✿

1.5K 351 144
                                    

Anw, maaf bgt kemarin ada salah ketik.
Padahal ibunya Yeza itu Seiza, bukan Yezia wkkwk 😂
Maklum karena tergopoh-gopoh



PART 33

“yang tak pernah tergenggam”

⚛ - ⚛ - ⚛


Mungkin, orang beranggapan jika segala sesuatu yang tidak bisa dipertahankan maka jalan keluarnya adalah berhenti.

Sepanjang malam Yeza terus memikirkan hal itu sambil terus berdoa pada Tuhan. Meluapkan emosinya dengan air mata yang mengalir deras tanpa diperintah.

Ketakutan yang selama ini Yeza khawatirkan rupanya benar-benar terjadi. Jihoon mencintai perempuan lain.

Padahal dirinya selalu memberikan kebebasan seolah tak mempermasalahkan bagaimana kehidupan privasi Jihoon diluar sana. Namun, sekarang Yeza justru tak sanggup menerima fakta yang membuatnya begitu menderita.

Bahkan, diantara semua yang sudah mereka jalani selama berbulan-bulan, tak sama sekali membekas apapun di hati Cowok itu. Lebih parahnya lagi Jihoon memilih agar semuanya diakhiri.

"Emang bener ya Bu, cinta itu gak bisa dipaksain." gumaman pelan dari isakan suara Yeza membuat sang Ibu kembali menghela nafas.

Sejak semalam, Seiza terus menemani putri semata wayangnya itu mengeluarkan segala unek-unek dan air mata. Matanya pun ikut memberat dengan air mata hanya dengan membayangkan bagaimana rasa sakit yang dialami Yeza sekarang.

Tak menduga hal semacam ini akan terjadi.

"Kenapa kamu diam aja kalau memang setiap hari kalian jauh dari kata bahagia?" Seiza memberi pertanyaan setelah beberapa jam hanya diam sambil mengusap kepala Yeza di pangkuannya.

Masih dengan tatapan kosong, gadis itu menggeleng lemah. "Setiap hari aku ngerasa bahagia, Bu. Walaupun apa yang terjadi nggak sesuai harapan."

"Yeza.."

"Tapi aku sadar, Bu. Seseorang yang dipilih Jihoon pasti jauh lebih sempurna daripada aku. Lebih, lebih dan lebih.."

Yeza menarik nafas. Menjeda ucapan sejenak lalu mengusap pangkal hidungnya yang basah. Ia meremang dengan segala rasa sakit dan berbagai ketakutan di setiap pikiran buruknya. Berharap semua ini sekedar mimpi buruk belaka.

"Sudah, jangan sesenggukan gitu. Malah sesak nanti dada kamu, nak." dengan tepukan hangat di kepalanya, sang Ibu berusaha menyalurkan kelembutan.

Dan tepukan itu membuat Yeza sadar, jika ini bukanlah mimpi. Semua sangat nyata.

"Bu, selama ini Yeza udah berusaha yang terbaik. Tapi kenapa hasilnya malah kaya gini?"

Selagi putrinya itu masih dalam mode emosi yang berkaprah, maka tidak ada hal lain untuk dilakukan terkecuali mendengarkan segala ungkapan dan luapan isi hati yang terdengar dibarengi isak tangis.

Jujur saja Seiza merasa sangat terpuruk melihat Yeza dengan kondisi seperti sekarang. Rasa bersalah menyelimuti seluruh hatinya karena telah begitu mudahnya menjerumuskan anak gadis itu dalam pernikahan .

Marriage is an Nothing √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang