Pt ini gak terlalu panjang, semoga suka🙌
PART 16
“hanya ingin didengarkan, bukan berarti mereka haus akan perhatian”
⚛ - ⚛ - ⚛
"Jihoon, buruan bangun! Kebo banget sih,"
Dengan sentakan pelan, Yeza terus bersuara keras membangunkan Jihoon yang masih terlelap nyaman dibalik selimut. Padahal lima belas menit sebelumnya, Cowok itu sudah sempat terbangun membuka mata.
"Jihoon, ayolah plis. Lo setengah jam lagi ada kelas, gimana sih?" Yeza masih belum menyerah.
"Iyaa ini bangun, Gak usah gebukin punggung juga njir. Kasar banget," menggeliat malas, Jihoon berbaring menyibak selimutnya.
"Ya makanya buruan cepet!"
Jihoon menghembuskan nafasnya. Bangkit dari tempat tidur, dibarengi dengan mulut yang terus-terusan menguap.
"Lo sendiri gak ke Vicente?" tanya Jihoon ketika melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan lebih.
Yeza yang tengah merapikan tempat tidur pun menoleh, "Hari ini nggak dulu, badan gue agak kurang enak."
Jihoon terdiam, menatap Yeza.
Perlahan bergerak dari posisinya mendekati gadis itu. "Sakit apa lo?"
"Nggak sakit," Yeza menggeleng.
Dua detik kemudian, Jihoon menangkup pipi Yeza dengan kedua tangannya. Diakhiri dengan menyentuh dahi gadis itu. Terasa jelas ruam hangat di telapak tangan Jihoon.
"Jangan sakit, nyusahin entar."
Yeza menyipitkan mata. Sejurus kemudian, menepis pelan tangan Jihoon yang masih berada di wajahnya. "Gue gak sakit. Cuma kurang enak badan,"
"Badan lo panas. Sama aja lo sakit,"
Yeza mendengus. Ditatapnya lamat-lamat keadaan Jihoon yang masih sangat muka bantal dengan kaos oblong dan celana pendek. Begitu santai seakan tidak tergopoh sama sekali.
"Buruan mandi sana! Jangan males-males terus, bentar lagi kan lo UAS" titahnya lagi.
Bukan menurut, Jihoon malah semakin gencar mengobrol. "Santai, dosen gue kalo dateng hobinya ngaret. Sekarang gue nanya, lo kalo beneran nggak enak badan mau ke rumah sakit nggak?"
Susah payah Yeza menelan ludah. Ia berdehem sejenak, menetralisir rasa gugup yang ada. Tidak biasanya Jihoon menorehkan sikap perduli secara gamblang.
"Apaan, sok perduli banget."
"Gue sedang mencoba menghargai keberadaan lo, apa yang salah?" bengis Jihoon.
Yeza melipat bibirnya. Tidak ingin terlalu naif dengan ucapan Jihoon. "Gue nggak papa. Cuman pusing sama demam doang ngapain ke rumah sakit."
Dalam sepersekian detik diantara waktu, Jihoon merenggut bahu Yeza ketika gadis itu hendak berbalik mengabaikannya.
"Gue gini juga perduli, Za."
"Iya gue tau. Gue nanti tinggal makan sedikit, terus minum obat dilanjut tidur. Udah beres kan?" Yeza menegakkan badan, mengalihkan tatapan matanya.
Sadar akan gelagat Yeza yang nampak gugup, Jihoon menahan sesuatu di bibirnya. Pemandangan seperti ini tidak pernah ada diantara mereka. Rasanya sedikit... Lucu?
![](https://img.wattpad.com/cover/258866100-288-k607791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage is an Nothing √
Hayran KurguBagi Jihoon, pernikahan yang sekarang ia jalani bukanlah apa-apa. Jihoon never appreciated any of the bonds between them. #1 parkjihoon (21052021) ©𝟐𝟎𝟐𝟏