✿Hari Itu Tiba✿

1.7K 352 142
                                    

Ramein yaa, pokoknya kalo ada yg binggung atau gajelas, komen aja hehe 😘


PART 40

“lantas mengapa aku merasa kehilangan”

⚛️ - ⚛️ - ⚛️

Hampir sekitar dua jam lebih, Jihoon mencari keberadaan Karina yang entah berpindah menginap dimana. Sudah sekitar 4 apartemen yang dikunjungi, ia tak kunjung menemukan keberadaan gadis itu.

Nomor telepon Karina juga tidak aktif. Hingga Jihoon bahkan harus mendatangi beberapa teman dekat pacarnya itu seperti Yiren dan Sona. Tapi hasilnya tetap sama, Karina tidak berada disana.

Sampai akhirnya, Jihoon pasrah. Memilih untuk membelokkan setir mobilnya ke arah tempat pemakaman umum yang menjadi lokasi Yeza disemayamkan. Meskipun terlambat, setidaknya ia harus menyempatkan diri mendatangi makam dua orang yang cukup berharga dalam hidupnya.

Sesuai dengan arahan yang diberikan petugas pemakaman, Jihoon bisa lebih cepat menemukan letak makam Yeza yang kebetulan berdekatan dengan pagar pembatas. Dan saat semakin berjalan mendekat, Jihoon mendapati seorang lelaki berpakaian serba hitam tengah berjongkok di samping batu nisan makam yang masih baru itu.

Awalnya Jihoon kira itu mungkin kerabat atau keluarga Yeza yang masih belum pulang. Namun, saat orang itu beringsut berdiri dan membalikkan badan, Jihoon seketika dibuat kaget. Matanya membelalak heran.

"Lo ngapain disini?!"

Sosok itu adalah Jaemin. Orang yang sama sekali benar-benar tak terduga kemunculannya. Sangat tidak memungkinkan jika pemuda itu melakukan penerbangan dengan cepat sekalipun mendengar kabar kematian Yeza yang masih berkisar beberapa jam dari sekarang.

"Gimana? Udah capek ya nyariin pacar lo dan akhirnya milih buat lari ke Yeza?" Jaemin memasang muka datar. "Telat, Ji! Dia udah mati."

"Jaga omongan lo bangsat! Ngapain lo disini?"

"Lo yang bangsat, Jihoon!" tandas Jaemin langsung setelah lawan bicaranya itu sudah ada di depan mata.

Jihoon masih tak habis pikir. "Buat apa lo disini? Nggak seharusnya lo balik lagi!"

Jaemin berjalan mendekat. Menatap wajah Jihoon dengan penuh sarkas. "Pembunuh lo, bangsat!"

"Apa-apaan lo?!"

Jaemin berusaha sekuat mungkin untuk tak menyentuh Jihoon barang seinchi pun. Yang dilakukannya kini adalah menatap kembali makam di sebelahnya yang masih basah dengan penuh taburan bunga.

Hatinya kembali sakit. Dulu Jaemin kehilangan sang Ibu, satu-satunya perempuan yang ia percaya. Dan sekarang ia kehilangan sosok istimewa yang berhasil membuat dirinya sedikit lebih percaya akan kasih sayang.

Dan kini penyesalan terbesar, sedang menggerogoti perasaannya.

Jaemin bodoh. Seharusnya dari dulu, sejak waktu itu, ia tidak harus memberikan kesempatan apapun pada Jihoon. Harusnya saat itu ia melakukan hal yang sama di masa lalu yakni merebut Yeza seperti dikala ia merebut Karina.

"Bangsat.." hardik Jaemin lirih, penuh penekanan. "Lo apain Cewek nggak bersalah ini, Ji"

Cuaca mendung yang menambah hawa angin di area itu benar-benar membuat Jihoon semakin dihujam rasa sepi. Tatapan matanya kini kosong. Ia takjub dengan situasi yang dihadapinya sekarang. Untuk pertama kali, seorang Jaemin menangis.

Marriage is an Nothing √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang