✿Keluh Jaemin✿

1.5K 347 60
                                    


PART 22

“kita tidak pernah bisa meminta kan, dengan siapa kita harus jatuh cinta”

⚛ - ⚛ -


Seorang pemuda membanting pintu mobilnya cukup kuat. Segenap kemarahannya hari ini tidak sama sekali membuatnya tenang.

"Papa mana?!" ia bertanya sarkas pada seorang perempuan yang duduk santai di ruang tamu.

"Ada di ruang kerjanya, kenapa?"

Jaemin membuang pandangannya kesamping sambil tersenyum remeh. "Mama kenapa diem aja kalo tau Papa bakal mindahin aku ke London?"

"Mama bisa apa? Itu salahmu sendiri!" Wanita bernama Wendy itu menatap sekilas lalu kembali fokus pada kegiatannya lagi.

"Emang dasar kalian orangtua gak berguna,"

Tepat ketika kalimat itu terucap dari mulut Jaemin, kemunculan sang Papa dari arah tangga membuat atensinya teralih.

"Kamu yang jauh lebih gak berguna Jaemin!"

Dio berjalan mendekat di hadapan Jaemin. Menatap bengis anak muda dengan penampilan standar itu. Selera putranya benar-benar jauh diatas rata-rata.

"Saya pikir dengan kamu tinggal disini, segala urusan bisnis akan jauh lebih baik karena kamu calon pewaris tunggal. Tapi ternyata enggak, malah kelakuan mu bikin uang saya habis terbuang sia-sia."

Jaemin mengepalkan kedua tangan menahan amarah. Buku jarinya terlihat memutih.

"Jadi lebih baik saya kembalikan aja kamu ke Papa kandungmu, biar beban hidup saya nggak terus-terusan nambah." terang Dio sejujurnya.

Semenjak Wendy memutuskan menikah lagi, Jaemin mengambil pilihan untuk tetap ikut sang Mama ketimbang harus hidup dengan dunia pendidikan di London bersama Papa kandungnya. Sejujurnya ini hal sulit, tetapi kebebasan yang ia dapatkan disini tidak akan bisa ia dapatkan di tempat lain termasuk London.

"Nggak usah protes, Jaemin. Mama yakin Papamu disana bakal jauh lebih menjamin kehidupan kamu." Wendy ikut menyahut.

Jaemin mengangkat wajahnya. "Mama nggak perduli sedikitpun ke aku?"

"Perduli gimana? Kamu aja nggak pernah nurut apa kata Mama kan? Yang ada malah terus-terusan bikin masalah. Pilihan terbaiknya memang kamu lebih baik dikirim ke Papamu. Biar dia juga punya tanggung jawab,"

Awalnya Jaemin memaklumi jika yang bertindak seenaknya adalah sang Papa tiri. Namun, kini emosinya semakin membesar karena wanita yang selama ini ia percaya justru tak sedikitpun membelanya. Jaemin pikir hanya Wendy satu-satunya orang yang selalu ia akan andalkan.

Dengan penuh tenaga, Jaemin melempar guci besar yang berdiri tegak diatas meja. Memecahkan nya dengan suara yang tak kala nyaring hingga membuat Wendy terkejut.

"Jangan gila!" mata Dio menyalang.

"KALIAN BERDUA YANG GILA!" satu hantaman keras kembali menyambar sebuah pigura besar yang berisikan foto keluarga mereka. Foto yang nampak bahagia padahal sebenarnya jauh dari kata itu.

Marriage is an Nothing √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang