✿Yang Tak Berbalas✿

1.7K 336 196
                                    

Happy Reading 🖤
Bentar lagi udah mau end 😭 ga nyangka bisa dpt feedback sebagus ini..

PART 39

“kita sudah dijauhkan.. sesuai dengan bagaimana rencana Tuhan”

️⚛️⚛️⚛️

Jihoon tak bergeming.

Sepanjang waktu berjalan dua puluh menit, kedua kakinya terus berdiri kaku sebagai penompa tubuh yang rasanya tak berdaya menghadapi kenyataan.

Deru nafas Yeza tidak terlihat. Sekujur bagian tubuh gadis itu juga tidak ada yang bergerak. Di ruangan itu, benar-benar hanya ada sebuah keheningan dan rasa penyesalan.

Entah terdengar lucu atau tidak, tapi faktanya Jihoon menangis sekarang.

Jemarinya bergetar menyentuh wajah Yeza yang penuh goresan luka. Membekas sayatan dengan sisa darah. Membuat Jihoon mau tak mau membayangkan bagaimana sakit dan perih nya terlempar dari lantai 4. Lalu berujung mati.

"Bangun, Za. Satu menit aja, dengerin permintaan maaf gue yang terakhir kali."

Dingin. Sama sekali tak ada pergerakan. Hawa malam itu benar-benar sangat menusuk.

Jihoon menggengam jemari Yeza dengan sentakan. Berharap gadis itu tersadar dan bersedia membuka mata. Walaupun hal itu hanyalah sia-sia.

Untuk yang terakhir kalinya, Jihoon tidak akan pernah bisa melihat sosok Yeza lagi seumur hidupnya. Gadis itu sudah benar-benar hilang dari dunia. Dan yang paling menyesalkan adalah, Jihoon justru menciptakan goresan luka dikala perpisahan mereka.

Jihoon merasa, ia seperti seorang pembunuh sekarang.

Memutar waktu ketika dirinya hanya diam saja ketika Yeza terjatuh, membuat pikiran Jihoon kembali dihujam rasa bersalah. Andai saja.. kala itu ia bergegas turun dan memeriksa keadaan Yeza, lalu segera memanggil ambulans tepat waktu, mungkin sebuah nyawa masih bisa diselamatkan. Termasuk juga nyawa kecil yang masih berusaha tumbuh.

"Setidaknya kasih dia kehidupan di dunia, Za."

Membayangkan bagaimana gambaran janin kecil yang tak bernyawa, serasa membuat hati Jihoon tercungkil. Sekalipun ia membenci Yeza, hal itu tidak akan sedikitpun mengurangi tanggung jawabnya sebagai seorang Ayah.

"Jangan bawa dia pergi," lirihnya menahan isakan. "Darah daging gue, Za.."

Jihoon menggeleng kecil dan meruntuhkan kepalanya di perut yang sudah tak bernyawa itu. Rasa bersalah terus berputar mengelilingi otaknya. Seolah mengingatkan kembali kejadian naas kemarin.

"Ya Tuhan.. gue rasanya mau mati aja" isaknya tanpa suara.

Lantas, pemuda itu meremas rambutnya gusar. Seperti orang yang terlihat menyedihkan, Jihoon merasa dunia sedang menertawakan kesedihannya.

Padahal baru saja ia akan menjadi seorang Ayah. Namun, Jihoon sudah lebih dulu kehilangan kesempatan itu.

"Lo kenapa diem aja nggak cerita ke gue?"

Pandangan Cowok itu terus memburam. Rasa kesal, kecewa, dan sesal terus bercampur menggerogoti isi hatinya. Tak rela dengan kepergian seseorang di hadapannya.

Marriage is an Nothing √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang