✿Akhir Tak Bahagia✿

3.5K 419 294
                                    

Jgn skip notes ku dibawah ya hehehe

PART 42

kepergian itu, didefinisikan sebagai salah satu cara untuk mengalah”

⚛️⚛️⚛️

"Jihoon anjing! Nyebut woy! Ini mobil berasa kecepatan kek pesawat."

Jihoon melirik sekilas ke arah Hyunjin. "Gaada waktu buat bacot, kalo Karina kenapa-kenapa gimana?"

"Ya tapi kalo gini kita juga yang malah kenapa-kenapa, bego." Yoshi di tempat duduk belakang ikut menegur.

Dua jam perjalanan mereka lalui menuju titik lokasi keberadaan Karina yang berhasil terlacak. Ponsel gadis itu juga masih sulit dihubungi, tidak ada balasan.

"Lo bertiga mending diem aja tenang. Gue ngebut gini juga paham haluan, kaya gak kenal gue lo pada." kata Jihoon ikut terpancing nyolot.

Akhirnya hening terjadi diantara mereka berempat. Jihoon fokus menyetir meskipun isi pikirannya sedang tak karu-karuan. Khawatir akan berbagi persepsi buruk yang terjadi pada Karina sekarang.

Jihoon sungguh tak habis pikir dengan maksud Karina mengirimkan pesan seperti itu. Menyusul Yeza? Gila, buat apa??

Kematian Yeza bukan salah siapapun. Semua sudah diatur takdir.

Jika memang benar terjadi hal buruk pada Karina nanti, Jihoon benar-benar tidak akan sanggup memaafkan dirinya. Gadis itu adalah satu-satunya belahan jiwa yang ia punya saat ini. Orang yang menjadi tempat berbagi segala duka dan bahagia.

Angan-angan tentang Yeza memang belum bisa Jihoon lupakan. Segala hal tentang istrinya itu adalah kenangan tersendiri yang sampai kapanpun akan terus membekas.

Tetapi Yeza dan Karina, adalah korelasi yang berbeda. Mungkin sedikit sulit bagaimana menjelaskannya, namun Jihoon belum mampu menempatkan Yeza sebagai seseorang yang layak menerima cintanya. Kurang lebih begitu.

"Yosh, coba telfon lagi nomor Karina." pinta Jihoon pada Yoshi di sebelahnya.

Cowok berkulit pucat itu mengangguk. Menyalakan ponselnya dan kembali menghubungi Karina.

"Masih tetep, gak diangkat sama sekali."

Jihoon menghela frustasi. Cengkraman tangannya pada setir kemudi semakin menggeras. Ia kembali menaikkan laju kecepatan.

"JIHOON ANJEENG! INI JALAN RAYA LAGI RAME BANGSAT!"

Jihoon tidak perduli. Yang ada ia fokuskan, hanya Karina semata.

🌼🌼🌼

Bangunan apartemen yang cukup elegan di pusat kota menjadi titik pemberhentian Jihoon berasama tiga orang teman beserta kendaraan mobilnya.

Lokasi yang dituju sekarang cukup jauh. Sama sekali tidak terbayang di pikiran Jihoon jika Karina memilih tempat sejauh ini untuk bersembunyi.

"Gue kayaknya tau deh apartemen ini. Tapi agak lupa sih gue kesini kapan,"

Yoshi menimang sejenak. Yang ada di penglihatannya sekarang nampak tidak asing. Meskipun ia ragu entah ia benar-benar ingat atau tidak.

Marriage is an Nothing √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang