✿Makna Kehilangan✿

1.7K 353 96
                                    

Akhirnya bisa up *-*

PART 13

“lebih baik membenci di awal, lalu mencintai di akhir daripada sebaliknya”

⚛ - ⚛ - ⚛

Jihoon mengatur nafasnya yang sedikit tersenggal kelelahan setelah berlarian mondar-mandir di area minimarket yang tadi sempat ia mampir saat bersama Yeza.

Sudah pasti tujuannya adalah untuk mencari keberadaan gadis itu. Hari semakin sore, tapi Jihoon tak kunjung berhasil menemukan dimana Yeza berada. Tentu saja rasa khawatir pasti ada, mengingat gadis itu tidak membawa uang sedikitpun beserta ponselnya.

Namun jika di area minimarket tidak ada sama sekali tanda keberadaan Yeza, kemungkinan besar pasti sudah beranjak pergi entah kemana. Jihoon benar-benar binggung harus berbuat seperti apa.

"Astaga Za, lo dimana sih.."

Kembali masuk ke dalam mobilnya, Jihoon menyalakan ponsel untuk berniat menghubungi seseorang. Semoga instingnya tidak salah.

"Halo, selamat siang. Dengan—"

"Ini Erin?" secepat kilat, Jihoon memotong sapaan dari seberang sana.

"I-Iya, ini siapa ya?"

"Yeza ada disana nggak?" tanya Jihoon tak sabaran.

Hening beberapa detik sebelum kemudian terdengar kembali sahutan, "Maaf, ada perlu apa ya?"

"Ini gue, Jihoon. Yeza sekarang disana apa enggak?!"

"Oh.. K-Kak Jihoon, ada apa ya kok nelfon ke nomor Vicente?"

Jihoon mendecak, "Jawab dulu pertanyaan gue, Yeza disana apa enggak?"

"Iya, Kak Yeza disini."

Untuk beberapa saat akhirnya Jihoon menghela nafas lega. Syukurlah.

"Kasih telfon nya ke dia sekarang,"

"Iya kak, bentar.."

Seraya menyisir rambutnya dengan tangan kiri, Jihoon bersandar memejamkan mata dibarengi dengan hembusan nafas berat. Sedangkan suara Yeza masih belum juga terdengar di telinganya. Hanya ada bunyi samar grusak-grusuk.

"Kenapa, Ji?"

Mendengar sahutan, Jihoon langsung merubah posisi duduk. "Sori Za, gue ninggalin lo tadi. Seriusan gue ada perlu dadakan. Gue juga gak sadar kalo tas lo masih ketinggalan di mobil."

"Lo sekarang dimana?"

"Di depan minimarket yang lo mampir tadi,"

"Pulang aja, gue udah nyampe Vicente."

"Gue jemput lo kesana—"

"Nggak usah!"

"Marah lo? Ketus banget," bidik Jihoon menyadari nada bicara Yeza yang sarkas.

Marriage is an Nothing √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang