Empat.

3.7K 345 33
                                    

Sorot mata mengintimidasi jelas terpancar dari sosok didepan sana, pria paruh baya yang berada dibalik meja kerjanya hanya bisa menahan emosi, sebelah tangannya mengepal diatas tumpukan dokumen.

"Apa maksudmu memberitahukan ini pada paman?" selidik si pria pada seseorang yang lebih muda.

Zhehan lantas menaikkan pandangan, menatap takut sosok dominan itu, "Maafkan aku, tapi kali ini aku tak bisa berpangku tangan dan membiarkannya terluka untuk kedua kalinya, dan hasil yang ada ditangan paman adalah fakta"

"Kau bilang dia seorang dokter? Apakah itu pantas untuk anakku? Haaah?!!!" balas pak tua itu nyalang.

"Paman, perlukah aku membawa ayah kemari? Jika beliau tahu kalau paman-lah yang mempersulit hidup anak didik kesayangannya, maka kau akan tahu sendiri bagaimana murkanya ayahku terhadapmu" Zhehan tak gentar sedikit pun.

Pria paruh baya itu menatap lekat Zhehan, ia menghembuskan nafas gusar. Pikirannya berkecambuk, perasaan campur aduk menjadi satu.

"Jadi apa maumu, hah?"

"Apa paman benar-benar tak tahu latar belakangnya?" Zhehan menatap bingung lawan bicaranya.

"Tidak, memangnya dia siapa? Anak orang berpengaruh? Memangnya siapa yang punya kedudukan lebih tinggi dariku, hmm?" balas si pak tua, merendahkan.

"Xingchen, apa paman ingat nama itu? Dia adalah anak dari Xingchen..." Zhehan berujar datar.

"Kau gila? Fakta apalagi sekarang yang ingin kau sampaikan, hah?!!!" pak tua kolot itu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Semua aku serahkan pada paman, aku hanya ingin seseorang yang sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri bisa mendapatkan kembali kebahagiaan yang dulu paman rampas darinya" Zhehan beranjak dari ruangan besar bernuasa classic, mungkin kesannya tindakannya ini terlalu ikut campur, namun melihat dari penderitaan sang gege. Zhehan tak punya pilihan lain.

_____________________

Yibo mengerutkan dahi, ia tak menyangka kedatangannya ke mansion utama berakhir menjadi sebuah pajangan. Ayahnya sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Yibo mengutarakan pendapatnya, ingatlah perintah tuan besar Wang adalah mutlak.

Zhoucheng menatap horror kearah Yibo, ia memang tahu rencana pak tua Wang tapi tidak pernah sekalipun Zhoucheng berpikir berakhir seperti ini.

Beberapa bulan lalu Zhoucheng diutus untuk menemui seseorang, menyerahkan sebuah surat pada kolega bisnis Wang, memang bukan tugas sulit namun saat ia melihat siapa penerima surat Zhoucheng seketika membeku.

Paras pria paruh baya didepannya sungguh tak asing, ia pernah melihat sebuah foto dimeja kerja tuan Wang, dan sosok pemuda disana sangat mirip dengan pria ini. Zhoucheng awalnya ingin bertanya mengenai bagaimana keduanya saling kenal, terlebih sosok didepannya begitu kalem serta bersahaja, berbanding terbalik dengan pak tua Wang yang ambisius, kasar serta semena-mena.

Lalu, bagaimana bisa kedua orang bak langit dan bumi berhubungan erat?

"Jadi? Kau memanggilku pulang hanya untuk menyuruhku datang diperjamuan makan malam dirumah kolegamu?" Yibo memekik kesal.

Zhoucheng memijat pangkal hidungnya, ia seketika pening.

"Ayo taruhan denganku jika kau bisa menyeret kekasihmu kehadapanku kurang dari dua puluh empat jam dari sekarang maka aku akan membatalkan pertemuan ini, bagaimana?" Seringai terpancar diwajah pak tua tersebut.

Yibo mendengus, "Baik"

Zhoucheng menghela nafas panjang, "Kekanakan sekali" gumamnya.

Yibo melenggang keluar kediaman megah milik keluarganya, ia berjalan sembari menghentak-hentakan kaki, berusaha menyalurkan kekesalannya pada marmer berwarna hitam yang ia pijak.

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang