Dua puluh sembilan.

1.8K 156 12
                                    

Setelah melalui perawatan pasca operasi caesar yang ia lalui akhirnya Zhan diperbolehkan pulang di hari ke sepuluh; cukup lama memang tetapi itu semata-mata demi kesehatan fisik serta psikis Zhan.

Yibo sendiri menjadi sangat protektif pada pria manisnya, ia lebih menomer satukan Zhanzhan ketimbang bisnis sang ayah, dan hal itu pula yang mengharuskan Haoxuan kembali ke Wang Grup, meski tidak sepenuhnya ia yang menjalankan roda perusahaan mengingat Zhoucheng masih mempunyai kapabilitas mempuni untuk mengatur perusahaan tersebut.

Hari berganti, namun mentari seakan enggan menampakkan dirinya, ia masih setia bersembunyi dibalik hamparan kelabu, menyerah pada temperatur yang ingin membekukan bulir air di udara, mempersilahkan musim salju datang lebih cepat di dataran Beijing.

"Sayang, pakai mantelmu diluar cukup dingin" seru Yibo berjalan mengimbangi Zhan.

Zhan berbalik ke arahnya, "Aku sudah memakai turtle neck, sweater tebal, jaket, scraft, topi bahkan masker tuan Wang! Kau mau membuatku kesusahan berjalan atau apa?!" decaknya.

"Suhu tubuhmu cepat sekali turun sayang... Lagi pula jika kau hanya menginginkan sebuah ramen mengapa kita tidak memesannya saja" seloroh Yibo rendah.

"Sekalian kerumah ayah Xiao, aku mau bertemu Xing'er" balas Zhan acuh.

"Kau tak apa?" Yibo mencengkram bahu kekasihnya, menatap lekat sosok dibalik balutan pakaian tebal itu.

Zhan menggeleng, "Memangnya aku kenapa?"

Yibo menggaruk tengkuk belakangnya, berusaha menyusun kalimatnya sebelum menjawab pertanyaan Zhan.

"Uhm, kemarin kau tidak mau menerima mereka, bahkan aku" Yibo menunjuk kearah dirinya sendiri.

"Oh, itu..." Zhan terlihat sedang mengingat kejadian di rumah sakit sesaat sebelum ia diperbolehkan pulang, "Sekarang sudah tak apa, aku bisa berkompromi dengan kaliaan— mungkin" jawabnya ragu.

"Sungguh?" Yibo terlihat waspada.

"Hmm, kau tidak mempercayaiku?" telisik Zhan.

Sontak Yibo menggeleng, "Aaah, bukan seperti itu sayang, aku hanya ingin melindungi kalian semua, baik itu kau maupun para Wang kecil" imbuhnya.

Zhan menatap sang dominan dari ujung rambut hingga ujung kaki, lalu kembali ke titik awal, seulas senyum miring tercetus diwajah manisnya.

"Kau Wang Yibo, kan?" godanya mencondongkan badan pada si dominan, dibalas anggukan kecil oleh prianya.

"Seingatku Wang Yibo itu selalu semena-mena, dan mementingkan dirinya sendiri, tapi... Sekarang kenapa ia bersikap sangat dewasa? Ohoo, tuan Wang apa kepalamu terbentur atau aku ada melakukan kesalahan hing.... Uhhhmmpphh..." cicitan Xiao Zhan tertahan kala bibir Yibo meraup bibir ranum secerah ceri miliknya.

Yibo sudah tidak tahan melihat tingkah menggemaskan pria manisnya ini, dan salahkan saja Zhan yang selalu cerewet mengomentari tiap perubahan sikap Yibo, alhasil kegiatan yang semula ingin pergi membeli ramen berubah menjadi pergumulan singkat di lorong yang menghubungkan ruang tengah dengan pintu masuk apartemen mereka.

"Aarrghh..." erang Zhan saat Yibo tak sengaja menggigit sudut bibirnya, membuat tautan panas diantara keduanya terlepas. Tatapan tajam menghunus netra coklat kehitaman milik Yibo.

"Boleh aku meminta satu ronde lagi?" Yibo tersenyum cerah, berusaha menetralisir tatapan membunuh dari Zhan.

"Wang Yibo... Kita mau pergi kerumah ayah dan perutku sudah lapar, ck... Kau bahkan menandaiku disana-sini, lihaaat... Aaarrhhh... Yibo berhenti menggigitku, aaahnn" desah Zhan, jelas tenaganya tidak sepadan dengan serangan bertubi-tubi dari Yibo.

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang