Tiga.

3.5K 372 22
                                    

Kedatangan Zhan di kediaman utama tak membawa angin segar bagi tuan besar Xiao dan istrinya. Terlebih sosok A-yi yang menyita perhatian mereka, orang tua Zhan sangat terpukul akan kenyataan anaknya sudah memiliki buah hati tanpa sepengetahuan mereka.

Setelah A-yi tertidur Zhan dipanggil sang ayah keruang kerjanya, tatapan tak bersahabat menyambut Zhan. Pria yang sudah melewati usia paruh baya itu masih terlihat gagah, parasnya masih tampan.

"Jelaskan padaku..." tukasnya dingin.

Zhan tertunduk, ia tak tahu harus memulai dari mana.

Namun, siapa menyangka sebuah gelas anggur mendarat dipelipis kanan Zhan, membuat gelas itu pecah dan meninggalkan luka sobek cukup dalam dipelipisnya.

Zhan mengangkat pandangannya, ia masih tak membuka suara, bahkan ia tak meringis karena perlakuan ayahnya. Darah merembes dipelipisnya.

Zhan POV

Inilah yang aku takutkan jika aku pulang kerumah enam tahun lalu...

Aku menatap datar pria paling ku hormati yang berdiri didepanku, emosi sudah menguasainya, aura dominan serta mengintimidasi dari ayah jelas membuatku sedikit gemetar.

Aku mengeluarkan obat dari saku celanaku, menunjukkan kepadanya apa yang sebenarnya terjadi...

"suppressant 1 ?! Zhan kau tau apa artinya ini?" ia bertanya dingin.

Aku mengangguk.

Kemudian aku meloloskan satu persatu kancing kemeja yang aku kenakan, mengekspose tubuh bagian atasku, memperlihatkan sebuah luka goresan melintang diperut bagian bawahku.

Plaaaaaak...

Sebuah tamparan keras mendarat dipipiku.

"Siapa yang melakukannya padamu? Katakan siapa yang telah berani menghamilimu?" pekiknya tepat didepan wajahku.

Ayah menjambak rambutku, membuatku sedikit mendongak, "Katakan padaku, SEKARANG?!!!!!"

"Percuma, kami sudah putus. Dia tak tahu kalau aku hamil. Dia tak pernah tahu apa yang terjadi padaku selama aku di Inggris" ringisku.

Ayah tak lantas percaya padaku, ia semakin kasar, bahkan aku dicekik, intinya sebelum aku jujur ayah tak akan mengampuniku.

"Kau ingin berakhir dirumah sakit rupanya?!"

Tubuhku diangkatnya, ia lalu melemparkanku kemeja kerjanya, membuat punggungku menghantam lampu meja yang terbuat dari besi, tak sampai disitu ayah masih memburuku, ia kembali mencekikku dan memaksaku berdiri.

"Katakan..."

Aku menghela nafas panjang, "Apa gunanya ayah mengetahui siapa ayah kandung Xiaoyi?"

Cengkramannya di leherku semakin keras. Membuatku sesak.

"Kau tak ingin jujur padaku?"

Cekikkan itu semakin menguat membuatku pusing, nafasku terputus.

Aku tak bisa berontak.

Tenagaku seakan tergerus habis, air mataku lolos begitu saja dari pelupuk mata.

"Yi..." aaarghh... Aku tak sanggup menyebutkan namanya.

Mataku berkunang-kunang.

Maafkan aku ayah, aku harus menutupi identitasnya... Dengan begitu aku bisa melindunginya.

Sungguh...

Aku masih mencintainya...

•••••••••••••••••••••••

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang