Empat belas.

1.7K 199 11
                                    

Pernah mendengar PTSD?

Benar sekali Xiao Zhan belum lepas sepenuhnya dari trauma pasca ia diberlakukan secara tidak manusiawi oleh ayah Yibo. Terkadang dalam tidurnya Zhan seolah kembali pada masa lalu, kembali pada titik dimana tuan Wang ingin melenyapkannya.

"Kau tidak tidur?" Yibo menyisipkan tangan ke pinggang Zhan, setelah acara melamun di ruang makan nyatanya ketika tubuhnya berpindah pun Zhan tidak bisa terlelap.

"Dadaku sesak" sungut Zhan meringsut masuk kepelukan Yibo.

"Kau tak apa?"

Zhan menggeleng, "Apa kau akan memaafkan seseorang jika pada akhirnya aku jujur?"

Yibo yang sedang mengelus surai legam itu lantas terdiam, "Tergantung, kenapa, hmm?"

"Tidak ada"

Wang Yibo paham betul perubahan mood Zhan, ia memeluk tubuh yang -sedikit- lebih mungil darinya itu.

"Apakah ini soal ayahku?" tanya Yibo lembut.

Zhan mengangguk secara tak sadar, semakin membenamkan wajahnya di dada bidang Yibo, "Tetapi sekarang ayah menyayangiku"

Yibo tersenyum lirih, "Karena aku yang memaksanya untuk mengembalikan dirimu padaku, tapi siapa sangka ada tangan lain yang ikut campur dalam rencanaku, yaa... Aku tidak mempermasalahkannya hanya saja, si pak tua Wang itu sungguh licik"

Zhan melonggarkan pelukannya, mendongak menatap wajah tampan dengan kedua kelopak yang menutup indah.

"Maksudmu?"

Flashback.

Gebrakan pintu seolah menyiratkan amarah tuan muda berbalut stelan formal serba hitam ini, ia masuk kedalam ruang kerja ayahnya dengan nafas pendek, hancur sudah rencana Yibo melewati natal bersama sang kekasih, ia tidak mendapati Zhan dimana pun.

"Dasar pak tua brengsek!" maki Yibo dihadapan sang ayah.

"Ada apa denganmu, Wang Yibo dan jaga kata-katamu" balas tuan Wang dingin.

"Sudah puas kau merenggutnya dariku? Apa karena dia berasal dari kalangan biasa maka kau melenyapkannya begitu saja?! Pernah kah kau memberikan kasih sayangmu padaku semenjak ibu meninggal, sekarang kau merampas duniaku!!!" teriak Yibo lantang.

Tuan Wang memicing, dalam benaknya ia mengingat-ingat siapa yang berkemungkinan membocorkan hal ini pada Yibo.

"Apa karena aku gay? Kau masih menginginkan keturunan atau pewaris dariku, hah?! Kalau ia maka aku bisa meniduri para jalang-jalang mu diluar sana, tapi kembalikan kekasihku!" desis Yibo.

"Dia tidak menginginkanmu Yibo sadarlah!" teriak Haoxuan tak kalah nyaring.

"Zhan ku tidak akan menghilang dalam kurun waktu satu malam jika ia memang tidak mencintaiku, kau kira aku tidak tahu akal bulusmu, keparat!"

"Benarkah?" Haoxuan tersenyum miring, jarang sekali ia melihat Yibo tersulut emosi.

Yibo berjalan mendekat kearah ayahnya, ia mencengkram erat kerah kemeja Haoxuan, sementara satu tangannya mengepal.

"Dimana milikku?!" Yibo berujar sinis, bersiap melayangkan tinju pada tuan besar Wang.

"Aku tidak tahu, dia ku bebaskan tadi malam, mungkin masih di China" balas Haoxuan seadanya.

Buagghhh...

Satu tamparan bersarang dipipi orang nomer satu WangGroup itu.

"Aku sudah mencarinya kesetiap tempat, dan nihil. Kau bahkan menyiksanya sebelum memberikan uang kotormu serta sebuah mobil, aku tahu itu!" erang Yibo.

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang