Delapan.

3K 270 29
                                    

Tuan Wang mengitari halaman belakang rumah memakai golfcart ditemani cucunya -Xiao Yi-

Haoxuan tampak seperti mempunyai mainan baru saat Yibo dan Zhan bertandang ke mansion utama Wang tak jauh dari Grand canal. Yibo duduk digazebo belakang ditemani Zhan sementara Haoxuan bermain bersama cucu kecil nan menggemaskan ditengah terik matahari. Halaman belakang mansion Wang jauh lebih luas dari yang dimiliki kediaman Xiao, karena hobi ayah dan anak inilah tuan Wang memutuskan membuat halaman luas demi kecintaannya pada olahraga golf dan memanah.

"Kalian sungguh mencurigakan" Yibo menyandarkan kepala dipundak Zhan, matanya terus mengikuti pergerakan golfcart dihamparan hijau rumput nun jauh disana.

Zhan tertawa canggung, lengan kirinya mengulur mengusap surai hitam lembut milik tuan muda Wang, ia sama sekali tak menanggapi lebih jauh perkataan Yibo.

"Zhan, ini bukan mimpi, kan?" Yibo berujar lirih, tangannya menyusup dibalik pinggang Zhan.

Zhan terdiam, melirik kearah Yibo lewat ekor matanya.

Aku pun berharap ini bukan mimpi –lirih batin Zhan.

...

Haoxuan sangat memanjakan cucu satu-satunya, sekarang mereka sedang berjalan-jalan dikawasan mall elit milik WangGroup, seluruh kebutuhan Xiaoyi dibelikan oleh sang kakek, membuat Zhan berkali-kali menghela nafas gusar, sudah hampir jam delapan malam tetapi energi pak tua itu tidak berkurang sedikit pun. Justru Zhan dan Yibo lah yang keteteran karena disuruh membawa sekian banyak belanjaan.

"Lil'xian?" dahi Zhan mengerut saat membaca brand diatas toko bernuansa pastel yang menjual produk imut bertemakan kelinci.

"Kau ingat, saat kau kemari dan membeli jaket disana? Aku sudah menemukanmu sejak itu" Yibo menoel bahu Zhan.

"Ohh... Jadi kau yang membayar belanjaanku? Ck! Dasar" Zhan menggeleng tak percaya.

"Zhan, biasanya kau memasak atau beli makanan diluar?" tanya tuan Wang padanya tiba-tiba.

"Aku lebih sering memasak makanan sendiri, terutama untuk Xiaoyi" balas Zhan sekenanya.

"Pangeran kecil, malam ini kita makan apa?" tawar Haoxuan pada A-yi.

Xiaoyi berpikir sejenak, ia melirik kearah Zhan, lalu bergumam sendiri sebelum menjawab pertanyaan sang kakek. "Boleh aku makan burger?" tatapan memelas mengarah pada Zhan.

Tetapi, pucuk dicinta ulam pun tak kunjung tiba.

Zhan berkacak pinggang, "No, baby... It's too late now and you wanna eat junk food?!"

A-yi menekuk wajahnya, tapi bayi menggemaskan itu tak habis akal, ia merengek pada Yibo.

"Daddy... I want burger, i'll be your goodboy, so buy me a burger and i'll give you mommy tonight, sounds good right?" Xiaoyi tersenyum penuh harap.

Zhan berdecak tak percaya, bocah kecilnya sekarang sudah pandai mengiming-imingi sesuatu pada orang lain -menjual mommynya sendiri malah- dan tentu saja Yibo tersenyum lebar mendengar sang anak akan memberikan Zhan padanya malam ini, tanpa harus Yibo yang merengek.

"Honey, where did you learn that?!" Xiaozhan berusaha menahan kekesalannya.

"Yayao-ge" balas A-yi polos.

Bersiaplah Simon saat Zhan kembali maka hidupmu tak akan lama, ahahaha.

Zhan mendengus geram, sesaat kemudian ia menoleh kearah Yibo. "Jangan memanjakannya tuan muda Wang" ia memperingati.

Yibo menimbang-nimbang sebentar, haruskah ia berkompromi pada hasrat liarnya dan bersengkokol bersama si kecil Xiaoyi atau mengikuti perintah Zhan?

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang