Dua puluh.

1.5K 175 8
                                    

"Papa... Kenapa aku tidak pernah melihat mommy?" A-yi yang sedang berdiri dimeja kerja Zhan bertanya untuk kesekian kalinya.

Zhan tersenyum, "Untuk apa? Bukankah tuan muda memiliki ku sebagai papa dan juga mommy?"

A-yi mengerucutkan bibirnya, "No, papa... You're pretty but i want meet mommy in another person"

Zhan mencelos, bagaimana bisa ia mengatakan pada A-yi suatu saat nanti jika ia benar-benar ibunya.

"I knew... Apa A-yi mau papa memiliki pendamping baru? Dan membagi perhatian papa padanya? Bukankah tuan muda kecilku ini sangat egois untuk perhatiannya Zhanzhan" Zhan mencubit gemas hidung putranya.

Sontak A-yi menggeleng.

"Alright... Enough! Just only us, nothing else"

Zhan tersenyum hambar kala putra kecilnya memilih turun dari meja dan berjalan keluar ruangan, meninggalkannya sendirian di ruang istirahat khusus dokter.

------------------------------------

Bangsal rumah sakit terlihat lengang sore itu, beberapa perawat baru saja keluar dari ruang VVIP yang Zhan tempati, air wajah mereka nampak layu mengingat salah seorang dokter teramah milik rumah sakit swasta terbesar ini masih setia terlelap dihari kedelapannya.

Wang Yibo sendiri selalu menunggui Zhan, ia pasti pulang ke rumah sakit ketika seluruh pekerjaannya selesai, sementara si tuan muda diungsikan kerumah Simon.

Sama halnya hari ini, Yibo menyambangi kamar perawatan Zhan tepat jam 6 sore, ia menarik gagang pintu perlahan, menyiapkan senyum terbaiknya ketika kaki kanan itu melangkah masuk.

"Kau masih tidur, hmm? Apa kau tidak merindukanku, sayang?" sapa Yibo mengelus puncak kepala Zhan.

Ia menaruh beberapa buah-buahan dinakas samping tempat tidur, lalu menarik kursi untuk duduk disisi ranjang Zhan.

"Maafkan aku..." lirih Yibo, mengusap pelan perut Zhan.

Kekhawatiran Yibo setidaknya sedikit terobati saat ia merasakan respon berupa tendangan kecil dari malaikat mungil yang bersemayam diperut Zhan.

"Wang triplets, apa kabar? Apa ayah mengganggu kalian? Sampaikan pada mommy aku merindukannya, bahkan gege kalian juga, suruh mommy cepat bangun, hmm?!" Yibo menempelkan kepalanya diatas perut Zhan, sementara tangan kirinya masih setia mengelus-elus perut buncit lelakinya.

***

Apa aku sedang bermimpi?
Siapa mereka? Dan mengapa anak-anak ini bermain di halaman depan rumahku?

"Kalian siapa?" aku mencoba berjongkok menyamaratakan tinggi dengan anak perempuan cantik yang duduk diam melihat kedua orang lainnya bermain.

Malaikat kecil itu menoleh, tersenyum kepadaku, "Menjaga Bobi dan Zhanbi, menunggu ayah pulang" selorohnya datar.

Bobi? Zhanbi?

"Lalu, siapa namamu tuan putri kecil?" tanyaku gemas.

"Gege biasa memanggilku Xing'er... Yixing, namaku Wang Yixing" ia tersenyum manis.

"Gege?"

"Hmm, Yi-gege... Xiao Yi"

"Maksudmu, A-yi ku?" aku betanya ragu.

Xing'er mengangguk, "Hmm... Kenapa?"

Berarti bukankah orang yang disebutnya sebagai ayah harusnya Wang Yibo?

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang