Dua puluh dua.

1.5K 160 9
                                    

"Kau harus menggunakan kursi roda sayang" ucap Yibo untuk kesekian kalinya, ia berusaha membujuk Zhan meski pria manis itu sudah berjalan masuk kedalam area mall.

"Aku sehat! Hanya tangan kananku yang tidak bisa digerakkan tuan Wang bukan kakiku!" dengus Zhan.

Yibo menghela nafas gusar, "Pelan-pelan jalannya Zhanzhan, heii..." ia setengah berlari menyusul Zhan.

Tepat jam setengah delapan malam Wang Yibo sampai di kawasan mall elit yang masih menjadi satu kesatuan dengan area WGroup, ia memang mengiyakan Zhan berbelanja namun demi keselamatan nyonya Wang, maka Yibo lebih memilih membawanya berjalan-jalan di mallnya sendiri.

Helaan nafas panjang kembali Yibo hembuskan saat melihat kelinci manis yang beberapa saat lalu berteriak lantang kalau ia dalam kondisi sehat terlihat terengah dan menyandarkan punggungnya di dinding basemen.

Yibo terkikik geli, "Katanya sehat, tapi baru berjalan seratus meter saja nafasmu sudah memendek, ahahaha"

"Awas kau! Sebaiknya daripada kau mengataiku mengapa tidak menggendongku saja, hah?!" decak Zhan kesal.

Yibo menggeleng dramatis, "Kau berat, dan aku tak mau menggendongmu" candanya.

"Kau...!!!" Zhan menunjuk wajah Yibo sembari mendengus, amarahnya sudah memuncak hingga ubun-ubun.

"Apa?" Yibo menaikkan sebelah alisnya, menggoda ibu -eh, bapak- hamil satu ini merupakan hobi lain dari Yibo sekarang.

"Menyebalkan!"

Yibo tersenyum, "Aiyaa... Zhanku mulai menggerutu, manisnya" ia bahkan menarik pipi Zhan gemas.

Zhan menepis tangan Yibo, ia melirik tajam, "Ambilkan kursi rodaku, aku lelah, kakiku sakit" rengek Zhan akhirnya menyerah pada kenyataan jika beban tubuhnya sudah bertambah berkali lipat.

Yibo mengangguk patuh, lantas berbalik dan berlari menuju mobilnya.

Tak lama berselang Yibo kembali membawa sebuah kursi roda kecil yang memang ia belikan untuk Zhan, guna memudahkan mobilitas pria manisnya saat diluar rumah, tidak seperti yang pak tua Wang berikan sebelumnya.

"Kita cari makan!" pekik Zhan penuh semangat setelah mendaratkan bokong sintalnya di kursi roda.

Yibo dengan telaten mendorong kursi roda itu, ia tampak tidak memperdulikan beberapa karyawan yang sedang berbisik mengenai kedekatan mereka berdua, ingatlah di dunia Yibo hanya ada Xiao Zhan jadi siapa pun yang kini berpapasan dengannya cukup dianggap pajangan.

Roda-roda itu terus berputar hingga kedua orang ini memasuki sebuah restoran western mengingat Zhan tiba-tiba menginginkan sebuah rissoto dan berbagai macam olahan pasta.

"Dua hidangan spesial dan khusus untuknya pastikan kalian memakai scallops terbaik, jangan tambahkan lada serta daun parsley" jelas Yibo.

Zhan menatap prianya kagum, untuk seukuran tuan muda dingin nan kaku, Wang Yibo ternyata cukup perhatian.

"Kau yang terbaik" puji Zhan, sesaat setelah pelayan tadi kembali ke tempat seharusnya ia berada.

Yibo tersenyum bangga, "Wang Yibo siap melayani anda 24/7 tuan"

Zhan terkikik, "Aku jadi ingin diperlakukan sebagai Raja malam ini"

"Kau Ratuku" sanggah Yibo.

"Ck! Tidak mau, kau pelayan pribadiku hari ini" Zhan merajuk.

"Baiklah, apapun untukmu Yang Mulia" Yibo mau tak mau mengikuti permainan kelinci kecilnya.

"Wang Yibo, aku mengantuk" rengek Zhan lagi.

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang