Tujuh.

3.1K 289 26
                                    

Dua tahun terakhir bukanlah perjalanan mudah bagi XiaoStudios, mereka memang raksasa besar dibidang furniture dan teknologi, tetapi disisi lain XS sedang dirundung masa paceklik. Tuan Xiao harus turun tangan menghadapi permasalahan perusahaannya, ia bersama anaknya berusaha mati-matian memecahkan masalah hingga mengurusi kegagalan produksi.

Sampai pada titik dimana saham mereka terjun bebas hingga titik terendah.

Disaat genting tiba-tiba ada salah satu utusan kolega mereka menawarkan diri sebagai penjamin, tentu ini dianggap angin segar bagi Simon -selaku GM Xiaostudios- hanya saja mereka tidak menyadari akan ada harga yang dibayar mahal untuk memback up seluruh keuangan perusahaan keluarga Xiao itu.

Pertemuan kedua pimpinan setelahnya berlangsung tertutup, dan kini tuan Xiao harus membayar harga sesuai perjanjian diantara keduanya...

_____________________

Jamuan makan di kediaman Xiao sedang berlangsung, mereka menyambut kedatangan calon besan dengan tangan terbuka, semua bersikap normal kecuali Zhan. Tatapan kosong dari manik dokter rupawan tersebut tertuju pada ujung meja makan, ia mengambil duduk didekat Simon;

Zhan baru kembali dari rumah sakit setelah ada panggilan darurat bahkan jubah putih -snelli- kebanggannya masih melekat ditubuh.

"Anda tidak sedang mempermainkan saya, kan?" pertanyaan ketus terlontar dari mulut Zhan. Membuat tuan Xiao meletakan garpu serta pisau kecil disisi piring, ia melirik tajam kearah putra sulungnya.

"Haruskah kita membicarakannya disini?" tantang pria paruh baya didepan Zhan.

Giliran Simon terheran-heran, ia mengerutkan alis namun tak berniat ikut dalam percakapan Zhan dan calon mertuanya.

"Xiao Zhan! Aku tak pernah mendidikmu untuk menjadi seseorang tak tahu sopan santun, dia tamu kita" bentak tuan Xiao. "Dan segera tanggalkan jas kebesaranmu itu, aku muak melihatnya" sambungnya dingin.

Perlakuan tuan Xiao pada Zhan membuat pihak tamu -si pak tua- terkekeh, sesaat kemudian ia justru membela Zhan.

"Sudahlah, kau tak perlu membentak menantuku dihadapanku, jangan terlalu keras padanya atau kau akan tahu akibatnya" si calon besan mengatakan hal itu seolah hal biasa diantara kedua pemimpin keluarga ini, membuat perhatian Zhan dan Simon teralihkan, menatap mereka satu persatu.

Pertanyaan demi pertanyaan jelas berputar dikedua kepala putera tuan Xiao, terlebih ketimbang memboyong anak yang akan menjadi pendamping Zhan, calon ayah mertuanya justru lebih memilih asisten pribadi anaknya untuk menemani dirinya diperjamuan.

Xiao Yi sendiri sedang memisahkan diri bersama sang nenek dihalaman belakang. Mengingat topik pembicaraan para pria dewasa didalam sana tak baik didengar oleh cucu semata wayangnya. Beruntung A-yi tidak merengek untuk menemui Zhanzhan saat papanya baru pulang bekerja; ia memang tahu diri.

Kembali ke jamuan makan malam alot kelima pria didalam sana...

"Baiklah aku tak akan membentak menantu kesayanganmu" tuan Xiao menyerah.

Lawan bicaranya menarik sudut bibir, menampilkan smirk menawan. "Pernikahan Zhan akan diadakan sebulan lagi, dan ia harus tinggal dirumah kami setelahnya"

Mendengar pengakuan itu rahang Simon dan Zhan seolah terlepas dari tengkorak mereka, hal berbeda terlihat dari asisen tuan muda yang duduk santai disamping tuan besarnya, ia menyantap steak santai seolah perkataan tadi seperti angin lalu.

"Aku keberatan" Zhan buka suara.

Tatapan tajam seketika menghunus Zhan, seolah hal barusan adalah kalimat tabu. Semua orang di meja itu menunggu penjelasan Zhan lebih lanjut.

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang