Enam belas.

1.5K 182 16
                                    

Semenjak kejadian dimana Xiao Zhan 'kambuh' dan Yibo melihat perubahan emosi Zhan untuk pertama kalinya, ia lebih memilih berada 24/7 disisi Zhan, masa bodoh dengan keadaan perusahaan toh Acheng masih bisa diandalkan.

Wang Yibo sekarang lebih berhati-hati, ia selalu menempel pada Zhan kapan pun dimana pun selayaknya dua anak kembar siam.

"Susu hangatmu, sayang" Yibo menyerahkan satu gelas susu pada pria manis yang menatap sendu kearah luar jendela.

Zhan berbalik, tersenyum sebentar lalu mengambil gelas yang Yibo sodorkan. Jujur ada sedikit rasa aneh menyusup dihati Yibo saat ia menemui sisi pendiam Zhan, lelakinya memang sering tersenyum atau pun bermanja-manja padanya tetapi Zhan sangat irit bicara.

Dan itu adalah sebuah kejadian horor bagi seorang Wang Yibo yang mana hampir 9 tahun ia mengenal Zhan -kenal dekat dalam artian bersama-sama – Yibo tak pernah sekali pun mendapati Zhan bisa diam barang sekedar 5 menit. Lalu, sekarang bencana terjadi, membuat kepribadian mereka seolah tertukar.

"Ingin kerumah Xiao? Atau berbelanja bersamaku?" Yibo memeluk Zhan dari belakang, sebelah tangannya mengelus pelan perut Zhan.

Zhan menggeleng.

"Apa Xiaoyi sudah dijemput adikmu?" tanya Yibo lagi.

Zhan mengangguk, "Biarkan Xiaoyi bersama Yayao atau ayahmu, aku tidak mau dia melihatku dalam kondisi kacau seperti ini" lirihnya.

Yibo mengecup singkat tengkuk Zhan, "Baiklah, apapun untukmu sayang"

"Wang Yibo, aku lelah" sungut Zhan.

Yibo yang paham kemana arah pembicaraan itu lantas membawa prianya duduk di sofa.

"Aku akan memijit pundakmu" tutur Yibo lembut, membalikkan tubuh Zhan membelakanginya.

"Terima kasih"

Yibo hanya mengangguk sebagai balasan.

"Maafkan kelakuanku kemarin, kau pasti terkejut melihatku, kan?"

"Tak apa, aku mengerti, baby. Lagipula pasti berat bagimu karena harus merasakan pengalaman yang dahulunya menyakitkan terjadi lagi, kan?" tukas Yibo agak segan, takut Zhan mengamuk -lagi-

"Aku tidak dibuang, kan?" tubuh Zhan bergetar saat kalimat itu terucap dari bibir tipisnya.

Yibo mencelos, dalam hatinya ia mengumpat sejadi-jadinya karena keegoisannya dulu membuat Zhan kian terpuruk.

"Sayang, aku ada disini. Apa yang kau takutkan, hmm?"

"Aku takut kau salah paham, dan aku tidak mau merasakan hal itu lagi, Wang Yibo aku tidak pernah melecehkan siapa pun, sungguh... Aku tidak pernah berpikiran picik untuk mendapatkanmu, aku tidak selicik itu... Aku bukaaan...!!!" pekik Zhan histeris, namun Yibo segera memeluknya, menenangkan Zhan sampai tubuh kecil itu tidak gemetar.

"Aku sudah tahu, maafkan aku karena saat itu aku justru melakukan hal tak senonoh padamu, menyebabkanmu harus menjalani kehamilan tanpa ada status yang jelas, aku paham Zhan" bisik Yibo.

Zhan terisak dalam diam, moodnya benar-benar hancur sekarang, dadanya sesak, ketika kepingan memori kelam berputar kembali dalam kepalanya, memicu rasa panik, sampai tubuh itu lemas bersandarkan dada bidang Yibo.

Wang Yibo menghela nafas berat, ia bersenandung rendah, menatap sayu tubuh Zhan, "Maafkan keegoisanku, maaf jika aku tidak mencarimu lebih awal, maaf jika aku hanya bisa mengecewakanmu, Zhan... Apa yang bisa aku lakukan untuk membalas seluruh kesalahanku, hmm"

Lama mereka terdiam dalam posisinya, Yibo membiarkan Zhan terlelap dipelukannya, tapi sebelum itu Yibo sudah menaruh bantal sebagai penyangga pinggang Zhan agar tidak semakin nyeri, karena membawa beban berlebih diperutnya pasti akan menyebabkan tekanan berkali lipat pada bagian pinggang serta panggul.

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang