Dua puluh delapan.

1.4K 143 13
                                    

Kediaman Xiao ramai seperti biasanya, meski Simon sudah menikah dan memiliki rumah sendiri tetap saja putra bungsu keluarga ini selalu pulang ke mansion utama. Beda halnya dengan Zhan, ia lebih suka berdiam diri di apartemen mewah hadiah pernikahannya dari Haoxuan karena pada dasarnya Zhan tidak terlalu suka jika keluarga kecilnya di atur oleh para tetua keluarga; bukan bermaksud durhaka hanya saja menurut pemikiran Zhan akan lebih baik jika ia mendidik anak-anaknya secara mandiri.

"Bagaimana keadaan putraku?" cerca Xingchen pada Yibo, padahal menantunya itu baru menginjakkan kaki di kediaman utama Xiao.

"Sudah lebih baik, tapi Zhan tetap bersikap dingin padaku" seloroh Yibo, menempatkan dirinya disamping sang tuan rumah.

"Lalu, A-yi?"

"Barusan aku antar ke penitipan, karena setelah ini aku ada kesibukan sebentar dan akan kembali menjelang makan malam"

Xingchen mengangguk kecil, "Boleh aku menanyakan sesuatu?"

"Hmm?"

"Apa yang membuatmu bertahan selama ini, terlepas dari kau adalah anaknya Haoxuan dan perjanjkan bisnis diantara kita" telisik Xingchen.

Yibo menatap lekat ayah mertuanya, "Karena Zhanzhan tidak pernah mengejarku, dia selalu menolakku, bahkan sampai sekarang saat traumanya kambuh, dia orang yang paling jujur, tidak segan mengungkapkan apapun padaku disaat semua orang selalu memuja ku karena aku pewaris tunggal Wang Group"

"Lalu apa kau tidak terkejut mengenai latar belakang Zhan?"

Yibo menggeleng, "Zhanzhan memang tidak pernah menyebutkan ia berasal dari keluarga terpandang, tapi aku tidak percaya begitu saja, bukan bermaksud lancang atau bagaimana, aku tidak sengaja melihat berkas Zhan yang berada diruang tata usaha FK dan aku lumayan tertarik karena Zhan lulusan akademi Yunshen"

"Kau juga berasal dari akademi itu?" Xingchen merasa sedikit janggal.

"Sempat bersekolah disana, tetapi ayah mengirimku ke Berlin saat memasuki tahun kedua" aku– Yibo.

Dunia sungguh sempit, decak Xingchen dalam hati.

"Jadi kau sudah tahu latar Zhanzhan sebelum ini?" tebak Xingchen.

"Iya, dan tanpa perjanjian diantara kedua belah pihak pun aku sudah berencana menemui anda untuk meminta restu, tetapi siapa menyangka Zhehan justru membuat skenario lain yang cukup memusingkan, aish..." Yibo memijat pelipisnya, "...ayah tahu bagaimana terlukanya Zhanzhan saat ia datang padaku dan mengaku baru melarikan diri  dari rumah sakit setelah ayah pukuli setibanya ia di China?"

"Maka dari itu aku mau kau menjaganya sekarang" desah Xingchen, gusar.

"Tentu aku menjaganya..."

Percakapan kedua orang ini terhenti saat Yibo menerima sebuah panggilan darurat. Ia lantas pamit pada ayah mertuanya untuk kembali ke kantor, sebelum nanti malam mereka mengadakan rapat alot bersama keluarga besarnya.

•••••

"Bagaimana keadaanmu, kakak ipar?" Hanhan menyembul dari celah pintu perawatan VIP.

"Hanhan..." seru Zhan manja, ia bahkan merentangkan kedua tangan agar Zhehan segera memeluknya.

"Kau kesepian, hmm?" Hanhan mengelus puncak kepala Zhan.

"Hmm, aku merasa bosan disini, bagaimana kabar A-yi?" tanya Zhan sekilas.

"Baik, dia anak yang pintar, mirip sepertimu"

Zhan melepaskan dekapannya, "Hanhan, apa Yibo marah padaku?"

Zhehan sontak menggeleng, "Kau beruntung mendapatkan suami siaga seperti gege, dia selalu menjagamu"

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang