Sembilan.

2.4K 248 6
                                    

Xiaozhan menatap bingung kehadiran Simon di departmen tempatnya bekerja hari ini, setelah sebelumnya ia menyelesaikan tugas sebagai dosen, Xiaozhan bergegas kerumah sakit karena mendapat panggilan darurat. Ia harus memimpin sebuah operasi dari salah seorang pasien yang baru saja datang ke igd beberapa jam sebelumnya dikarenakan kecelakaan kerja.

"Tuan Xiao jujurlah padaku" desak Zhan, ia semakin mencondongkan badan kearah Simon.

Simon bersusah payah menelan saliva, ia sangat berbeda jika sedang gugup. "Ge... Aku kesini cuma untuk mengantarkan makan, untukmu dan..." kata-kata seolah tersangkut dikerongkongannya sungguh Simon tak pernah bisa melawan aura intimidasi kakak manisnya ini.

Zhan menyeringai, "Hanhan? Apa aku benar?" senyum licik mengembang sepenuhnya dibibir tipis Zhan.

Simon melempar pandangan kearah lain, ia tertawa canggung.

"Ada hubungan apa kau dengan adik manisku itu hmm? Bukankah A-yao ku menyukai wanita seksi dan yang memiliki melon besar?" Zhan semakin menyudutkan Simon. Oh, jangan lupakan gestur tangan didepan dadanya yang membuat Simon semakin risih.

Namun Simon tak habis akal, "Lalu katakan padaku bagaimana bisa kau dikejar-kejar lelaki psikopat semacam tuan Wang, astaga dia bahkan beribu kali lebih parah dari aku" smirk terpatri sempurna disudut bibir Simon.

Zhan mendelik.

"Jadi dimana Hanhan?" tanya Simon terang-terangan.

Zhan menjauh dari Simon, duduk dikursi kerjanya, "Di bagian kandungan dan kebidanan mungkin, atau dia sedang dikampus, entahlah... Bukankah kau punya nomernya kenapa harus bertanya padaku?" balas Zhan acuh.

"Apa kau tidak paham arti kata kejutan atau berusaha bersikap romantis, ge? Aku heran mengapa tuan muda Wang begitu tergila-gila padamu, cih!" cibir Simon.

Zhan membulatkan bibirnya membentuk huruf O, ia bahkan tak menanggapi lebih perkataan Simon.

"Setidaknya kadar ke-peka-an gege harus ditambah, bisa-bisa nanti singa lapar itu kewalahan harus menerjemahkan segala maksudnya pada gege, aishh" Simon menyerah dan akhirnya keluar dari ruangan Zhan.

_________________________

Hari menjelang malam, disaat hampir seluruh karyawannya sudah pulang Yibo masih berkutat dimeja kerjanya bersama beberapa dokumen, bahkan A-cheng sudah lenyap lebih dahulu menelantarkan Yibo ketika ia disuruh mengunjungi salah satu rencana produksi terbaru brand besutan tuan muda Wang itu.

Bukan tanpa alasan Yibo bekerja habis-habisan beberapa hari terakhir, ia memang sengaja memforsir tubuhnya untuk bekerja lebih sehingga begitu sampai kerumah Yibo langsung terlelap, ya, salahkan saja mertua -calon mertua-nya yang memberikan kebijakan mengenai ini sebelum hari H pernikahannya, masih tersisa seminggu sebelum Yibo resmi menjadi seorang suami; dan selama satu minggu itu pula dirinya tidak diperbolehkan berhubungan dengan calon pempelainya.

Yibo mengorganisir seluruh rentetan acara pernikahannya sampai ke pernik terkecil, ia bahkan sudah mempersiapkan sebuah apartemen baru untuk keluarga kecilnya nanti. Apartemen barunya tak jauh dari kawasan elit tempat kantornya bermukim dan berada dipusat kota, letaknya begitu stategis guna memudahkan akomodasi Yibo serta pasangannya, letak unit apartemen pun tak main-main, view dari unit apartemen Yibo tergolong yang termahal, jadi tak diragukan lagi seberapa besar cinta Yibo pada pasangannya, buktinya ia rela menghabiskan uang jutaan yuan demi menyenangkan sang belahan jiwa.

•••

Zhan kembali ke kediaman Xiao sekitar jam 12 malam, ia awalnya berniat tidur di rumah sakit namun prof. Zhang melarangnya, Zhan diberikan cuti lebih awal sehingga ia tak perlu mengambil shift di rumah sakit, kemungkinan 5 hari kedepan Zhan hanya bekerja sebentar sebagai dosen setelah itu banyak menghabiskan waktunya dirumah bersama Xiaoyi.

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang