Sembilan belas.

1.4K 182 27
                                    

"Jadi kau sudah mempersiapkan segalanya sejauh itu Zhan?" Xingchen mencela disela penjelasan prof. Zhang.

"Bagaimana pun aku mau Xiao Yi hidup layak semisal aku mati saat melahirkannya dulu" jelas Zhan.

"Jadi maksudmu saat dulu aku menculikmu, kau sudah hamil?" Haoxuan bergidik ngeri, mengingat kembali bagaimana anak buahnya memukuli tubuh Zhan kala itu.

"Iya, aku berusaha untuk tidak mati saat itu, tapi pesuruh ayah justru menargetkan bagian perutku" balas Zhan malas.

"Kau keterlaluan, Hao!" Xingchen dan prof. Zhang mengatakannya hampir berbarengan.

"Maaf, tapi jujur aku tidak mengetahui hal itu"

"Lalu darimana ayah tahu Zhan mengandung anakku? Tidak mungkin ayah mau menerima Zhan tanpa alasan" desak Yibo.

Simon menghela nafas panjang, "Hanhan memberikan rekam medik Zhan pada ayahmu, dan awalnya ia tidak menerima fakta itu, tetapi Hanhan meyakinkan ayahmu dengan menyebutkan jika ayah mertuaku akan sangat murka kalau anak didiknya tidak diperlakukan secara manusiawi olehnya"

Yibo terbelalak, "Jadi Zhehan yang menghancurkan rencanaku?"

"Rencana apa Wang Yibo?!" Zhan melirik tajam kearah suaminya.

"Aku tahu kau memiliki anak dan aku tahu bagaimana kau menutupi seluruh administrasi mengenai Xiaoyi dari temanku, aku tidak mau menyebutkannya siapa, tetapi disaat aku mau membawamu kembali, pak tua itu justru terus menekanku dan memberikan kesepakatan jika dia akan menerimamu dengan syarat aku bisa mengembalikan posisi perusahaannya, aku tidak berdiam diri selama enam tahun... Aku jelas memantaumu dari jauh" aku Yibo.

"Beginikah cara kalian memperlakukanku? Apa aku tidak lebih dari mainan dimata kalian?!" pekik Zhan. Tubuhnya gemetar hebat ia bahkan tidak tahu mengapa ia menangis.

Yibo lantas memeluk tubuh Zhan, mengusap lembut punggungnya.

"Aku tidak mempermainkanmu, aku berusaha mendapatkanmu kembali sayang" bisiknya.

"Jadi ambisimu saat itu adalah membawa Zhan pulang? Kenapa kau tidak bilang padaku?" Haoxuan seketika dongkol.

"Bukankah ayah marah padaku karena mengejar laki-laki tanpa latar belakang yang jelas? Tetapi ayah sendiri tahu siapa Zhan mengapa tidak terbuka padaku?" dengus Yibo.

Haoxuan terdiam sejenak, "Aku hanya berusaha memberikan hadiah untukmu dan Xiao Zhan, tetapi aku tidak pernah menyangka keadaan menjadi sekacau ini"

"Ya, dunia terlalu sempit" timpal Xingchen.

"Kalian ada hubungan apa dimasalalu? Maaf aku lancang tapi aku mengetahui pesan yang ada di foto ayah" Yibo menuntut sebuah penjelasan.

"Xingchen mantan kekasihku" tukas Haoxuan.

Prof. Zhang menggeleng tak percaya, "Mereka teman satu universitas dulu, sebenarnya kami bertiga, tetapi Hao terlalu takut untuk mengejar Chenchen dan membiarkan ayahmu menikah dengan wanita yang dipilihkan oleh kakekmu, karena dahulu perekonomian keluarga Wang jauh dibawah keluarga Xiao" jelasnya singkat.

"Pantas saja Ayah selalu menurut pada tuan besar Wang, ckck!" decih Simon.

"Bisa kita kembali ke poin utamanya?" Zhan mendengus kesal.

"Oh, mengenai Zhehan... Yaa, aku tahu tiga bulan setelah kau pergi ke luar negeri hanya saja aku tidak bisa melacakmu, jadi aku lebih memilih mendekati perusahaan Xiao, dan siapa sangka Xingchen sedang terpuruk karena kebodohannya sendiri" kikik Haoxuan.

"Aaah, Inikah alasanmu tidak menunjukkan diri secara langsung padaku tuan Wang?" Simon mengintimidasi Haoxuan.

"Ya, karena aku mau melihat Xingchen saat jamuan makan malam saja, aku tahu bagaimana keras kepalanya ayahmu, jadi terpaksa aku menyuruh sepupu Yibo untuk turun tangan" akunya.

bleuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang