AL : 6. Hukuman

1K 41 0
                                    

Author pov

   Pagi ini Ara bergegas kesekolah tapi sayang, dia harus kembali ke kamarnya.

    Ya pagi ini Ayah dan kedua abangnya sedang sarapan pagi, ini di karrnakan Ara semalaman yang tak bisa tidur alias insomnia.

   Mengakibatkan ia bangun kesiangan, saat ingin berjalan turun ia mendengar suara canda tawa.

   Dan memutuskan kembali kekamarnya, Ara memang selalu tidak diperbolehkan makan satu meja dengan mereka.

   Terkadang Ara harus membeli makanan diluar, atau jika tidak dia akan menunggu semua orang kembali ke kegiatan mereka ataupun pergi.

   Ara langsung melihat jam, benar saja kurang 15 menit lagi gerbang akan di tutup.

    Jika ia tak ingin telat maka dia harus keluar sekarang juga, meskipun dalam hatinya lebih memilih dirumah tapi jika ayah dan abang pertamanya ada itu membuat tak betah.

   Ia melangkah turun dengan terburu- buru, melewati meja makan terlihat ayahnya duduk sambil membaca koran dan meminum secangkir kopi.

    Jangan lupa juga abang pertamanya yang masih bergelut dengan makanan.

    Suara langkah kaki Ara membuat mereka melihat kearah gadis itu.

"Apa begitu sikap seorang gadis yang hendak berangkat sekolah???" Suara abang pertamanya yaitu Andra, membuat ia menghentikan langkahnya.

"Apa peduli anda??" Ucap Ara dengan nada dinginnya, moodnya yang hacur bertambah hancur.

"Begitukah bicaramu pada orang yang lebih tua??? Apa kau tak tau sopan santun???" Ucap ayahnya yang sekarang berdiri di hadapannya.

"Saya memang tak pernah diajarkan sopan santun oleh orang tua saya, bukan hanya sopan santun tapi juga yang lain karena apa kalau anda tau??? Karena mereka membenci saya tanpa alasan" ucap Ara dengan kesal, sedangkan tasnya entah berada dimana saat ini.

'Plak'

'Plak'

   Dua tamparan mengenai pipi Ara, sedang Ara masih mempertahankan sikap tenangnya walau sedari tadi dia sudah sangat jengah.

"Karena lo yang udah ngebunuh bunda" ucap Andra dengan penuh emosi.

   Sedang Ara hanya dapat diam, dia juga selama ini menyalahkan dirinya sendiri, atas kepergian bundanya.

   Jika saja bundanya tidak mengandung dia mungkin, dia masih ada di sini.

"Saya pergi, Assalamu'alaikum" ucap Ara melupakan tasnya yang yang tertinggal.

    Ia berjalan menuju luar, dan sebuah suara membuat Ara terhenti.

"Non ini tasnya, bibi udah naruh makanan untuk non Ara, inget harus dimakan" ucap bi Surti, dialah pengasuh serta pembantu dirumah ini umurnya sudah sangat tua.

"Makasih bi, kalau gitu Ara pamit dulu Assalamu'alaikum" ucap Ara sambil mencium tangan bi Surti dan langsung pergi.

***
Mobil

    Mobil Ara membelah jalanan dengan kecepatan diatas rata-rata, yang benar saja gadis berhijab panjang itu sudah telat.

    Di tambah lagi perdebatan tadi pagi, dan sekarang ia benar-benar sangat telat.

"Pak tolong buka" ucap Ara pada guru pengawas itu.

"Bagaimana kamu bisa telat??? Saya baru pertama kali lihat kamu telat, apalagi anak seperti kamu" ucap Pak Tama padanya.

"Hm" jawab Ara yang sudah malas berdebat dengan siapapun lagi.

"Meskipun kamu siswi teladan kamu tetap harus dihukum, hormat menghadap bendera sampai jam istirahat!!" Tidah pak Tama dan langsung saja Ara bergegas kelapangan.

    Sebelum Ara melakukan hukumannya, ia meminum obat maghnya.

    Bagaimana tidak mulai kemarin sore ia tak keluar kamar dan jangan lupa Ara tak makan apapun.

"Ra!!! Lo juga telat??? Wah...gue gak nyangka lo bisa telat juga" ucap seorang gadis siapalagi kalau bukan Rena, sedang di baals tatapan malas oleh Ara.

"Magh lo kambuh??" Tanya Rena yang melihat obat magh Ara yang masih dipegangannya.

   Dan di jawab gelengan oleh Ara, Ara pun langsung memutuskan untuk melakukan hukumannya sedang Rena mengikuti Ara.

"Ra, lo gak mau jadi sahabat gue??" Tanya Rena sambil menghadap Ara sedang orang yang di tatapnya itu hanya memandang lurus kedepan.

"Kalau gak jadi temen gue deh" rayu Rena yang masih belum mau berhenti.

"Kalau gak lo coba dulu temenan bareng gue seminggu, kalau lo gak betah lo bisa tinggalin gue" ucap Rena sedang gadis berjilbab panjang itu hanya memutar bola matanya jengah.

    Boleh tidak dia meminta pada Allah, agar ia tidak mendapat masalah lagi. Moodnya sudah hancur sehancur-hancurnya.

   Tapi malah sekarang dia harus super sabar, menghadapai gadis yang satu ini.

"Kalian berdua jangan mengobrol terus!! Apa mau hukumannya bapak tambahin!!" Ucap pak tama dari belakang mereka entah sejak kapan pak Tama ada di sana.

"Gak papa pak, kalau bapak mau nambahi yang penting ada Ara, jadi saya gak perlu susah-susah nyari ide buat deket sama dia" ucap Rena dengan senyuman yang merekah.

    Sedang Ara hanya terbelalak kaget, karena pernyataan gadis itu. Cukup dia sudah lelah dengan masalah dihari ini jangan di tambah lagi.

"Kamu ini, sudah tau Ara gak pengen deket-deket kamu tapi malah kamunya kayak gitu, silahkan lanjutkan hukuman kalian!!!" Ucap pak Tama sambil menggelengkan kepalanya tanda dia tak mengerti jalan pikiran gadis itu.

   Waktu berjalan begitu cepat, dan waktu istirahat pun tiba. Semua yang ada di sana kaget melihat seorang siswi yang tak pernah berbuat hal yang macam-macam.

    Sekarang ia sedang di hukam dengan seorang badgirl, sedang Ara yang mendengar bel sekolah langsung menurunkan tangannya yang letih begitu juga Rena.

    Ara yang melihat keringat yang bercucuran sangat deras di jidat Rena dengan sigap memberikan tisu pada gadi itu.

"Buat gue???" Tanya Rena pada Ara.

"H-" ucapan Ara terpotong oleh sebuah teriakan.

"Bebep Renren!!!" Teriak orang itu sedang Rena berbalik penasaran pada orang itu.

"Bang lo kok ada di sini??" Tanya Rena melihat Reno yang sudah ada di depannya.

"Gue pindah sekolah, tuh yang lain juga kecuali si Arya" ucap Reno membuat Rena melihat Alaska dkknya berjalan meng hampirinya.

"Ra, lo mau kemana??" Tanya Rena yang barus sadar jika Ara akan pergi.

"Pergi, Assalamu'alaikum" ucap Ara dan pergi dari sana.

"Wa'alaikumussalam" ucap Rena.

"Itu Ara??" Tanya Arya yang baru sja tiba.

"Bidadari gue kok ada disini??"tanya Lionel pada Rena sedang Alaska hanya menatap kepergian Ara dengan penuh arti.

"Itu Ara, dia dihukum" ucap Rena membuat Arya kaget, mana mungkin siswi seperti Ara akan di hukum.

"Lo kenapa si Ar??" Tanya Daniel yang melihat wajah terkejut Ara.

"Dia siswi kesayangan para guru" ucap Arya.

"What!!!" Teriak mereka bersama kecuali Alaska, Arya dan Rena yang sudah tau akan semua itu.

"Kesayangan, maksud lo backingannya kuat gitu??" tanya Adam pada Arya dan dijawab anggukan.

"Kantin" ucap Alaska memberhentikan topik tentang Aranya. What Aranya??? Pacaran aja belum.

     Jangankan pacaran, nembak aja belum tentu di terima apalagi Ara cewek yang tertutup tapi menurutnya ilmu agamanya sangat bagus.

****

Bye semua

Ara life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang