AL : 63. Kotak

115 7 0
                                    

Sebenarnya apa yang ada di dalamnya?

(Kinara Salwa Azzahra)

***

    Saat ini Ara sedang berada didalam kamar miliknya, ia terus memandangi kotak.

    Entah apa isi kotak tersebut, kotak milik Aro yang orang tuanya beri kepadanya saat pemakaman Aro dulu.

"Isinya apa sih Ro???" Ucap Ara lirih sambil tetap memandang kotak itu.

    Awalnya ia tak mau menerima kotak tersebut karena ia pikir kotak tersebut adalah peninggalan Aro yang terakhir untuk orang tuanya.

    Ternyata kotak ini emang diamanahkan pada dirinya, kata orang tua Aro itu kotak memang milik Ara dari Aro.

"Kamu kok sempat-sempatnya buat teka teki ini sih Ro!!" Kesal Ara padahal kotak ini sudah bersamanya beberapa tahun tapi tak pernah bisa terbuka.

    Padahal ia sudah keberbagai tempat untuk membuka kotak tersebut tapi tetap saja hasilnya nihil.

"Kamu kalau ngasih kotak itu sama kuncinya biar aku gak penasaran Ro, seenggaknya jangan milih kotak ini biar aku bisa buka kalau gak kasih kuncinya" kesal Ara sambil sedikit memukul kotak tersebut.

    Pada akhirnya Ara pun menyerah akan hal itu, ia menaruh kotak tersebut ketempat awal ia ambil.

Tok

Tok

Tok

"Sayang!!" Panggil sang Ayah membuat Ara berdiri dari tempat itu dan langsung membukakan pintu tersebut.

"Ada apa yah??" Tanya Ara heran karena setaunya sang ayah sedang mengurus proyek baru dan sering tak berada dirumah membuat ia merindukan sang ayah

"Boleh ayah masuk???" Ucap Revan ia merindukan anaknya itu, apalagi ia tau penyebab sang anak menjauh dari para abang dan temannya.

"Masuk aja yah" ucap Ara dan kemudian ia membiarkan Revan duduk di kasur miliknya sedang ia duduk berhadapan dengan sang Ayah

    Tiba-tiba sang Ayah memeluknya dengan erat menyalurkan rasa rindu yang teramat besar.

"Anak ayah gak mau cerita lagi???" Tanya Revan ia tau sang anak itu memikul beban yang sangat berat, tapi sampai sekarang ia masih mencari tau akan hal itu.

    Banyak yang ia ingin tanyakan pada sang anak itu, jangan bilang kalau ia hanya menyayangi Ara saja.

    Ia sangat menyayangi semua anaknya tapi untuk kasus Ara berbeda, semua anaknya akan menyalurkan rasa yang mereka teria dan menunjukkannya.

    Sedangkan Ara dia spesial menurut Revan, Ara tak akan menyalurkannya jika memang beban itu masih bisa ia tanggung.

"Ayah apa boleh Ara nyerah sekarang?? Tapi Ara takut yah, takut semuanya gak sesuai" ucap Ara dalam dekap Revan, Revan tau dari kata itu banyak yang Ada sembunyikan darinya.

   Revan akan menyelidikinya setelah ini, biarkan Aranya mengeluarkan beban yang di pikulnya itu.

"Anak ayah kalau capek berhenti dulu ya, semuanya butuh proses nak. Kalau kamu nyerah sekarang kamu gak bakalan dapat hasilnya, tapi kalau kamu nyerah juga tetap ada ayah disamping Ara, Ayah yang bakalan lindungi Ara"ucap Revan pada sang anak, ia tak tau ucapannya akan membuat Ara menjadi jauh lagi.

"Ayah benar, Ara gak bakalan nyerah. Tapi ayah janji kalau suatu saat Ara gak ada nantinya jangan sedih yah, banyak yang masih butuhin ayah" ucap Ara sambil menatap wajah sang Ayah.

     Sedangkan Revan yang mendengar itu, membuat hatinya tambah gelisah apa yang akan terjadi selanjutnya pikirnya.

"Kamu gak boleh ninggalin ayah nak, kamu itu malaikat kedua ayah setelah bunda janji Ara gak bakalan ninggalin Ayah" ucap Revan mendekap erat sang putri sambil sesekali menciumnya.

'maaf ya Ara gak janji'  batin Ara.

"Itu apa nak??" Tanya Revan saat melihat kotak yang baru Ara taruh.

"Itu kotak tari sahabat Ara yah, ayah pasti tau Aro itu punya dia" ucap Ara berjalan mengambil kotak itu kembali.

"Kok bisa ada di kamu???" Tanya Revan saat dia melihat kotak yang saat ini sedang berada di tangannya.

"Ini gak bakalan bisa terbuka" ucap Revan meneliti kotak tersebut.

"Di kasih yah sama orang tuanya. Kok ayah tau???" Tanya Ara heran.

"Bunda kamu punya makanya ayah tau, karena ayah yang ngasih" ucap Revan membuat Ara memiliki sedikit harapan.

"Ayah tau gak bukanya gimana???" Tanya Ara masih dengan harapannya.

"Ya pakai kuncinya lah" ucap Revan terkekeh melihat waja sang putri kusut karena ucapannya.

"Masalahnya Ara gak di kasih kuncinya sama katanya cuma ada itu" ucap Ara dengan nada lesuhnya.

"Hahaha.... Ya nasib kamu" tawa Revan membuat Ara tambah kesal.

"Udah gak usah mikirin itu nanti juga datang sendiri" ucap Revan masih terkekeh geli.

"Udah ah, ayah keluar sana Ara sebal sama ayah" ucap Ara setelah mengambil kotak tersebut dan mendorong sang Ayah keluar saking kesalnya.

"Iya... Iya ayah keluar tapi emang gak bakalan kebuka itu meskipun dilindas truk. Mending cari aja kuncinya siapa tau kamu yang lupa taruhnya" ucap Revan sedikit memeri saran.

"Ayah mah, udah Ara bilang orang tuanya Aro aja bilang gak ada kuncinya. Ayah malah suruh nyari di kamar Ara" ucap Ara madih memandang sang Ayah.

"Siap yang nyuruh kamu nyari di kamar?" Ucap Revan pada sang putri membuat Ara menatap Revan dengan tatapan menyelidik.

" Terus Ara cari dimana???" Tanya Ara yang masih heran dengan ucapan sang Ayah.

"Kamarnya Aro lah" ucap Revan dengan santainya dan langsung melenggang pergi dari kamar sang putri dengan tawa yang menggelegar.

"Ayah....!!" Teriak Ara pertama kalinya. Herannya pada sang ayah, kemana sikap dingin sang ayah iru.

   Sedangkan Revan yang mendengar itu masih tetap tertawa, padahal ia hanya ingin mengalihkan pembicaraan tadi yang membuatnya gelisah.

"Cari tau semuanya, saya gak mau terjadi sesuatu pada putri saya" ucap Revan pada orang yang ia telpon.

    Sejak ia berbicara dengan Ara hatinya menjadi tak nyaman, seperti sang putri akan menyusul sang istri pergi.

"Sayang jangan ambil Ara dulu ya, mas masih ingin memanjakan putri mas itu" ucapnya sambil mengelus foto sang istri yang berada didalam kamarnya.

   Kamar yang selama ini ia tempati, dan memiliki banyak kenangan indah bersama sang istri walau sudah tak ada kehadirannya.

   Banyak wanita yang menawarkan diri untuk menjadi istri keduanya. Tapi ia hanya tertarik pada sang istri mau sekeras apapun Revan melupakannya tapi hati Revan tetap memilih sang istri.

    Apalagi sang istri adalah menantu kesayangan almarhum kedua orang tuanya. Orang tuanya juga mendukung hal itu tapi tidak dengan sikap Revan pada sang putri.

"Mas harap kamu gak bawa Ara dulu sayang, mas cuma punya Ara untuk sekarang jadi jangan bawa dia pergi" ucap Revan tak terasa air matanya tumpah. Ia tak siap kehilangan sang putri itu.

***
Maaf minggu kemarin author gak bisa up karena ada acara, jadi maaf kalian merasa di php🤭🤭

Spam komen donk biar author semangat.

Makasih ya g udah mau baca cerita gaje milik author ini bye😘

Ikuti Fizzo Author ya :  Rain shadow jika kalian ingin melihat cerita lainnya.

Dan like, subscribe YouTube author @rain_shadow63

Tiktok : @rainshadow555
IG.        : @rshdow6323

Ara life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang