AL : 16. Pertengkaran

844 47 0
                                    

Terkadang pertengkaran adalah awal kebahagiaan

(Kinara Salwa Azzahra)

***

      Saat ini Ara baru saja pulang dari latihannya, dia begitu lelah karena harus melatih beberapa anak kecil.

      Walau Ara terkadang sangat dingin, tapi dia tetap peduli dengan sekitarnya itupun terkadang. Jika dia tak menutup semua akses kehatinya.

"Dari mana saja kamu" ucap Revan yang melihat Ara berjalan menuju tangga.

    Jangan lupakan dengan Devan dan juga Andra yang juga berada di sana, melihat Ara dengan tatapan berbeda-beda.

"Bagus ya lo, mentang-mentang lo gak pernah di perhatiin bisa keluar masuk seenak lo" ucap Andra berdiri disamping Revan.

"Hm" gumam Ara, apa mereka tau saat ini Ara sudah tak ingin melakukan apapun.

    Ia ingin bergegas keranjang empuknya, dan pergi kemimpinya yang lebih indah dibandingakn dunia nyata.

"Kamu ingat, selama kamu di sini kamu harus ngikutin peraturan yang ada" ucap Revan sedang Devan hanya menatap iba pada adeknya itu.

"Terus apa yang harus saya lakukan?? Apa harus terus hidup seperti Anj**** yang menurut pada majikannya??" Ucap Ara yang sudah lelah.

'Plak'

'Plak'

   Dua tamparan yang Ara terima dari Andra, saat ingi pipinya sangat perih karena tamparan itu.

"Jaga bicara lo, ingat lo ada di dunia ini karena bunda" ucap Andra membuat Ara sedikit emosi.

"Karena bunda, lo masih hidup. Kalau lo tau gue berharap yang lo mati sedangkan bunda hidup" ucap Andra sekali lagi.

"Karena kamu lah istri saya meninggal, karena kamulah anak-anak saya kehilangan bunda mereka" ucap Revan menimpali.

    Sedang Devan yang tak bisa berkata-kata untuk melindungi Ara, benar yang di katakan keduanya.

    Tapi tidak semuanya kesalahan Ara, Ara hanya orang yang tak tau apa yang terjadi. Dan tiba-tiba saja mereka menuduh Ara.

"Benar yang di katakan kalian, saya memang pembunuh. Saya yang telah merenggut bunda dari kalian. Karena saya lah bunda kalian pergi" emosi Ara meledak, mereka melihat Ara dengan tatapan berbeda.

"Terus apakah kalian tau??? Bukan kalian saja yang kehilangan, bukan kalian saja yang pengen bunda hidup, saya juga!!" Ucap Ara dengan emosi yang meledak.

"Kalau kalian tau, saya lebih baik mati daripada harus kehilangan bunda...hiks... kenapa???... kenapa??? Kalian gak bunuh.. hiks... saya saja" ucap Ara dengan tangisnya yang membuncah.

   Mereka melihat itu langsung berfikir, mereka sudah lama tak melihat tangis itu kecuali Devan.

    Devan ingin sekali merengkuh tubuh mungil itu, dan berkata cup... udah.. abang disini, jangan nangis, tapi ia tak bisa.

"Dulu, saya orang yang sangat naif... saya kira... jika bunda tidak ada... saya tetap akan.. mendapat kasih sayang..." ucap Ara terbata-bata.

"Kasih sayang seorang ayah... dan.. abang... tapi itu hanya...ilusi...dimana saya.. tidak mendapat apapun.. yang hanya saya dapat... hanya hinaan... kata-kata kasar... dan kebencian..." ucap Ara tersedu-sedu membuat Devan seperti tertusuk belatih.

"Saya... dulu benar-benar naif... saya kira... jika ayah saya... akan menjadikan saya... seperti seorang putri... menyayangi... saya tanpa... ada cela"

Ara life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang