Al : 60. Rekan

337 11 8
                                    

Rela berkorban 😏

(Rekan)

***

    Pagi ini Ara memutuskan untuk kesekolah lebih awal, bukan hanya untuk menghindari ke 2 geng itu, tapi juga ia harus mencari tau siapa dalang dari teror yang Ara dapat di laci mejanya.

    Dengan tangan yang masih di gips, Ara menuruni tangga sambil membawa tasnya.

"Kamu mau berangkat???" Tanya Revan yang melihat sang putri sedikit kesulitan, sedangkan Ara hanya mengangguk menyetujuinya.

    Saat ia mengetahui kondisi Ara, apalagi ia sudah tau jika Ara mendapat beberapa teror hatinya sedikit gelisah.

    Ia tak ingin sang putri menanggung hal yang lebih mengerikan, ia juga tau Ara terpaksa menghindari kedua abangnya hanya untuk menyelamatkan mereka.

    Ia tau jika sang putri sangat menyayangi semua orang di sekitarnya, termasuk Andra sendiri, tapi sayang orang yang sangat Ara sayangi tak pernah menoleh kearahnya.

"Mau ayah antar???" Tanya Revan pada sang putri.

"Ara bisa sendiri kok yah, jangan khawatir" ucap Ara sambil mengulas senyumnya. Revan yang melihat itu membalas senyum Ara walau ada kekhawatiran dalam hatinya.

"Ara berangkat yah, Assalamu'alaikum" setelah mencium tangan sang Ayah dan langsung pergi dari sana.

***
Sekolah

     Ara berjalan dengan langkah yang terbilang santai, lorong yang sunyi menambah ketenangan Ara.

   Tujuannya sekarang adalah menemui seseorang, untuk saat ini Ara tak bisa berpikir lagi selain menyelamatkan nyawa yang lain.

    Biarlah ia menjadi korban saat ini, karena kejadian dimasa lalu yang sungguh tak dapat dielakkan.

"Udah lama??" Tanya Ara pada orng itu.

"Ada apa???" Tanya orang tersebut masih duduk di bangku tersebut.

"Kamu tau yang aku mau" ucap Ara dengan seriusnya.

"Ini bukan masalahmu, jadi untuk apa kau harus berkorban???" ucap orang tersebut.

"Untuk apa maksudmu??? Mau sampai kapan begini terus??" Ucap Ara kembali dengan sedikit emosinya.

"Bodoh" ucap orang itu membuat Ara memukul kepalanya dengan pelan.

"Tidak bisakah kau lebih baik lagi pada rekanmu ini?" Tanya orang tersebut membuat Ara bertambah kesal.

"Hn..."

"Mulai lagi, udah kan??? Yaudah gue balik" ucap orang tersebut pergi meninggalkan Ara yang kembali sediri.

'maaf ngerepotin kamu lagi, aku janji ini yang terakhir kalinya' gumam Ara sesaat orang itu telah pergi.

    Orang yang selalu ia repotkan, dan selalu ada saat Ara perlu bantuannya. Meskipun telah membuat hati orang itu kecewa.

***
Disisi lain

"Lo udah siapin rencana untuk kedepannya kan? gue gak mau ya kalau rencana yang gue susun berakhir mengenaskan" ucap A.

"Lo gak perlu khawatir soal itu, yanga penting ingat kesepakatan kita, gak boleh sakitin kedua geng itu, karena mereka milik kita" ucap B dengan nada marahnya.

"Lo gak perlu khawatir soal itu, yang penting lo bisa ngebuatsemua rencana yang kita pikir berhasil."

"Lo pikir gampang nyelesain ini semua?" ucap D dengan nada jengkelnya.

"Kita bakalan berhasil kalau bukan karena cewek lo itu!" ucap si C sambil melirik si A.

"Bagaimana kalau kita hancurin di duluan?" ucap si C dengan penuh semangat.

"Gue sih oke aja tapi lihat tuh" ucap B menunjuk dengan dagunya.

"Lo hancurin dia, lo bakalan lihat seberantakan apa hidup lo nantinya" ucap A dengan tatapan tajam pembunuhnya.

      Dia pun keluar dari sana, sedangkan ketiga orang itu hanya bisa merencanakan sesuatu yang bahkan bisa menghancurkan hidup mereka.

***

    Seperti biasanya Ara hanya dapat melihat teman-temannya dari jauh, untuk meminimalisir kekacauan yang akan terjadi selanjutnya.

   Sedangkan kedua geng masih terus mengintai pergerakan Ara, mereka sudah tau teror yang didapatkan oleh Ara.

   Tapi banyak yang meraka harus selidiki, apa motif dari peneroran tersebut dan siapa dalangnya.

"Gue rindu Ara..." lirih Rena sambil menaruh kepalanya di atas meja kantin.

"Bukan lo aja  gue juga, walaupun dia dingin kayak kulkas dua pintu, mager kayak kukang gue rindu banget sama dia" ucap Aleena sambil mengaduk-aduk es teh miliknya.

     Sedangkan disisi lain, Devan dan Arya saat ini mengintai Ara dari jendela kelas, apa adiknya itu telah makan atau belum.

"Ssstttt..." panggil Arya saat melihat seseorang akan masuk kekelas Ara.

"Ada apa kak??" tanya cewek itu sambil tersipu malu.

"Nih...." ucap Devan sembari memberikan kotak bekal ke cewek itu.

"Buat aku ya kak??" tanaya cewek itu yang mukanya telah memerah.

"Bukan"ucap Devan membuat cewek tersebut murung.

"Maaf ya dek, temen kakak emang begini"ucap Arya " Kakak minta tolong ya, tolong kasihin bekal itu kecewek yang sedang lihatin jendela terus" ucap Arya dengan sopannya.

"Ooo... Ara?" Ucap cewek itu dengan nada malasnya.

"Hn" gumam Devan yang fokus pada Ara.

"Yaudah nih, kalau dia nanya nanti bilang aja ke dia dari Ayahnya" ucap Arya jengah dengan sikap Devan.

"Yaudah kak aku kesana dulu" ucap cewek tersebut sambil menggulir bola kedua bola matanya dengan malas.

   Sedangkan Devan dan Arya hanya menatap Ara dari jauh, yang memulai  memakan bekal yang diberi boleh Devan dan dirinya.

****
Disisi lain

"Las, lo gak mau nyerah aja nih??" Ucap Reno yang melihat sahabatnya yang belakangan ini tengah galau.

"Tuh, lihat Kenzo aja nyerah. Lihat aja sekarang dia tambah ngejauh, apalagi  gue rasa lo gak bakalan dapetin dia" ucap Daniel dengan gampangnya.

"Lo tau sendiri kan semenjak dia pergi, dan mutusin gue. Gue gak pernah mau deket Ama cewek lain, dan dia ngebuktiin kalau di dunia ini masih ada orang yang pantas untuk di perjuangin" ucap Alaska dengan panjangnya, tumben sekali Alaska        panjang lebar seperti ini.

"Gue setuju juga kalau lo ngejuangin Ara, gue tau gue gak berhak bicara kayak gini tapi, kalau lo nyakitin dia jangan harap gue mau temenan Ama lo lagi" ucap Lionel dengan lantangnya.

"Lo nyakiti dia lo mati" ucap Adam dengan tegas dia tau kalau dia bukan siapapun dalam kehidupan Ara. Tapi Ara adalah orang yang dia anggap seperti adiknya sendiri.

     Sedangkan Alaska hanya menggagalkan kepalanya, tanda ia mengerti kekhawatiran kedua sahabatnya.

****

Assalamu'alaikum balik lagi nih maaf baru bisa up.

Tenang aja aku bakalan up walau jarang ok,😘

Inget buat kalian tunggu kelanjutannya ya

Ara life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang