AL : 65 Misi

56 9 0
                                    

Setiap langkah pasti ada rintangan

(Kinara Salwa Azzahra)

***

     Ara saat ini sedang bersama keluarganya, entah mengapa hari ini. Devan dan Andra juga ada bersama mereka.

    Memang sejak Ara menjauh Devan selalu membujuknya tapi tetap saja selalu di tolak dan berakhir dengan Devan yang pergi kemarkas.

"Ara gimana di sekolah???" Tanya Revan menatap sang anak.

"Baik yah," ucap Ara memang setelah tangannya patah kemarin Revan sedikit berjaga-jaga.

     Apalagi dia sudah tau semua tentang Ara dan para teman serta abangnya, kecuali rencana Ara.

   Memang ia ingin tau mengapa sang putri yang awalnya sedikit ceria bersama yang lain, malah menghindar.

     Begitu juga Devan yang menceritakan padanya, tapi ia tau sang putri pasti memiliki rahasia tentang itu.

    Saat ini ia sedang mencari tau semua, ia hanya berharap sang putri kembali ceria seperti dulu.

    Beda lagi dengan Andra, ia memang ingin menikmati suasana seperti ini walau Ara ada di sini.

"Kalian gimana di sekolahnya terutama kamu Andra???" Ucap Revan kepada kedua anaknya itu.

"Kalau Devan mah biasa aja yah, gak tau kalau abang" ucap Devan pada sang ayah.

"Aku sama yah, tapi belakangan ini banyak sekali tugas dari dosen" ucap Andra pada  sang ayah sambil menikmati roti bakarnya.

"Gimana perusahaan ayah??! Aku dengar ayah bakalan ngerayain ulang tahun perusahaan sekaligus..."ucap Andra menggantung sambil melirik ke arah Ara yang menikmati capcaynya.

"Ya, ayah bakalan kenalin Ara ke publik, kalian keberatan dengan apa yang ayah bilang ini???" Ucap Revan sambil mengelus puncak kepala sang putri.

    Entah mengapa sekarang ia menjadi sangat tau pada sang putri, apalagi sang putri memiliki lidah yang dangat sensitif pada makanan yang ia makan.

    Terkadang ia takut membawa Ara keperayaan ulang tahun perusahaan karena ke sensitifan sang anak itu.

    Apalagi terkadang saat melihat Ara, Revan menyayangkan sikapnya yang dulu tak peduli pada sang anak itu.

"Kalau Devan setuju banget!!" Ucap Devan karena ini yang dia inginkan.

    Ara adalah adiknya, meskipun saat ini sang adik menjauhi dirinya tapi tetap saja ia selalu memantau Ara dari jauh.

    Apalagi saat ini banyak yang harus dia bongkar dari sikap Ara yang menjauh salah satunya juga kotak misterius itu.

   Bukan hanya dirinya saja geng Red Fox dan Tunder Wolf juga sedabg mendalami hal ini semua.

Tang

    Suara sendok sangat keras membentur piring, membuat semua menoleh kearah sumber itu.

"Saya selesai..." Ucap Andra sambil menahan emosinya sekarang dan langsung pergi dari tempat itu.

    Ara tau apa yang Andra pikirkan sekarang, ia juga tak ingin seperti ini. Jika boleh tidak masalah dia yang di jauhi oleh Ayah dan abangnya agar keluarga itu tetap bersama.

"Ara juga sudah ya..." Ucap Ara sambil memberikan senyum terbaiknya pada sang ayah dan langsung pergi dari sana.

"Hah!" Suara nafas kasar keluar dari mulut Revan.

"Kamu sama temen-temen kamu udah menyelidiki semua???" Tanya Revan, dia tau semenjak Ara menjauh Dari Devan.

    Devan dan semua teman Ara juga dirinya mencari sumber masalah Ara selama ini dan apa yang di sembunyikan oleh sang putri itu.

"Belum yah, tapi Devan butuh bantuan ayah" ucap Devan pada sang ayah karena saat ini hanyalah sang ayah yang dapat membantu dirinya.

"Bantuan apa yang bisa ayah bantu???" Tanya Revan yang penasaran dengan rencana milik sang anak itu.

"Ayah bisa ngajak Ara keluar dulu??? Ada sesuatu yang harus aku ambil di kamar Ara, kalau dulu aku bisa masuk seenaknya tapi.." ucapan Devan menggantung mengingat kejadian dulu bersama Ara sebelum sikapnya berubah padanya.

"Apa ingin kamu ambil di kamar adik kamu???" Tanya Revan menatap menyelidik pada sang anak.

"Ayah pasti tau kotak yang gak ada kuncinya dari sahabat Ara???" Ucap Devan dan dibalas anggukan oleh Revan.

"Itu yang ingin aku ambil, dalamnya pasti nyimpan banyak rahasia" ucap Devan.

"Yaudah ayah bakalan bawa Ara pergi sebentar, saat itu kanu masuk aja. Kunci kamarnya kamu tau kan ada dimana setiap Ara keluar??" Ucap Revan dan dibalas anggukan oleh Devan.

   Memang yang tau kebiasaan Ara menaruh kunci kamarnya hanya bi surti, dirinya dan sang abang Devan jangan lupakan juga Arya.

    Akhirnya mereka memutuskan untuk menjalankan rencana mereka hari ini.

***

"Yah, kita mau kemana" tanya Ara yang heran mengapa sang ayah mengajak keluar karena meskipun libur ia tau sang ayah hanya ingin menghabiskan waktu bersama di luar.

"Apa gak boleh ayah ngajak putri ayah keluar???" Tanya Revan pada dang putri, padahal ini adalah rencananya dengan sang putra.

"Gak papa sih, Ara juga pengen keluar bareng ayah" ucap Ara sambil tersenyum menatap sang ayah yang sedang mengemudikan mobil miliknya.

"Ayah, boleh gak kita ke Gramedia???" Tanya Ara, memang niatnya ingin ketoko buku membeli beberapa novel untuk di baca nantinya.

    Apalagi beberapa hari ini kepalanya sangat panas karena rencananya sudah dimulai.

"Apapun untuk anak ayah yang cantik ini" ucap Revan sambil mengacak kepala Ara yang tertutup oleh kerudung.

    Suasana oun kembali hening, tak ada satupun yang membuka suara hingga Revan lah yang memulai.

"Ara gak nyembunyiin sesuatu kan sama ayah???" Tanya Revab sedikit berhati-hati takut menyinggung sang anak.

"Atau ada yang pengen Ara ceritain tapi gak bisa???" Ucap Revan kembali hal itu membuat Ara menggigit bawah bibirnya gugup.

   Ia tau bahwa ayahnya telah tau permasalahannya dan sang abang, walau di tutupi bagaimana pun pasti sang ayah mengetahuinya.

"Kalau Ara gak mau bilang gak masalah, tapi jangan ngebuat abang dan ayah khawatir ya. Ara satu-satunya harta yang ayah punya sekarang jadi jangan pernah bertindak gegabah ya sayang" ucap Revan sambil mengelus kepala sang anak dengan pelan.

"Maaf yah..." Ucap Ara dengan lirih, ia tau bahwa tindakannya ini membuat semua orang di dekatnya khawatir.

"Udah gak usah di pikirin, ayah denger anak ayah ini jadi rebutan dua leader geng motor bener???" Ucap Revan mengalihkan topik pembicaraan.

    Sedangkan Ara yabg mendengar itu langsung menatap bingung  pada sang ayah, ia tak tau sama sekali siapa kedua leader itu.

"Emang siapa yah???" Tanya Ara pada sang ayah.

"Gak perlu tau kamu, ayah gak mau putri ayah pacaran. Dosa!" Peringat Revan, putri kecilnya ini masih polos akan hal itu. Apalagi ia tak ingin anaknya cepat meninggalkan nya.

"Iya ayah, Ara juga gak mau pacaran dosa, Ara maunya nikah aja" ucap Ara pada sang ayah.

"Iya pinter banget putri ayah" ucap Revan pada sang putri itu.

"Tapi Ara gak mau nikah" ucap Ara sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa??" Revan bertanya heran.

"Ara gak mau ninggalin ayah, Ara cuma butuh ayah gak ada yang lain" ucap Ara kembali sambil memainkan kedua jari telunjuknya.

"Iya Ara putri ayah, gak boleh jauh-jauh dari ayah" ucap Revan dia juga tak rela membiarkan putri kecilnya menikah walaupun diwajibkan.

   Ia akan memberikan putrinya itu pada seorang pria yang sangat mencintai dan menjaga sang putri.

    Ia yakin bahwa Devan serta Arya setuju ucapannya, apalagi kedua Abang Ara itu sangat posesif pada sang adik.

    Sedangkan Ara tersenyum senang akan jawaban sang ayah, ia hanya perlu sang ayah di sisinya tak perlu ada yang lain

Ara life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang