AL : 55. Go Away

381 20 4
                                    

Kehilangan adalah suatu hal yang bisa membuat kita terpuruk

(Kinara Salwa Azzahra)

***
Saat ini Ara sudah sampai di tempat parkiran mobil rumah sakit, langsung bergegas masuk.

"Sus, ruang ICU dimana???" Ucap Ara yang sudah sangat panik.

"Kamu setelah ini belok kanan, terus aja nanti di situ kelihatan ruangannya" ucap Suster tersebut.

Ara pun langsung berlari kembali, menuju ruangan yang sudah di tunjukkan oleh suster tadi.

Benar saja semua keluarganya sudah berada di sana, termasuk ayah dan Andra.

Langkah Ara terdengar di lorong rumah sakit, membuat mereka yang berada disana menoleh ke sumber suara.

Revan yang melihat putrinya langsung saja mendekap sang putri, karena tau Ara sangat terpukul saat tau kabar ini.

"Yah... ini gak benerkan...hiks..." ucap Ara sesegukan, ia tak kuasa menhan air matanya.

"Jawab yah... hiks... ini gak... bener kan???" Ucap Ara kembali membuar Revan menatapnya sendu.

"Ini bener sayang" ucap Revan sambil memeluk dengan erat Ara untuk menguatkannya.

"Gak... gak mungkin... hiks... oma... opah... hiks" ucap Ara mulai luruh di pelukan Revan.

"Mending lo diem aja deh...!!! Kalau gak pergi aja" Sentak Andra yang melihat Ara.

"Andra!!" Ucap Revan memberi peringatan padanya.

"Mas, apa yang di katakan Andra bener. Dari pada dia nangis-nangis gak jelas di sini mending pergi aja" ucap Viona adik dari sang ayah.

"Bener, gak ada gunanya dia nangis. Yang ngebuat mama sama papa kayak gini tuh, anak pembawa sial" ucap Seno kembaran sang ayah.

"Diam!!" Ucap seseorang yang baru saja datang. "Masih sempat-sempatnya paman ngucapin itu ke Ara, seharusnya kalian semua ini sadar saat ini yang di perlukan omah sama opah itu Ara dan bukan kalian" lanjut orang itu.

"Maksud kamu apa Devan, kamu aja yang gak ngerti. Oma sama opah kamu kayak gini karena pengen ketemu sama anak pembawa sial ini" ucap Viona sambil menunjuk pada Ara.

"Ap-" ucapan Devan terpotong karena ucapan Revan sang ayah.

"Lebih baik kita berdoa, semoga semuanya baik-baik saja" ucap Eevan menengahi berdebatan dari sang adik dan sang anak.

Semua di sana terdiam, hingga sebuah suara membuyarkan semuanya.

"Siapa di sini yang bernama Ara???" Ucap Dokter yang keluar dari ruangan itu.

"Saya dok" ucap Ara langsung berjalan ke arah ruang ICU.

"Pasien meminta saya untuk memanggil anda" ucap dokter dan langsung diangguki oleh Ara.

Ara masuk ke dalam ruangan tersebut dengan tangan yang dingin, serta air mata yang tak berhenti keluar dari kedua bola mata indahnya.

"Omah... opah... hiks..." ucap Ara sambil menangis melihat keduanya dengan alat-alat bantu yang terpasang hampir di seluruh badan mereka.

"Sa.... sa.. yang... maaf...fin... o... mah... ah..ah... dan... op... pah" ucap sang omah dengan nafas yang tak teratur.

"Nggak.... hiks... omah... sama opah... hiks.. gak... salah.... gak perlu... minta maaf" ucap Ara sambil menangis.

"Disini... Ara yang salah... hiks... karena.. Ara.... omah... sama...hiks... opah... kayak gini" ucap Ara sekali lagi sambil menggenggam kedua tangan omah dan opahnya.

Ara life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang