1.] - Hari Yang Buruk

2.9K 125 16
                                    

Chandra mematut dirinya di depan cermin sambil bersiul-siul senang mengawali paginya hari itu. Kedua tangannya bergerak-gerak di atas tubuhnya, merapikan pakaiannya yang di rasa belum rapi. Dan setelah puas, Chandra tersenyum lebar pada bayangannya sendiri di cermin.

"Sipp, udah ganteng!" gumamnya, memuji diri sendiri.

Biarpun kedengarannya narsis tapi itu fakta yang tidak bisa di tolak oleh para penggemarnya. Chandra sadar betul jika dirinya sudah ganteng sejak lahir. Itu lah kenapa dia bisa menjadi begitu populer di kalangan kaum hawa. Karena selain faktor pekerjaanya sebagai penyanyi dan musisi yang brrtalenta, wajah tampannya juga menjadi salah satu pendukung kepopulerannya sekarang.

Chandra melanjutkan siulannya sembari keluar dari kamar untuk bergabung sarapan. karena dalam waktu setengah jam lagi ia akan berangkat menuju Bandung untuk mengisi seminar di salah satu univertas jurusan musik sebagai guest star yang akan mengusung tema muda, populer dan berprestasi.

"Pagi.." Chandra menyapa semua anggota keluarganya yang sudah stand by di meja makan.

"Pagi, Bang.." Kirana menyambut putranya dengan senyuman.

"Oh iya Bun, Abang nanti kayanya nggak pulang ya. Abis ini mau ke Bandung terus setelah itu ada jadwal recording." ucapnya sambil melirik Kirana ragu-ragu.

"Jangan terlalu di forsir tenanganya Bang. Istirahat itu juga penting untuk kesehatan kamu. Apalagi jadwal kamu padetnya udah mau ngalahin kemacetan Jakarta! Bunda nggak mau kamu sampai di opname lagi kaya yang udah-udah." Chandra menunduk dalam sambil mendegarkan omelan Kirana yang tidak pernah absen setiap pagi. Sesekali kepalanya mengangguk-angguk mengiyakan nasehat Kirana.

"Kamu kapan mau fokus sama perusahaan sepenuhnya? Apa nggak capek kamu kerja dua kali lipat. Di depan sama di belakang layar?" Junwan menatap Chandra serius. Ia tau putranya berpotensi besar di dunia musik dan tarik suara. Tapi jujur Junwan ingin Chandra lebih fokus mengembangkan perusahaan Label Musiknya agar berkembang lebih besar.

"Papa tenang aja. Setelah aku meluncurkan album terakhirku, aku bakal mundur dari dunia artis dan fokus ke perusahaan." ungkapnya penuh keyakinan. Junwan mengangguk senang.

"Baguslah! Papa yakin kamu akan lebih sukses di belakang layar nanti. Jangan sia-siain bakat kamu dalam bermusik dan terus ciptakan karya-karya yang bagus nanti."

Chandra mengangguk paham. "Aminn, makasih Pa buat supportnya."

Chandra merasa bersyukur bisa di tumbuh di tengah-tengah keluarga ini, di mana orang tuanya tidak terlalu menuntutnya menjadi seperti apa yang mereka inginkan, melainkan mendukung apapun keputusan yang anak-anaknya ambil selagi itu tidak merugikan diri mereka sendiri dan orang lain. Orang tuanya benar-benar membebaskan anak-anak mereka memilih jalannya sendiri, seperti ia yang memilih jalur musik, Adiknya Devan yang lebih memilih menempuh pendidikan kedokteran di USA, dan adik bontotnya Devina yang baru memasuki SMA tahun ini.

"Abang tungguuu.." Devina berteriak sambil berlari mengejar Chandra yang sudah akan naik mobil. Dan terpaksa pria itu harus menghentikan gerakannya.

"Apa?!" jawabnya malas. Chandra sudah hapal betul kelakuan adiknya yang satu ini.

"Sekalian anterin Vina ke sekolah yaa. Hari ini kan hari pertama masuk, masak Vina harus di jemur sih nanti?!" ucapnya dengan wajah di buat semelas mungkin agar Chandra mau mengantarnya.

"Salah sendiri! udah tau masuk sekolah pake acara begadang terus."

"Yahh Bang, Vina kan khilaf. Ya bang ya.. Anterin sekalian." pintanya masih sambil merengek.

"Khilaf kok tiap hari. Tuman itu namanya!" Chandra mencibir lagi.

"Abang juga udah telat nih, mesti ke Bandung cepet-cepet." lanjutnya. Devina merengut kesal mendengar itu. Lalu masuk ke dalam mobil Chandra tanpa mempedulikan Abangnya itu.

Mr.Sat Set (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang