19. Peringatan

476 52 9
                                    

Hari terakhir di Bali. Dan agenda kegiatan dalam rangka liburan sekolah hari ini adalah mengunjungi pusat perbelanjaan dan oleh-oleh karena nanti malam mereka akan terbang kembali ke Jakarta.

Sebelum itu Wendy terlebih dahulu mengantarkan Chandra ke bandara tadi pagi karena kekasihnya itu harus segera kembali ke ibukota karena panggilan pekerjaan. Meskipun waktu yang mereka habiskan cukup singkat ia sudah sangat bahagia bisa menikmati waktu luang dengan Chandra selama 1 hari. tidak seharian penuh pun tidak masalah. tentunya hal itu tidak mengurangi rasa bahagianya.

Ia harus segera bergegas bersama guru yang lain guna mengawasi murid-muridnya membeli berbagai oleh-oleh baik makanan maupun kerajinan tangan setempat. Wendy juga tidak lupa memberikan oleh-oleh untuk kedua orangtuanya.

"Winda, mau beli oleh-oleh juga?"

Wendy melihat Winda yang hanya menatap tanpa minat. Tidak seperti teman-teman mereka yang terlihat antusias membeli ini itu untuk di bawa pulang sebagai oleh-oleh.

Gadis itu lalu menggeleng dan menyingkir dari teman-temannya. Dari awal Winda masuk sekolah, Wendy sudah memperhatikan gadis itu yang terlihat pendiam dan tidak suka bergaul dengan teman-temannya seperti yang lain. Winda adalah gadis yang introvert dan mempunyai wajah yang cuek dan terkesan sombong, mungkin karena itulah murid-murid lain segan untuk mendekatinya. Wendy kerap melihat gadis itu duduk menyendiri di bangku taman dengan earphone di telinganya. Di samping sikapnya yang seperti itu, Winda adalah gadis yang pintar dan sering mendapatkan peringkat atas di kelasnya.

"Nih ibu traktir buat kamu." Wendy menyodorkan segelas bobamilk pada Winda. Gadis itu hanya menatap sejenak sebelum akhirnya mengambil minuman itu. Wendy tersenyum dan beralih duduk di sampingnya.

"Kenapa nggak beli oleh-oleh kaya yang lain?" Winda menatap Wendy sesaat.

"Kalau kamu bersedia cerita aja." Lanjutnya.

Winda terdiam dan menyedot boba milk-nya

"Nggak ada orang yang saya beliin oleh-oleh juga. Jadi buat apa beli?!" Ungkapnya.

"Papa kamu?" Wendy bertanya dengan hati hati. Lalu di balas gelengan oleh gadis itu.

"Di nggak pernah ada di rumah."

Ada nada sedih yang terselip di setiap ucapannya. Menjadi anak tunggal di keluarga berada mungkin membuat Winda benar-benar kesepian. Apalagi Wendy tau bahwa hanya ada orang tua tunggal Winda yaitu sang papa dengan segala kesibukannya pasti menjadikan gadis itu teramat kesepian di rumahnya sendiri. Tidak ada tempat berbagi dan berkeluh kesah di saat lelah.

Wendy merasa dirinya harus lebih banyak bersyukur. meskipun bukan dari kalangan berada, Tapi ia tak pernah sepi akan kasih sayang dan perhatian kedua orang tuanya.

"Kalau kamu butuh seseorang buat cerita, ibu siap dengerin cerita kamu kok. Kamu juga bisa main ke rumah ibu kalau kamu mau." Wendy memberikan senyumnya pada gadis itu. Winda hanya terdiam menatap tidak percaya. Tidak mengiyakan juga tidak menolak.

"Boleh saya tanya satu hal?"

Wendy mengangguk setuju.

"Ibu benar-benar menjalin hubungan sama Chandra Adhitama?"

Pertanyaan tidak terduga itu membuat Wendy terdiam. Ia tidak menyangka Winda akan menayangkan hal ini kepadanya. Lalu dengan berat hati Wendy pun mengiyakan pertanyaan tersebut.

Melihat jawaban gurunya membuat Winda menatap lurus ke depan dengan wajah tidak terbaca. Entah apa yang ia pikirkan, yang jelas hal itu membuat perasaan Wendy tidak enak.

"Saya cuma mau bilang sama ibu buat hati-hati aja."

Jawaban itu seolah menambah kegelisahan di hati Wendy.

Mr.Sat Set (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang