39. Masalah

365 24 5
                                    

Happy reading:)

Sorry for typo.

***

"Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal beberapa hari?" Tanya Chandra sarat akan kecemasan. Wendy tersenyum lembut, memegang tangan suaminya yang bertulut sambil menatapnya tidak rela.

"Nggak apa-apa, Sayang. Kaya baru pertama kali aja." Ucapnya tersenyum, mencoba menenangkan suaminya yang masih merasa gelisah karena harus meninggalkannya ke Singapura selama 3 hari karena urusan bisnis.

"Ya tapi kan beda, sekarang kamu lagi hamil besar. Gimana aku nggak khawatir ninggalin kamu sendiri di rumah." Ungkapnya, sambil mengusap punggung tangan Wendy yang berada dalam genggamannya.

"Di rumah kan banyak orang, Chan. Ada Papa, Bunda, Devan, Devina juga. Jadi kamu nggak perlu khawatir ya. Toh cuma 3 hari aja kan?!" Ucapnya. Chandra mengangguk dengan wajah di tekuk.

"Nanti kalau Papa pergi jangan nakal ya, Nak. Jagain Mama buat Papa." Chandra mengusap perut buncit istrinya, mencoba mengajak calon anak mereka berbicara. Kemudian tendangan kecil sebagai tanda respon membuat Chandra menatap istrinya dengan takjub sekaligus terharu.

"Dia barusan dengar apa yang aku bilangkan, Yang?" Tanyanya memastikan. Wendy mengangguk, sisi tangannya mengusap belakang kepala suaminya yang sibuk mengajak anak mereka berinteraksi. Dan respon Chandra selalu takjub saat merasakan tendangan kecil di perutnya.

"Sakit nggak, Yang? Dia barusan nendang kenceng banget." Ujarnya. Wendy menggeleng di sertai senyuman kecil.

"Dia kalau sama papanya emang manja banget. Nggak kebayang deh ntar kalau udah keluar manjanya ke kamu kaya gimana." Ucap Wendy. Chandra mengangkat kepala dan menatap istrinya. Lalu pria itu tertawa kecil.

"Cemburu?" Chandra mengangkat sebelah alisnya.

"Mana mungkin." Balasnya mengalihkan pandangan.

"Dengerkan Nak? Masa Mama kamu cemburu sama kamu." Adunya pada calon anak mereka.

"Sok tau Nak, papa kamu."

"Dih, nggak ngaku." Ledeknya. Kemudian Chandra merasakan tendangan kuat lagi dari perut istrinya. Dan mungkin saja anak mereka sedang bahagia mendengarkan percakapan orang tuanya.

"Dia kayanya seneng banget yang, kalau di ajak ngobrol."

"Dia emang aktif banget kalau udah di ajak ngobrol." Wendy mengusap perutnya dengan sayang.

"Hai, Baby girl.." sapa Chandra lagi saat calon anaknya tak berhenti menendang. Oh iya, ia belum bilangkan jika calon anak mereka berjenis kelamin perempuan. Setelah jenis kelaminnya sudah bisa terlihat, Chandra dan Wendy sepakat untuk mengetahuinya. Mereka pun tidak pernah mempermasalahkan jenis kelamin calon anak mereka, asalkan ibu dan calon bayinya sehat.

Dan sekarang usia kandungan Wendy sudah menginjak 8 bulan. Tinggal menghitung minggu lagi anaknya akan lahir ke dunia. Para orang tua juga menyambut antusias kelahiran cucu pertama mereka. Mereka bahkan tak segan membelikan banyak barang, baju sampai mainan untuk cucunya. Sedangkan Chandra lebih antusias mempersiapkan dan mendekor sendiri kamar calon anak mereka. Nuansa kamar yang di dominasi dengan warna baby pink itu terlihat manis dan lembut untuk calon anak perempuan mereka.

"Tau nggak, Kemarin mama beli baju bayi lagi. Padahal udah aku larang." Ucap Wendy yang membuat Chandra tertawa mendengarnya. "Aku sampai nggak beli baju loh Chan buat anak kita. Tapi lemarinya udah penuh sama baju baru." Sambungnya. Chandra berdiri dan berganti posisi duduk di samping istrinya, lalu membawanya ke dalam pelukan.

"Bersyukur aja. Itu tandanya Opa Oma sama Kakek neneknya sayang banget sama cucunya." Ujar Chandra. Wendy menatap suaminya.

"Kebayang ga sih Chan, ntar anak kita manjanya kaya apa? Belum lahir aja udah di hujani hadiah dan kasih sayang yang luar biasa dari keluarganya." Ungkapnya. Chandra mengusap rambut istrinya.

Mr.Sat Set (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang