Tangan Wendy masih gemetar dan berkeringat dingin setelah menyingkirkan bangkai kelinci itu dengan menguburnya di belakang rumah. Ia tidak ingin kedua orang tuanya tau dan meras cemas seperti dirinya saat ini.
Lalu Wendy bergerak ke arah dapur, meneguk segelas air putih hingga tandas dan menghela napas panjang guna mengurangi rasa paniknya.
'Apa ia harus mengatakan hal ini pada Chandra?' pikirnya.
Namun sesaat kemudian ia menggeleng tegas. Ia tidak mau sampai Chandra terbebani dengan masalahnya ini. Dan ia akan berusaha untuk menyelesaikannya sendiri dengan mencari tau siapa sebenarnya dalang di balik perbuatan keji yang tega membunuh binatang hanya untuk menakutinya seperti ini.
****
"Ini enak banget. Nanti bagi bunda resepnya ya?!" Puji Kirana usai mencicipi kue brownis yang Wendy bawakan. Lalu gadis itu mengangguk sambil tersenyum.
"Iya Bun."
"Em, Bunda liat akhir-akhir Chandra agak uring-uringan, kalian ada masalah?" Kirana bertanya dengan hati-hati. Lalu Wendy balas dengan gelengan kecil.
"Hanya kesalahpaham kecil Bun."
Kirana tersenyum lembut mendengar hal itu.
"Pesan Bunda, kamu sabar-sabar aja ya ngadepin sikapnya Chandra. Anaknya emang suka ngambek terkadang. Tapi nanti juga baik sendiri kok." Wendy mengangguk paham.
"Iya Bun."
"Dalam sebuah hubungan emang nggak selamanya mulus-mulus aja. Terkadang kita butuh sesuatu hal yang bisa memperkuat hubungan itu sendiri. Dengan adanya pertengkaran kecil kaya gini kalian bakal lebih menghargai hubungan kalian lagi untuk ke depannya. Dan apapun masalah kalian, bunda harap kalian bisa menyelesaikannya dengan kepala dingin." Wendy mengangguk sekali lagi.
"Pesan Bunda bakalan Wendy selalu ingat." Ungkapnya tersenyum.
"Nanti sekalian makan malam di sini ya? Biar pulangnya nanti di anterin Chandra." Kirana mengusap kepala Wendy, sebelum wanita paruh baya itu berlalu ke dapur menyiapkan makanan.
"Wendy bantu Bun." Kirana mengangguk di sertai senyuman. Menyambut antusias Wendy di dapurnya. Gadis itu sangat piawai di dapur, hingga Kirana sangat senang dengan kehadiran Wendy di rumahnya. Kirana seperti punya teman untuk memasak. Karena putri semata wayangnya tentu tidak menyukai hal-hal yang berbau dapur.
****
"Chan. Bisa kita bicara?" Wendy mengajak Chandra bicara terlebih dahulu saat pria itu hendak menghindar dengan pergi ke ruang kerjanya.
"Bicara apa?" Tanyanya datar. Wendy terlihat menghela napas lelah.
"Mau sampai kapan kamu bersikap kaya gini ke aku? Aku ada salah sama kamu, iya?" Desak Wendy. Chandra masih diam tak berkutik.
"Kalau aku ada salah, kamu tinggal bilang. Biar aku bisa perbaiki. Bukan kamu main kucing-kucingan kaya gini sama aku. Kita bukan anak kecil Chan. Jadi please, stop membuat aku bertanya-tanya ada apa dengan sikap kamu." Lanjutnya. Sorot mata Wendy menatap penuh kecewa ke arah Chandra.
Chandra berkacak pinggang. Menghela napas kasar ke arah lain sebelum kembali menatap Wendy lurus.
"Kamu ada hubungan apa sama rekan guru kamu?" Tanya Chandra tiba-tiba. Mendengar itu kening Wendy berkerut tak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Sat Set (Completed)
FanfictionTAMPAN, KAYA RAYA DAN POPULER! Itulah kata yang tepat untuk mendefinisikan seorang CHANDRA PUTRA ADHITAMA. Si putra sulung dari pemilik Production House ternama di Indonesia yang di sebunyikan identitasnya. Ia lebih di kenal public sebagai CHANDRA P...