40. Ketakutan

271 19 0
                                    

"Chandra masih nggak bisa di hubungi?" Tanya Kirana pada menantunya yang masih terlihat cemas saat Chandra yang di jadwalkan pulang hari ini malah tidak dapat di hubungi.

Wendy menggeleng lemah dengan wajah khawatir. "Udah nggak usah cemas, Chandra pasti baik-baik aja kok. Mungkin masih ada kerjaan yang harus di selesaikan sebelum pulang." Ucap Kirana sambil mengusap punggung Wendy. "Ibu hamil nggak boleh stress." Tambahnya. Wendy hanya mengangguk paham dan mencoba mencari-cari alasan positif kenapa Chandra belum pulang dan tidak ada kabar sampai saat ini.

'Mungkin dia sibuk? Tapi sesibuk apapun Chandra selalu menyempatkan untuk mengabarinya lebih dulu. Apa sesuatu yang buruk benar-benar sedang menimpa suaminya? Wendy tidak bisa berhenti mencemaskan hal tersebut.

"Aku takut Chandra ada apa-apa, Bun." Ungkapnya lirih dengan nada penuh kekhawatiran. Melihat kegelisahan menantunya, Kirana bergerak mendekat dan memeluk Wendy. Menepuk punggung wanita itu agar lebih tenang.

"Nanti biar bunda tanya ke papa ya soal kabarnya Chandra." Ucap Kirana. Wendy mengangguk dan terus memeluk Kirana dengan erat.

***

"Gimana, Pa?" Tanya Devan pada Junwan. Begitu mendengar kabar dari papanya, Devan langsung menemui Junwan di ruang kerjanya.

Junwan menggeleng pelan, "Sepertinya masih di interogasi di kepolisian sana. Papa juga udah kirim pengacara kita kesana." Jelasnya.

"Seharusnya mereka bisa di bebaskan dalam waktu 48 jam jika memang tidak terbukti memakai barang tersebut dan nggak sengaja terjebak di situasi itu." Terlihat sekali jika Junwan juga tengah cemas menunggu kabar dari tim hukumnya.

"Untuk saat ini jangan biarin Bunda sama kakak ipar kamu tau dulu. Mereka bisa panik dan stress kalau dengar berita ini." Ujar Junwan. Devan mengangguk paham dan terdiam beberapa saat.

"Tapi Pa, skandal besar kaya gini pasti nggak lama bakal muncul di headline berita. Dan cepat atau lambat orang rumah pasti akan tau." Ucap Devan menatap papanya. Junwan terlihat memijat pelipisnya. Bingung harus bagaimana menjelaskan situasi ini kepada istri dan menantunya.

"Pa!!" Kirana membuka pintu ruangan itu dengan kasar, membuat kedua orang yang berada di dalam tersentak kaget.

"Aku nggak salah baca beritakan, Pa? Ini hanya berita hoax yang nggak jelas sumbernya kan? Chandra nggak mungkin--.." ucapan Kirana menggantung begitu saja saat melihat suaminya yang terdiam. lalu Kirana menoleh, "Devan? Please jawab Bunda, berita ini cuma hoax kan?! Abang kamu nggak mungkin.." Kirana menggelengkan kepalanya, tidak sanggup jika harus meneruskan kalimat selanjutnya. Wanita paruh baya itu hanya bisa menangis kencang karena menyadari kebenaran dari berita itu.

"Bun, tenang dulu." Bujuk Junwan saat istrinya menangis karena syok.

"Gimana aku bisa tenang, Mas?! Pesta narkoba bukan masalah sepele! Chandra bisa aja keseret masalah ini dan di jatuhi hukuman karena terlibat." Ucap Kirana marah.

"Bunda duduk dulu, biar Papa bia jelasin situasi yang sebenarnya." Ucap Devan yang ikut menenangkan bundanya yang terlihat sangat kalut. Akhirnya mereka bertiga memilih duduk dan membicarakan masalah ini dengan tenang.

"Jelaskan sekarang dan jangan ada yang di tutup-tutupi. Bunda juga berhak tau kondisi anak bunda saat ini." Desaknya. Junwan menatap Devan yang langsung memberi isyarat anggukan.

"Tim hukum kita sudah berada di sana untuk menangani masalah ini, Bun. Dan menurut kabar yang papa dapat, Chandra datang ke pesta itu sebagai formalitas karena undangan dari rekan bisnis yang menyamarkan pesta itu sebagai pesta ulang tahun. Chandra bukan pemakai, jadi kemungkinan setelah di lakukan interogasi dan tes urine dia bisa bebas karena memang dia nggak sengaja terjebak di dalam situasi itu." Terangnya.

Mr.Sat Set (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang