"Aku hanya menerapkan kata himbauan yang kulihat di banyak tempat, Buanglah sampah pada tempatnya."
****
Selamat pagi dunia. Selamat pagi, masa depan. Iya, untuk kamu yang kini sedang duduk di sampingku, Arka. Hehe.
Aku dan Arka kini sedang duduk di meja kantin yang sama. Hari pertama sekolah, ini adalah awal pengenalan kami di sekolah atau yang biasa dikenal dengan MOS.
Wah, akhirnya aku tiba di masa ini, putih abu-abu. Kata orang, di masa inilah masa remajamu berharga.
"Lo jadi sarapan gak, sih?" Arka bertanya, menyadarkanku dari kegiatan menatap wajah tampan Arka selama 10 menit.
Arka melirik benda yang melilit di pergelangan tangannya itu, lalu kembali melihatku. "Bentar lagi mulai, lho," beritahu Arka mengingatkan.
Aku berdecak karena sikap Arka yang disiplin sekali. "Ck! Santai, Arka, lo gak lihat di samping kita ada OSIS-nya juga? Mereka aja santai, masa kita gak boleh? Senior itu patut dicontoh, dan contoh kita ada di dekat kita, noh," kataku sambil menunjuk dua OSIS perempuan dan laki-laki yang duduk berhadapan dengan meja sebagai pembatasnya, terlihat santai di sampingnya, dengan lirikan.
"Ya beda, Abii, mungkin aja mereka pengurus kesehatannya?"
"Gak beda, Arka, jas navy mereka sama, ada tulisan OSIS-nya juga. Kalau pun emang iya, dia harusnya udah peringatin kita, kan?"
"Lagian lo kenapa gak sarapan di rumah, sih?"
Aku tersenyum penuh arti. "Biar nanti ada adegan romantisnya, Ka. Kalau gue pingsan, lo harus siap gendong gue ke UKS, dan kita berdua bisa pacaran di sana."
Brak!
Arka memukul meja, dan dua OSIS di samping kami serempak menoleh dengan air muka judes. Cih, sok galak kayaknya.
Arka langsung mengucapkan kata maaf pada mereka. Wajah cowok itu terlihat terkejut dengan apa yang dia lakukan barusan.
"Jangan aneh-aneh, Abii. Kita ini temen, gak lebih. Gue gak bisa suka sama lo atau pacaran sama lo. Pikiran lo jangan aneh-aneh, deh. Cepet sarapan biar gak pingsan!" dumel Arka seperti emak-emak saja. Cowok itu langsung beranjak memesankan nasi goreng di kantin.
Sedangkan aku mengerucutkan bibir sembari menatap Arka yang repot dengan bibi kantin.
"Ck! Gak lebih dari temen? Lihat aja nanti, gue bikin lo bucin sama gue, Arka!"
"Nih, makan, tiga menit," kata Arka menggeser piring nasi goreng di depanku. Aku melotot tidak percaya bahwa Arka malah memberikanku waktu makan dengan waktu yang singkat itu.
"Gila lo? Lo mau liat gue mati kesedak, hah? Yang bener aja, Ka!" sulutku menggebu-gebu.
"Tiga menit lagi, Bii, MOS-nya mulai. Gue gak mau ya telat gara-gara lo."
"Yaudah, tinggalin aja gue di sini. Kalo gue mati kesedak, arwah gue gak tenang, gue gentayangan dan dateng ke rumah lo ngajakin nikah!"
"Terserah, gue pergi aja." Arka beneran pergi, meninggalkanku sendiri yang masih sangat emosi, ditambah dua kakak OSIS di sampingku itu melirikku aneh. Aku pun melengos, dan melahap tak santai nasi goreng yang Arka pesan.
"Uhuk-uhuk! AAARKH, sialan beneran kesedak gue!"
***
Sudah siang, dan kegiatan MOS akhirnya usai. Aku menyeka keringat di pelipis kemudian menyingkirkan kardus persegi panjang yang kutulis namaku di sana dan menentengnya bersamaan dengan tas ranselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐢𝐧𝐲𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 (𝓞𝓷 𝓖𝓸𝓲𝓷𝓰)
Teen Fiction[𝙵𝙰𝚂𝚃 𝚄𝙿𝙳𝙰𝚃𝙴] 𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚑𝚒𝚊𝚝𝚞𝚜 𝚍𝚞𝚕𝚞, 𝚐𝚞𝚢𝚜. 𝚂𝚎𝚕𝚎𝚜𝚊𝚒𝚒𝚗 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚊𝚑. 𝚈𝚞𝚔, 𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚓𝚞𝚐𝚊!^^ *** 𝓑𝔂 𝓼𝓹𝓵𝓮𝓷𝓼𝔂𝔂𝔂_ 𝐀𝐫𝐤𝐚 𝐆𝐚𝐦𝐦𝐚 𝐄𝐫𝐝𝐢𝐜 𝐧𝐚𝐦𝐚𝐧𝐲𝐚. 𝐓𝐞𝐭𝐚�...