23. Damn!

37 8 2
                                    

Happy Reading, yup.

***

Kebiasaanku adalah jarang sisiran dan kalau sampoan pas inget doang:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kebiasaanku adalah jarang sisiran dan kalau sampoan pas inget doang:)

Playlist| Jungkook - Still with you

***


23. Damn!

.

.

Aku harus ke rumah Arka karena bunda menitipkan sesuatu untuk cowok itu dalam sebuah kotak yang dibungkusi tas lunch.

Jangan tanya apa itu, aku sendiri tidak tahu. Yang jelas, sekarang aku seperti berteleportasi ke sebuah kutub terdingin.

Tubuhku membeku ketika tiba di rumah itu. Aku tersenyum kikuk di hadapan beberapa orang di ruang tengah.

"Abii, sini, Sayang." Tante Erma memanggilku. Pun aku tersadar dari kegugupan ini.

Dua orang yang duduk di sofa tengah memandangku. Dan mataku hanya tertuju pada seorang lelaki yang dalam waktu lama ini mengisi hatiku, Arka.

"Itu apa yang kamu bawa, Bii?" Giliran Om Fandi yang bertanya. Aku yang baru saja menjantuhkan bokongku ke benda empuk berwarna abu gelap itu, pun tersenyum pada beliau.

Aku menarik napas panjang samar-samar. Aku mengusir kegugupanku.

"Ini buat Arka, Om." Lalu aku menyodorkan kotak tersebut pada sang pemilik, "Bunda nitip ini, katanya." Arka mengangguk. Lalu aku berdiri hendak pergi, namun Arka menghentikanku.

"Abii, bisa bicara sebentar?" tanyanya. Aku diam sejenak, lalu tatapanku beralih pada Tante Erma, Om Fandi dan terakhir ... Lani.

Wajah Lani terlihat kusut di balik senyum tipisnya padaku. Arka ikut menoleh ke arah Lani dan kulihat gadis itu mengangguk pada Arka berarti dia mengizinkan. Sekiranya, begitulah yang kuartikan dalam bahasa mata mereka.

Perlu izin ya?

Aku dan Arka pun meninggalkan ruangan ini. Arka mengajakku ke tempat biasanya kami bermain saat dulu bahkan sebelum beberapa hari ini terjadi.

Aku duduk di sebuah bangku favoritku. Di atap ini, terdapat sebuah taman luas dan indah sekali. Setiap kali aku ke sini, aku merasa tenang karena keindahannya. Di sekelilingku ada juga ayunan, rumah panggung tempat yang biasanya aku dan Arka sering belajar bersama tapi nyatanya aku hanya memandangi paras tampan lelaki itu.

Ah, fokus, Bii. Sekarang sudah berbeda.

Perasaanku memang masih ada, sangat melekat. Tapi, aku tidak bisa seperti dulu yang begitu kentara atau menunjukkan betapa aku menyukai Arka. Sekarang beda, aku harus menjaga perasaan gadis lain untuk Arka, lelaki yang kusuka.

"Gue mau jujur." Arka berkata, akhirnya aku memfokuskan diri pada lelaki itu. Arka duduk di sampingku dengan membelakangiku.

Aku diam, dan kuyakin Arka mengerti bahwa aku sedang menunggu kalimat selanjutnya.

𝐒𝐢𝐧𝐲𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 (𝓞𝓷 𝓖𝓸𝓲𝓷𝓰)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang