35. Pergi

3 1 0
                                    

Arka's POV.

"Gue paham, Ka, Lani berarti banget buat lo. Dan selama ini, itu yang gue rasain ke elo. Dan gue juga paham, perasaan gue bukan apa-apa bagi lo. Tapi setidaknya, lo gak usah sebut nama dia di depan gue kecuali lo emang gak anggep gue berarti di hidup lo."

Abii.

Nama itu terus saja memenuhi otakku.

Sampai kapan gadis itu membuatku menderita seperti ini?

Apa dia tidak menyadari bagaimana perasaanku selama ini padanya?

Dia sangat berarti di hidupku. Sangat.

"Berhenti ngomong takut kehilangan gue kalo hati lo cuman mau kasih harapan palsu buat gue. Gue sadar, ternyata lo bukan orang yang gue dambain, karena gue benci sama cowok egois kayak lo!"

Ya, aku tahu aku egois. Aku juga tak pernah bisa jujur padanya. Tetapi, tahukah kalian? Jujur yang sejujur-jujurnya ternyata tak mudah bagiku. Terutama pada dia, Abii.

"Sayang? Persiapan untuk lusa sudah lengkap? Masalah pindahan ke sekolah kamu, Bunda udah beresin, bentar lagi kelar."

Aku sedikit tertegun mendengar suara Bunda tiba-tiba menyapa telinga. Aku mengangguk dan tersenyum.

"Sudah, Bunda."

Bunda tak mengalihkan pandangannya padaku, aku menyadari itu. Bunda berkacak pinggang dan bertanya, "Udah lama Bunda gak lihat kamu sama Abii bareng. Berantem pasti?"

Refleks aku tertawa mendengar ujaran Bunda. Bunda tau saja apa yang terjadi.

"Arka sama Abii cuman ada urusan masing-masing aja, Bunda. Mangkanya gak sempet bareng."

"Bener? Bukan karena dia marah sama kamu? Kamu kan pernah bawa cewek lain ke rumah waktu itu."

Aku terdiam. Cari alasan apa lagi? Bunda membuatku kehabisan kata-kata.

Aku hanya tersenyum dan kemudian mencari topik lain.

"Kali ini Ayah ikut, Bun?"

"Iya, Ayah kamu ada perjalanan bisnis ke tempet kamu. Sekalian jagain kamu, takutnya digarap cewek-cewek sana. Kasian Abii, kesayangannya Bunda."

Aku terkejut, lagi-lagi Bunda membahas Abii. Ku kira sudah berhasil mengalihkan topik tentang Abii.

Aku terkekeh. "Yeuh, kan Arka yang digarap, kenapa jadi Abii yang dikasihanin?"

"Yaah, keinget waktu kamu kecil, waktu mau pergi ke tempat nenek, kamu inget gak apa yang Abii bilang ke kamu? Hm, pasti lupa!"

Aku terdiam.

"Hm, dasar kamu. Pantesan Abii jadi jauh, kamunya gak peka."

Setelah kalimat Bunda selesai, aku segera bangkit dan tergesa-gesa ke luar dari kamar.

"Bunda, Arka tinggal bentar!"

"Mau ke mana?!"

***

Abi's POV.

Langit sudah gelap. Aku baru saja pulang dari rumah Ben. Bermain basket dengan ketua basket itu, bercerita banyak dengan Ibu Ben, dan banyak yang kulakukan hari ini ternyata membuatku lelah.

"Abii, hati-hati ya tidurnya."

Suara Ben kuterima dengan baik. Aku tersenyum malu. Seperti orang-orang yang baru saja kasmaran.

"Hati-hati pulangnya."

Ben mengangguk. Kemudian tangannya menyapa kepalaku. Ia mengelus lembut rambutku sebelum pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐒𝐢𝐧𝐲𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 (𝓞𝓷 𝓖𝓸𝓲𝓷𝓰)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang