12. Ketegarannya

35 9 0
                                    

Happy Reading🦋

***

"Dengan kehadiran sesosok orang yang siap memberikanmu uluran tangannya, percayalah itu artinya kamu berarti."

"Haha, kamu ini bisa aja, Bii. Kamu beneran ya suka sama Arka dari dulu sampe sekarang masih aja."

Kini aku tengah duduk di meja makan rumah Arka bersama dengan Tante Ema. Tante tadi sedang membuatkanku makan siang spesial untukku dan beliau. Aku juga ikut membantunya. Setelah itu kini kami memakan nasi kari ayam buatannya. Rasanya ... ah mantap.

Aku cekikikan. "Iya dong, Tante. Perasaan Abii gak main-main. Arka itu keluarin pesona yang belum pernah Abii lihat. Entah kenapa juga, tapi tiba-tiba suka aja gitu, Tan. Aneh ya?"

"Cinta tanpa alasan ya, Cantik? Hihi, kamu manis banget." Aku tertawa kecil bersama Tante Ema.

Pembahasan awalnya tadi soal sekolah. Aku menceritakan banyak hal tentang hariku di sekolah bersama Arka, sampai juga menceritakan tentang Lani. Tante Ema jadi ikut merasa iba pada Lani. Dan berikutnya aku ceplos bilang ke Tante, "Arka cocok sama Abii gak, Tante? Anak Tante bikin jantung Abii jedug-jedug soalnya, hehe." Makanya jawaban Tante Ema seperti itu tadi.

Sekarang Tante terlihat menerawang ke sembarang arah sambil bergumam. "Eum ... Tante suka sama Abii, anaknya cantik terus manis. Tante sih setuju-setuju aja kamu sama Arka, Sayang. Tapi, tergantung Arka nih sekarang, Arka ada perasaan gak sama kamu?" tanya Tante.

Pipiku terasa memanas. Seketika aku menyentuhnya, menangkup pipiku dengan bibir terkulum menahan senyum yang kian melebar.

"Tante, Abii tersipu, hehe," ungkapku lalu Tante menyubit ringan pipiku, gemas.

"Tuh, kamu ini manis banget, imut. Ah, Tante gemes banget. Enak banget kalau Abii jadi menantu Tante. Tante mah SETUJU BANGET!"

Tante Ema dan aku seketika cekikikan. "Oh iya, Tante. Kemarin, 'kan, Abii cemburu sama Lani itu, terus tau gak Arka bilang apa ke Abii?"

Tante memiringkan kepala. "Apa tuh?" tanyanya, mendekat. Tante Ema antusias dengan ceritaku.

Aku berdeham pelan, kemudian berbisik pada Tante Ema, seperti yang Arka lakukan saat membisikkan itu padaku.

"Gue suka lo cemburu. Kayaknya gue bakal jadiin itu hobi, bikin lo cemburu."

Aku pun menjauh sambil tertawa yang menular pada Tante Ema. Mata Tante Ema melotot kaget, bibirnya tersenyum.

"Beneran? Arka bilang begitu sama kamu?" Aku mengangguk, "apa itu artinya Arka suka sama Abii, Tante?"

"Eum ...." Tante berpikir dan aku tak sabar menunggu jawaban Tante Ema.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

"Mama, Arka pergi sebentar, ya?"

Tante Ema tidak menjawabku, dan beralih ketika Arka datang menyeletuk setelah menuruni tangga. Arka sudah rapi, tampan sekali. Aku melongo sesaat. Sedetik kemudian mengernyit.

𝐒𝐢𝐧𝐲𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 (𝓞𝓷 𝓖𝓸𝓲𝓷𝓰)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang